BABY TWINS

Par MilaRhiffa

165K 6.5K 79

Perjodohan mungkin dianggap tabu di zaman modern seperti saat ini. Namun itu terjadi pada Morgan Oey dan Aelk... Plus

(1) Elo?
(2) Sushi
(3) Cincin Kalung
(4) Tiga Bulan
(5) Kamar Gue!
(6) Status Palsu
(7) Baby Twins!
(8) Rafha dan Rifha
(9) Kutukan Konyol
(10) Nightmare
(11) Jealousy
(12) Masa Lalu
(13) Sandiwara
(14) Blood Type
(15) Pasangan Muda
(16) Buggg!
(17) Terbongkar
(18) Aku sayang kamu
(19) Nikah muda?
(20) Mommy, Daddy Minta Maaf!
(21) Mr and Mrs Winata
(22) Lulus SMA
(23) Weird Graduation
(24) You'll be Mine
(26) Telling a Trap!
(27) What happened?
(28) End for start!

(25) Baby Twins Hilang!

4.8K 188 0
Par MilaRhiffa

Suara tepuk tangan bergemuruh, penampilan Morgan sungguh membuat semua orang terpesona apalagi Aelke yang mendapat ucapan khusus dari Morgan langsung di atas panggung. Aelke tak henti-hentinya tersenyum bahagia dan juga salah tingkah karena dia kini menjadi pusat perhatian.

Morgan langsung turun dari panggung dan berjalan mendekati Aelke.
Aelke langsung tersenyum manis, "Lagunya kaya nembak aku..." ujar Aelke, Morgan terkekeh.

"Dulu di pantai aku nembak kamu jadi tunangan resmi aku, sekarang, aku nembak kamu buat jadi wanita masa depan aku, satu-satunya, forever you and I. I love you..." Bisik Morgan di telinga Aelke.

"I. Love. You. Too, Dear..." bisik Aelke tersenyum dan Morgan langsung memeluknya tak perduli banyak orang melihatnya.

***

Aelke dan Morgan juga teman-temannya sedang asik menonton Pentas Seni yang berlangsung di kursi bagian tengah.

"Panitia konsumsi, gue laper!" ujar Reza mendekati kursi Rasya dan Dinda.

"Kesian banget yang laper. Nih, gue udah pisahin snack buat temen-temen tergila gue, haha..." Rasya mengeluarkan bungkusan yang cukup besar yang berisi kotak snack lengkap dengan minumannya. Reza dan Ilham alhasil berebutan dan semua jadi lumayan berantakan.

"Ah gila, kaya gak pernah nemu makanan aja, lo!" tukas Dicky mengangkat kotak snacknya yang sedikit robek.

"Bener, beb." timpal Dinda.

"Gue mau minumannya aja, deh..." ujar Aelke mengambil satu minuman dari kotak snacknya. Ia sudah berganti pakaian yang tadinya mengenakan kimono, sekarang sudah memakai dress yang casual dan tidak terlalu terbuka dengan tetap memakai stoking di kaki jenjangnya.

"Gak mau snacknya?" tanya Morgan sambil mengunyah kripik kentang. Aelke menggeleng. Mereka semua berbincang bahagia di tengah hingar-bingar acara Pentas Seni tersebut. Setidaknya, acara ini akan menjadi acara yang terakhir untuk mereka sebelum mendapatkan Ijazah sekolah.

"Dinda, jadi kuliah dimana?" tanya Rasya sambil meraup makanan di bungkusan snack yang ia pegang lalu memakannya.

"Gue mau ikut test di UI aja, deh. Sapa tau masuk." jawab Dinda.

"Barengan, yuk! Gue gak mau pisah sama lo..." ujar Rasya.

"Yuk, yuk!! Aelke, kalo lo dimana?" tanya Dinda dan Rasya bersamaan.

"Gue belom tau, entar deh, gue kasih tau tenaaaang..." jawab Aelke.

"Lah, terus yang waktu itu daftar lewat PMDK?" tanya Dicky.

"Gampang, tenang aja, lo semua keponya maksimal yak!" Aelke menjulurkan lidahnya, padahal sebenarnya Aelke sendiri bingung akan melanjutkan kuliah dimana, karena perjodohannya dengan Morgan saja belum jelas.

"Besok kita pulang ke rumah aku, yuk!" ajak Morgan berbisik agak keras.

"Ke rumah kamu? Ngapain?" tanya Aelke.

"Ya, kan, aku mau bilang sama nenek kalo kita udah saling sayang. Inget kan, waktu kita tinggal 3 hari." ujar Morgan.

"Oke sip!" jawab Aelke tersenyum.

"Pulang, yuk! Kangen baby twins, tau! Udah malem..." ajak Aelke. Morgan menatap arloji yang melingkar di tangannya sudah menunjukkan pukul 22.45 WIB tapi, acara PenSi belum selesai.

"Hayu!" Morgan bangkit dari duduknya, begitu juga Aelke yang bangkit dan memakai tas selempangnya.

"Gan!" Morgan membalikkan tubuhnya karena ada seseorang yang memanggil namanya. Morgan terkejut saat membalikkan tubuhnya, seorang gadis di hadapannya langsung memeluk Morgan dan mengatakan "Aku kangen kamu."

Aelke dan teman-temannya terdiam dengan pikirannya masing-masing saat tiba-tiba saja ada seorang gadis yang memeluk Morgan. Dinda dan Rasya langsung melihat Aelke yang terlihat shock karena semua itu.

Morgan berusaha melepaskan pelukannya. Ia melihat siapa gadis yang tiba-tiba saja memeluknya. "Irma?" tukas Morgan. Irma tersenyum ke arah Morgan lalu, ia menatap Aelke yang berada tepat di belakang Morgan.

"Hai, Gan! Hai, Ael-ke..." sapanya. Aelke dengan perasaan yang tak menentu hanya menatap Irma yang tiba-tiba datang di hadapannya padahal, acara ini khusus hanya untuk sekolahnya saja. Aelke jadi mengingat semuanya, saat ia memergoki Morgan dan Irma di acara pembukaan perusahaan papanya beberapa waktu lalu. Ingat, kan? Irma adalah mantan kekasih Morgan saat SMP.

"Kamu ngapain disini?" tanya Morgan dingin sambil melangkah mundur dan berdiri berdampingan dengan Aelke.

"Well, kamu gak tau? Papa aku kan yang jadi EO diacara wisuda sama PenSi sekolah kalian..." ujar Irma menebar pesona. Dicky dan Ilham menatap Irma bingung.

"Hei, Bis. Lo sekolah disini ternyata." ujar Irma menatap Bisma yang berdiri di samping Rasya. Karena memang, dulu Irma, Morgan dan Bisma pernah 1 sekolah saat SMP.

"Iya, nih. Kemana aja lo baru nongol?" tanya Bisma. "Gue? Baru balik dari Aussy..." jawab Irma. "Terus lo kesini ngapain?" tanya Bisma, Bisma memang tahu hubungan Irma dan Morgan dulu. Ia juga tahu bahwa Irma meninggalkan Morgan begitu saja dan Bisma tidak mau gara-gara Irma ada disini, kebahagiaan Morgan dan Aelke menjadi hancur.

"Gue cuma ngontrol acara kalian, disuruh bokap." jawab Irma, dan semua yang mendengarnya hanya mengangguk.

"Gan, aku tau kok, Aelke itu cuma tunangan boongan kamu, kan?" tanya Irma, Morgan langsung menatap Irma, dan Aelke menghela nafasnya. Baru saja ia merasa bahagia, sekarang malah ada hal yang membuatnya kesal.

"Maksud kamu apa?" tanya Morgan, Morgan menggenggam tangan Aelke untuk sekedar meberitahunya agar tetap tenang dan tidak berpikiran negatif.

"Aku tau kali, kamu sama dia tunangan karena dijodohin paksa, kan? Kalian gak saling cinta, aku tau semuanya." ujar Irma dengan senyuman miringnya.

"Bisa, jaga mulut kamu?" Morgan menatap Irma berang. Rasya dan Dinda hanya saling pandang, mengerti akan ada hal yang tidak menyenangkan.

"Kenapa? Haha, kamu gak sadar? Semua yang terjadi di sekolah ini tentang kamu aku tau... Dari pada terpaksa sama cewek sipit itu, mending kamu sama aku lagi." ujar Irma dan Aelke mengigit bibir bawahnya mendengar suara Irma itu.

Morgan menghela nafas panjang. "Terus apa hubungannya sama kamu? Aku bukan lelaki bodoh yang mau balik sama perempuan kayak kamu." ujar Morgan dingin. Irma terkekeh mendengar ucapan Morgan.

"Serius? Haha oke, gak nyesel kalo Ijazah kelulusan kalian berdua ditangguhkan?" tanya Irma. Morgan melengus dan menggenggam tangan Aelke lalu menariknya.

"Whatever!" ujar Morgan berlalu menerobos kerumunan diacara PenSi yang belum selesai.

"Handi Morgan Winata!" Morgan dan Aelke sontak menghentikkan langkah mereka saat mendengar suara sound system berhenti seketika dan Irma berteriak kencang.

"Dijodohkan dengan Aelke Mariska, berharap kalian menjadi pasangan yang saling jatuh cinta, kalian diharuskan tinggal satu rumah, kemudian kalian menemukan sepasang bayi kembar di depan rumah kalian, harus mengurusnya karena takut akan kutukan, haha, its a good story!" ucap Irma saat semua orang terdiam karena mendengar suaranya, dan Aelke juga Morgan kembali jadi pusat perhatian. Morgan membalikkan tubuhnya, Aelke dengan ragu ikut membalikkan tubuhnya, melihat Irma yang berdiri di tengah-tengah banyak orang yang seolah menonton mereka bertiga.

"Well, pelajar yang serumah dengan lawan jenis yang tidak ada hubungan apa-apa, apa itu hal yang baik?" ujar Irma.

"Gan, gak ada kelakuan orang tua yang aneh. Yang membiarkan anaknya serumah dengan seorang gadis tanpa ikatan apa-apa, cuma orang tua kalian aja. Ckckck." lanjut Irma. Morgan terlihat menggemeletukkan giginya, Irma memang sudah keterlaluan karena dengan berani menyebut orang tua mereka dalam masalah ini, sedangkan Aelke hanya menunduk saja. Ia malu jadi sorotan semua orang.

"3 bulan serumah sama Morgan, kamu udah ngapain aja, Aelke?" tanya Irma dengan senyuman miringnya, semua orang yang tadinya tengah bahagia merayakan perpisahan mereka, kini malah fokus pada Aelke, Morgan dan Irma yang seolah sedang mempersembahkan pertunjukkan.

Aelke mendongakkan wajahnya menatap Irma tajam saat Irma mengatakan semua itu.

"Kenapa?" tanya Irma menatap Aelke sinis.

"Teruskan semua yang mau kamu ucapkan!" gertak Morgan menatap Irma.

"Haha, teruskan? Oke. Sampai kapan kalian sandiwara? Kalian tahu? Aku yang udah laporkan kelakuan kalian kepada kepala sekolah, dan mungkin, kalian gak akan pernah diluluskan di sekolah ini, atau diterima di Universitas manapun." ujar Irma merasa menang. Teman-teman seangkatan Aelke dan Morgan, juga sahabat mereka tercengang mendengarnya.

Jauh disana, Rafaell ikut mendengar dan melihat semua itu. Ifa berdiri di samping Rafaell sambil melihat reaksi Rafaell saat ini. Dalam hatinya, Rafaell baru mengerti mengapa tiba-tiba saja Aelke dan Morgan jadi dekat. Ternyata mereka dijodohkan, dan dua bayi itu bukan bayi hasil kenakalan mereka berdua, tapi bayi kembar yang mereka temukan di depan rumah mereka.

"Raf, Aelke yang dulu kamu sayang, tetap Aelke yang bisa menjaga dirinya sendiri." ujar Ifa. Rafaell mengangguk, berusaha menerima dan mencerna apa yang Aelke jalani, pasti sulit apalagi, mereka masih pelajar yang senang akan kebebasan. Saat ia menembak Aelke itu terjadi 3 bulan yang lalu. Jadi kesimpulannya, Aelke pada waktu itu baru saja dijodohkan dengan Morgan.

"Gan, sampai kapan kamu konyol sama dia? Hell yeah, aku udah bilang kan? Aku tau semua tentang kamu. Buat apa kamu ngabisin waktu sama dia dengan hal-hal yang aneh?" Irma berjalan mendekati Morgan. Morgan menatap Irma dengan tatapan yang entah apa artinya.

"Aku bisa beberkan semua keburukan kalian, aku juga bisa lakukan apa saja asal kamu kembali sama aku, atau aku tetap diam manis, kamu sama aku, dan semua masalah selesai." tawar Irma berbisik manja di telinga Morgan. Aelke melihat semua itu, Morgan menjauhkan tubuhnya dari Irma dan menatapnya berang.

"Terma kasih banyak, Irma Deallovita. Berkat kamu, aku gak perlu menjelaskan ke semua orang kenapa aku bisa satu rumah dengan Aelke dan mengurus dua bayi." ujar Morgan, semua mata menatap Morgan yang berbicara dengan suara penuh penekanan.

"Kamu, dan dunia ini juga harus tau. Aelke Mariska itu satu-satunya perempuan yang ada di hati aku, dia calon istri aku, dan aku mencintainya. Semua yang kamu katakan, itu gak guna buat aku!" setelah mengucapkan hal itu, Morgan langsung menarik tangan Aelke dan meninggalkan tempat acara meski sempat kesulitan untuk menerobos kerumunan yang semuanya melihat apa yang terjadi pada mereka malam ini.

Irma terdiam mematung disana mendengar reaksi Morgan. Ia mengepalkan tangannya kesal dan menatap tajam ke depan lalu berjalan meninggalkan kerumunan. Ia sepertinya membuat malu dirinya sendiri di hadapan banyak orang yang bahkan tidak mengenalnya. Ya, tidak tahu malu.

Rasya dan Dinda saling pandang. Semua terlihat kacau meski akhirnya rahasia Morgan dan Aelke terbongkar juga. Dicky mendekati Dinda, begitu juga teman-teman lainnya.
"Ternyata mereka berdua dijodohin ya, awalnya?" tany dicky.

"Tapi gue yakin, Morgan beneran sayang sama si sipit sekarang." timpal Reza.

"Setuju. Liat aja tadi, kapan coba Morgan seberani itu nyanyi buat Aelke, belom lagi ocehannya di depan si Irma-Irma itu." cerocos Ilham.

Rafaell berdiri mematung saat melihat Aelke dan Morgan pergi begitu saja. Ifa menatap Rafaell yang terdiam, lalu menepuk pundaknya. "Raf!" tukas Irma, Rafaell menoleh dan mengangkat sebelah alisnya.
"Kenapa?" tanya Rafaell. Irma terkekeh, Rafaell memang belum bisa melupakan Aelke.
"Kamu baik-baik aja?" Tanya Ifa.

"Haha, aku sangat baik, aku cuma sedikit lega, Aelke dapatkan seseorang yang bisa melindunginya seperti Morgan. Kamu liat dong tadi Morgan gimana? Emosinya stabil, gak kayak dulu main jotos aja." ujar Rafaell sambil terkekeh. Ifa menatap Rafaell sambil tersenyum.

"Mungkin nanti aku akan lebih dari Morgan itu, siapa tau aja ceweknya kamu." ujar Rafaell menjulurkan lidahnya.

***

Morgan memperlambat langkahnya saat sudah hampir sampai di parkiran sekolah. Ia menoleh, Aelke menunduk saja sambil mengikuti langkahnya.

"Kenapa? Aku salah ya?" tanya Morgan menggenggam tangan Aelke. Aelke mendongakkan kepalanya dan menatap Morgan yang terlihat mengkhawatirkannya. Aelke menggeleng, "Gak ada yang salah..." jawab Aelke. "Kita pulang, ya?" ajak Morgan kembali menarik lembut tangan Aelke dan membukakan pintu mobil, setelah itu Aelke memasukinya.

Dalam perjalanan pulang, keadaan mobil yang ditumpangi Morgan dan Aelke hanya terdengar deru mesin mobil dan suara kendaraan yang lalu lalang. Aelke sibuk dengan pikirannya sendiri sambil melihat lampu kota yang berwarna-warni dimalam hari. Morgan fokus mengemudikan mobilnya, sesekali ia menatap Aelke yang tengah menyenderkan kepalanya sambil menatap keluar jendela pintu kiri mobil.

"Kamu mikirin apa? Kita harus kuat, bukan?" ujar Morgan memecah keheningan yang terasa.

"Apa kita gak akan diluluskan dan tidak bisa masuk ke Universitas?" tanya Aelke tanpa menolehkan kepalanya.

Morgan menghela nafasnya, "Kita pasti lulus dan bisa melanjutkan kuliah. Percaya sama aku, bisa?"

Aelke memperbaiki posisi duduknya, ia menatap Morgan yang sedang mengemudi.
"Bisa." jawabnya singkat. Aelke menatap Morgan dari pinggir. Ia mengangkat tangannya dan menyentuh telapak tangan kiri Morgan yang berada di atas stir mobil. "Makasih selalu berdiri di depan aku yang lemah ini." ujar Aelke, Morgan menoleh sekilas lalu tersenyum. Tangan kirinya menggenggam balik tangan Aelke, "Makasih udah percayakan semua sama aku." ucap Morgan terus fokus melihat jalanan di depannya.

Setelah beberapa menit. Aelke dan Morgan akhirnya sampai di kediaman mereka. Morgan mengangkat sebelah alisnya.

"Kok gerbangnya terbuka gini, ya?" ujar Aelke melihat gerbang rumah mereka terbuka lebar tengah malam seperti ini. Biasanya, gerbang rumah mereka hanya dibuka saat mobil Morgan akan keluar masuk rumah, atau saat mereka memang berada di rumah.

"Aneh, ya?" ujar Morgan. Morgan menginjak gas dan memasukkan mobilnya ke halaman rumah. Ia dan Aelke turun dari mobil.

"Gan, pintunya juga kebuka." ujar Aelke melihat pintu rumah mereka terbuka lebar juga. Morgan mengernyitkan dahinya, apa mungkin suster Hana gerah dan membuka pintu lebar-lebar tengah malam seperti ini?

Aelke berjalan memasuki rumahnya. Ia langsung terkejut saat melihat rumahnya berantakan. "Gan!" pekik Aelke, Morgan yang mendengarnya langsung berlari masuk ke dalam rumah dan membelalakkan matanya. Rumahnya berantakan, barang-barang tercecer disana-sini. Terlebih, saat mellihat box baby twins, Aelke langsung menghambur dan melihat isinya. Disana kosong, tak ada bayi lucu mereka.

"Baby twins kemana???" pekik Aelke panik. Rumah ini berantakan pasti bukan karena baby twins yang sedang bermain. Morgan langsung berlari menuju kamarnya, kamar Aelke, dapur, kamar mandi, dan baby twins tidak ada dimana-mana. Aelke juga berlari keluar belakang rumahnya sambil meneriakkan nama 'Rafha! Rifha! Dan Suster Hana.'

Seluruh sudut ruangan di rumah sudah mereka geledah dan tak ada tanda-tanda baby twins mereka. "Gan, gak mungkin suster nyulik baby twins kita, kan?" ujar Aelke gusar, pajahnya panik, ia bersimpuh di atas lantai rumahnya sambil menggenggam baju baby twins yang berserakan.

"Dia sayang baby twins, itu gak mungkin." ujar Morgan.

"Ya tapi, dimana sekarang? Kita harus gimana, Gan??" tanya Aelke hampir menangis. Morgan menjambak rambutnya kesal, ada-ada saja yang terjadi, semua membuatnya makin pusing.

"Biar aku telepon suster Hana." ujar Morgan mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ia terdiam saat melihat pesan yang masuk di ponselnya.

'Aku. Bisa. Hancurkan. Kalian.'
Itu pesan dari Irma. Morgan melihat rincian waktu pesan tersebut, ternyata pesan itu dikirim kepadanya saat 45 menit yang lalu. Morgan berdecak kesal. Ia lalu mencari nomor ponsel suster Hana dan meneleponnya, beberapa kali Morgan mencoba menghubungi suster Hana, tapi yang terdengar hanya suara seorang wanita mengucapkan kata-kata yang sama 'Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif, atau berada di luar jangkauan.'

TBC.....

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

Naughty Nanny Par 23

Roman d'amour

7.2M 350K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
2.3M 35.1K 48
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
6.4M 331K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
604K 26.2K 41
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...