(8) Rafha dan Rifha

6.4K 245 0
                                    

Morgan dan Aelke duduk bersampingan menatap dua bayi kembar yang terlelap di dalam keranjang.

"Ini apaan, sih?" keluh Aelke pusing. Masalah dihidupnya terasa makin berat, Morgan malah diam dengan tatapan kosong.

"Masa iya gue musti jadi bapa-bapa sebelom waktunya? Kutukannya konyol, malah naro di depan rumah ini pula!" dumel Morgan.

Aelke menggigit bibir bawahnya, baru saja UN selesai, di rumah tidak pernah akur, 3 bulan selesai masih lama, baru sebentar Morgan sudah merusak barang kesayangannya, malah datang dua bayi kembar yang entah dari mana karena memang kompleks perumahan yang mereka tempati tidak terlalu ramai. Surat kutukan yang tadi dibacakan Morgan membuatnya takut sekaligus pusing.

Aelke berlari mengambil kasur lantai yang terbuat dari busa dan menggelarnya di ruang tengah. Setelah semua siap, Aelke mengangkat salah satu bayi dari keranjang dan dipindahkan ke atas kasur, lalu ia mengangkat bayi kedua dan melakukan hal yang sama. Morgan hanya melihat apa yang Aelke lakukan.

Aelke membuka bedong bayinya satu-persatu. "Eh, lo mau ngapain??" pekik Morgan. Aelke menatap Morgan aneh, "Lo kadang oon ya, gue kan mau tau mereka cewek apa cowok!"
Morgan mendekati bayi kembar dan melihat mereka lebih dekat. Bayinya berkulit putih, dan mereka semua memakai kalung inisial R di lehernya.

"Yang pake baju merah cowok, yang pake baju biru muda cewek. Sepasaaang.." ucap Aelke. Morgan melihat bayi kembar itu dengan seksama mencari perbedaan mereka. "Mana kakak mana ade, ah pusing gue.." ucap Morgan.

Aelke membongkar keranjang bayinya, disana ada tas mungil yang berisi dua popok bayi, dua baju, dan dua bedong warna merah dan biru muda.

"Gan, bajunya cuma dua, muat ampe besok, lo ke minimarket 24 jam dong, beli susu buat mereka... Kalo nangis gimana?" tanya Aelke. Morgan kebingungan, "Susunya merk apaan mana gue tau.." timpalnya.

Bayi yang memakai baju merah menggeliat, ia terlihat mengerjapkan matanya lalu menangis. Aelke dan Morgan panik seketika, apalagi bayi yang satunya ikut menangis.

"Tuh, kan nangis... Lo cepetan beli susu, beli aja 3 merk sekaligus biar tau mereka cocoknya ama yang mana, kira-kira ini bayi masih dibawah 6 bulan." ujar Aelke menepuk-nepuk pelan punggung kedua bayi kembar tersebut. Morgan mengacak-acak rambutnya kesal dan bangkit mencari kunci mobil. Ia bergegas mencari minimarket yang buka 24 jam meski di luar hujan masih turun.

"Cup, cup, cup..." Aelke mencoba menenangkan bayi-bayinya. Tangis mereka makin keras, Aelke lupa tadi ia membuka bedong bayi-bayi itu, mungkin saja mereka menangis kedinginan. Aelke buru-buru menutup kembali tubuh mereka dengan selimut karena tidak tahu cara membedong bayi. Mereka sudah lumayan tenang meski tangis mungilnya masih terdengar. "Tuhan, siapa yang tega buang ini anak, lucu-lucu banget, mesti ada kutukannya pula, pemaksaan ya..." ucap Aelke bergumam sendiri. Aelke melirik jam dinding, sudah menunjukkan pukul 23.15 WIB.

***

"Gue gak ngerti, cuma beli dot ini, susu-susu ini, ama pampers," Morgan menyerahkan belanjaannya pada Aelke. Morgan mendekati bayi kembar yang menangis dua-duanya, mungkin mereka lapar. Aelke buru-buru membuat susu merk pertama, ia juga menyiram dot susu bayinya terlebih dulu menggunakan air panas agar tak ada bakteri.

"Coba, mereka mau minum gak ya, gue udah bolak-balik baca cara bikinnya kok," ujar Aelke mencoba memasukan ujung dot susu ke mulut bayi kembar yang masih menangis. Mereka langsung menggerakkan bibirnya, meminum susunya, dan Aelke bernafas lega.

"Telepon mama, gih... Gimana sekolah kita kalo begini!" ujar Aelke.

"Udah tengah malem, dodol... Ganggu yang ada, besok aja lah.." tukas Morgan yang sudah tidak mengantuk sama sekali.

BABY TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang