BABY TWINS

By MilaRhiffa

165K 6.5K 79

Perjodohan mungkin dianggap tabu di zaman modern seperti saat ini. Namun itu terjadi pada Morgan Oey dan Aelk... More

(1) Elo?
(2) Sushi
(3) Cincin Kalung
(4) Tiga Bulan
(5) Kamar Gue!
(6) Status Palsu
(7) Baby Twins!
(8) Rafha dan Rifha
(9) Kutukan Konyol
(10) Nightmare
(11) Jealousy
(12) Masa Lalu
(14) Blood Type
(15) Pasangan Muda
(16) Buggg!
(17) Terbongkar
(18) Aku sayang kamu
(19) Nikah muda?
(20) Mommy, Daddy Minta Maaf!
(21) Mr and Mrs Winata
(22) Lulus SMA
(23) Weird Graduation
(24) You'll be Mine
(25) Baby Twins Hilang!
(26) Telling a Trap!
(27) What happened?
(28) End for start!

(13) Sandiwara

5K 211 1
By MilaRhiffa

Larut malam, Morgan dan Aelke pulang ke rumah mereka berdua. Aelke duduk di samping Morgan yang mengemudikan mobil dengan santai. Aelke memang selalu meminta Morgan untuk tidak memakai kecepatan tinggi saat Aelke naik mobil bersamanya.

Di dalam mobil, entah kenapa suasana menjadi begitu hening. Morgan dan Aelke sibuk dengan pikirannya masing-masing. Karena sudah larut malam, dan Morgan juga tidak mengajaknya bicara, Aelke malah tertidur sebelum sampai di rumah. Morgan melirik Aelke yang tidur, wajahnya terlihat damai dan ikut mendamaikan hati Morgan.

Sepertinya Morgan mulai sadar, apalagi ketika Irma yang dulu pernah menjadi kekasih pertamanya datang kembali di kehidupannya, Morgan merasa hatinya sudah tertuju ke satu arah, pada Aelke. Ya, Aelke Mariska yang awalnya ia tolak mentah-mentah untuk dijodohkan dengan dirinya.

Sudah sampai di garasi mobil, Aelke masih tertidur, sepertinya ia memang lelah karena siang tadi sudah menghabiskan waktu bersama si kembar.

"Entah apa rasanya, yang pasti gue tenang kalo liat wajah damai lo kayak gini. Ya, meski kadang nyebelin..." ujar Morgan menatap Aelke yang masih tidur. Morgan awalnya ingin membangunkan Aelke, tapi rasanya tidak tega. Ia berpikir berkali-kali, sampai akhirnya memutuskan untuk turun dari mobil, membukakan pintu Aelke, dan mengangkat tubuh Aelke yang lumayan berat. "Makan Sushi mulu, sih. Berat benerrrr..." ucap Morgan sambil mengangkat tubuh Aelke yang masih menggunakan gaun dalam pangkuannya.

Dengan hati-hati dan susah payah, Morgan menekan bel rumahnya. Tak lama, suster Hana membuka pintu dan Morgan langsung masuk menuju kamar Aelke.

Di depan kamar Aelke, Morgan mendengus kesal karena kamarnya dikunci dan Morgan tidak tahu kuncinya dimana. Morgan memanggil suster Hana dan memintanya untuk mencari kunci kamar Aelke. Aelke terusik, ia mengerjapkan matanya perlahan, mengumpulkan kesadarannya sampai akhirnya ia sadar sedang berada dalam pangkuan seseorang. Aelke langsung terperanjat kaget. Morgan kehilangan keseimbangan dan melepaskan Aelke hingga akhirnya Aelke hampir saja terjatuh.

"Eh, lo ngapain gue?" tuding Aelke. Morgan melotot karena Aelke yang tiba-tiba saja terbangun dan menuduh Morgan begitu saja.

"Lo kira gue bakal ngapain lo?" ucap Morgan balik bertanya.

"Jangan macem-macem sama gue!" gertak Aelke sedikit takut, Morgan menghembuskan nafas berat dan merasa lelah.

"Suster, tolong jelasin sama dia. Sekalian bilangin juga nanti-nanti harus belajar berterima kasih sama orang yang udah capek-capek bopong badan beratnya yang ketiduran di mobil sampe ke depan kamar!" ujar Morgan langsung pergi ke kamarnya.

Aelke termenung sendiri mencerna ucapan Morgan tadi. Suster Hana tersenyum dan sedikit menceritakan apa yang ia lihat. Setelah itu, Aelke masuk ke dalam kamarnya, kembali merenung lalu menatap jam dinding. "Udah jam 1..." cetusnya. Aelke masuk ke dalam kamar mandi dan mengganti pakaiannya. Setelah itu, ia duduk di sisi ranjang sambil menimang-nimang handphone-nya. Dengan seribu pertimbangan, Aelke mengirim pesan kepada orang yang kamarnya bersebelahan dengan dirinya.

To: Morgan Aneh
Udah tidur?

Aelke menekan tombol 'Send' setelah mengetik sms untuk Morgan. Gelisah, Aelke mondar-mandir di kamarnya karena Morgan tidak juga membalas smsnya padahal, ia sudah menunggunya selama 10 menit.

'Tok, tok!' Aelke menoleh, pintu kamarnya diketuk. Dengan ragu-ragu, Aelke membuka pintu kamarnya dan Morgan sudah berdiri santai di depan kamar Aelke sambil menyender di daun pintu.

"Lihat, gue udah tidur belom?" tanya Morgan menatap Aelke jenaka. Aelke kikuk sendiri dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yah, beraninya sms doang! Kamar kita sebelahan, sipit. Ngapain lo sms-sms segala?" tanya Morgan melihat Aelke yang hanya diam serba salah. Aelke terlihat gugup sekarang. Ia hanya menunjukkan deretan gigi putihnya sambil berkata "Mmm, itu... Anu... Gue, gue... Mau minta maaf. Iya minta maaf, maaf banget soal tadi..... Udah nuduh lo yang enggak-enggak." ujar Aelke salah tingkah. Morgan mengangkat sebelah alisnya, dan Aelke merasakan dadanya berdebar melihat wajah Morgan dengan ekspresi seperti itu.

"Heem, terus?" tanya Morgan. Aelke makin salah tingkah sekarang.

"Terus? Ya, segitu aja gak ada terusannya." jawab Aelke.

"Minta maaf doang, nih?" tanya Morgan lagi.

"Eh, enggak... Gue juga makasih banget sama lo udah susah-susah bopong gue sampe sini, berat yaaaaa?" tanya Aelke, Morgan menatap Aelke makin intens, Aelke tanpa make up seperti ini yang membuat hatinya makin damai, tenang dan refleks terdiam.

"Berat banget!" cetus Morgan. Aelke jadi merasa tidak enak.

"Dasar sipit, mommy boongannya baby twins, markibo, bye!" Morgan mencubit pipi kanan Aelke sampai Aelke meringis lalu langsung masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Aelke yang masih berdiri mengusap-usap pipinya dengan senyuman yang tanpa sengaja terukir begitu saja.

***

"Duh, suster.. Aku minta maaf ya, semalem suster jadi nginep disini, sekarang harus ngasuh baby twins lagi, aku janji pulang cepet kok sekolahnya," ucap Aelke, suster Hana tersenyum "Gapapa ko, neng Aelke. Suster kan tugasnya ngasuh bayi-bayi lucu ini.." jawab suster Hana sambil menggendong Rafha, Rifha sedang dipakaikan baju oleh Aelke.

Morgan keluar dari kamarnya sudah memakai seragamnya. Sambil memakai dasi sekolah, ia duduk di sofa. "Wahaha, baby twins udah bangun..." ujar Morgan. Seteleh dasinya terpasang sempurna, Morgan mendekati Rafha dan menciumnya, setelah itu ia juga mencium Rifha yang baru selesai didandani. Aelke memakaikan bandana warna peach di kepala Rifha, sepadan dengan baju yang Aelke pakaikan di tubuh mungil Rifha.

"Eh, si Rafha napa pake bajunya kagak samaan aja? Pan mereka kembar..." ucap Morgan berkomentar melihat Rafha dan Rifha tidak mengenakan baju yang sama.

"Lah, kan mereka beda jenis, Gan." jawab Aelke.

"Ye, kan gak harus samaan juga modelnya, minimal warnanya sama gitu," ujar Morgan.

"Gak harus sama kan mereka? Entar bosen kalo samaan mulu..." timpal Aelke.

"Harus sama, mumpung masih baby, kalo udah gede tuh baruuuuu, bebas sebebas mereka deh." Morgan tak mau kalah. Aelke menatap Morgan jengkel.

"Masa gue musti ganti baju mereka dari awal lagi?" tanya Aelke protes.

"Harus! Cepetan ah.. Ganti!" titah Morgan, Aelke dengan langkah malas berjalan menuju lemari box yang menyimpan baju-baju baby twins, tapi Morgan malah menarik lengan Aelke cepat.

"Gak usah, ding! Gue cuma mau ngetes aja, lo nurut juga ternyata. 1 kriteria buat jadi istri gue terpenuhi..." ujar Morgan cengengesan dan langsung berlari keluar rumah sebelum Aelke ngamuk.

"Wah, parah lo pagi-pagi! Ganggu macan cantik tau gak!" teriak Aelke dari dalam. Aelke langsung berlari mengejar Morgan sambil membawa jas hitam.

"Sini lo!" Aelke.

"Maaf, gue tadi becanda!" Morgan memohon.

"Haha, yang tadi gue anggep lewat. Nih, lupa lo kalo kita musti nyamar dulu??? Si dokter lewat gimana?" tanya Aelke sambil menyerahkan jas hitam Morgan karena Aelke sendiri sudah siap memakai baju ala-ala kantoran.

"Ah iya, lupa!" tukas Morgan.

***

"Eh, dapet nilai berapa praktek Biologi?" tanya Dicky yang langsung duduk di tengah-tengah. Bisma dan Reza otomatis harus bergeser.

"Baby, disini aja duduknya, ngalangin orang aja!" ucap Dinda, Dicky cengengesan sambil pindah duduk di samping Dinda karena mereka sedang berada di kantin sekolah.

"Kelompok gue dapet 85. Yeeeaaah!!!" teriak Ilham bahagia, Reza dan Bisma tertawa keras melihat ekspresi Ilham yang seolah-olah baru saja menang di kompetisi tingkat Internasional.

"Good morning, all..." Aelke datang menghampiri teman-temannya. Rasya memberikan celah untuk Aelke duduk. Mereka pagi ini memang masuk sekolah untuk merekap nilai-nilai praktek mata pelajaran akademis maupun non akademis.

"Aelke, jalan yuk, laaah... Lo sibuk benerrr kagak pernah ngikut jalan lagi." ujar Bisma, Rasya mengangguk setuju.

"Ada pameran elektronik canggih buatan Indonesia loh siang ini..." ujar Rasya, Aelke tersenyum.

"Enggak deh, lain kali aja ya!" jawabnya.

Dari kejauhan, Ifa berjalan menuju kantin. Ia celingak-celinguk mencari seseorang lalu duduk di salah satu kursi kantin. Tak lama, Rafaell datang menghampiri Ifa dan duduk di hadapannya.

"Raf, ada Aelke tuh!" tunjuk Ifa, Rafaell mengikuti arah yang ditunjukkan Ifa dan melihat Aelke yang sedang sarapan bersama teman-temannya.

"Hmm, biarin deh..." jawab Rafaell sambil tersenyum.

"Duduk bareng mereka aja, yuk!" ajak Ifa, Rafaell menggeleng. "Disini aja, deh..." jawab Rafaell.

"Kamu sama dia saling sayang, kan? Kok begini?" tanya Ifa, padahal jauh di dalam hatinya, ia menyayangi sosok Rafaell sejak dulu.

"Kepo deh, kamu!" jawab Rafaell sambil tertawa renyah.

Ifa menarik tangan Rafaell, mereka mendekati Aelke dan teman-temannya.

"Guys, kita boleh gabung, dong?" tanya Ifa, semua menoleh dan saling pandang. Rasya melihat Aelke, Aelke menoleh dan melihat Rafaell sudah berdiri bersama Ifa.

"Mmm, sok aja, sini duduk deket gue!" ucap Bisma, Ifa akhirnya duduk di samping Bisma dan di samping kirinya ada Ilham. Rafaell duduk di samping Aelke.

"Kamu apa kabarnya?" tanya Rafaell memandangi Aelke yang sedang makan roti bakar. Aelke menatap Rafaell sambil tersenyum manis. "Baik, liat dong, aku baik-baik aja, kan??"

Rafaell tersenyum, "Kamu keliatan baik dan makin cantik." ujar Rafaell, Aelke refleks tersenyum mendengar apa yang dikatakan Rafaell.

"Cieee, pagi-pagi coco udah gombal... Ahahaha.." Dicky menggoda Rafaell, Rafaell terkekeh malu.

"Tau gak, Aelke? Kemaren-maren noh, dia nyariin lo mulu!" timpal Dinda.

"Sambil bawa kotak makanan..." lanjut Rasya.

"Isinya Sushi..." Ilham nimbrung.

"Terus galau lo nya kagak masuk." Bisma.

"Terus Sushinya dikasih ke Dinda ama Rasya, haha..." Reza tertawa, dan yang lain ikut tertawa, begitu juga Ifa. Ia tertawa sambil menekan rasa cemburu di hatinya karena ia tahu selama ini Rafaell hanya mencintai Aelke.

"Terus, terus, Rafaell bilang, Nih buat kalian, tadinya khusus gue buatin bakal Aelke, tapi dianya gak dateng.. Uhug! Uhug!" Bisma makin usil, Aelke dan Rafaell hanya menunduk malu jadi bahan ledekan pagi-pagi begini.

Morgan dan dua temannya melewati kantin dan sempat mendengar gurauan Bisma bersama teman-temannya. 1 hal yang membuatnya cemas adalah, ketika melihat Aelke bersama Rafaell. Karena yang Morgan tahu, Aelke dan Rafaell saling menyayangi.

"Gue makin konslet gara-gara si sipit!" tukas Morgan berjalan meninggalkan dua temannya yang kebingungan mendengar ocehan singkat Morgan.

***

Morgan baru saja keluar dari gerbang sekolah mengendarai mobilnya. Mobilnya berhenti saat ada seorang wanita yang menghetikannya. Morgan melihat Irma sudah berdiri manis di depan mobil Morgan. Dengan berat hati dan perasaan berkecamuk, Morgan turun dari mobilnya.

"Kamu ngapain disini?" tanya Morgan, Irma tersenyum dan mendekati Morgan.

"Nungguin kamu!" jawab Irma.

"Dari mana kamu tau sekolah aku?"

"Apa sih yang aku gak tau soal kamu?" Irma.

"Aku harus pulang sekarang!" tukas Morgan. Irma mencegah Morgan pergi.

"Aku mau bicara banyak hal penting sama kamu," Irma.

"Oke, sekarang!" Morgan.

"Gak disini..." jawab Irma manja.

"Aku harus pulang sama tunangan aku, kamu mau ngomong apa?" tanya Morgan. Mendengar kata tunangan, Irma begitu saja masuk ke dalam mobil Morgan. Morgan mendengus kesal, perempuan ini membuat hatinya gerah. Dulu ia begitu saja ditinggalkan, dan sekarang? Hell, yeah!

Dengan amat terpaksa, Morgan menelepon Aelke dan menyuruhnya pulang duluan menaiki taksi. Padahal, Aelke sudah menunggu Morgan sejak tadi.

Morgan masuk ke dalam mobilnya, "Mau bicara dimana?" tanya Morgan.

"Ditempat pertama kali kita jadian!" jawab Irma dan itu membuat Morgan menoleh menatap Irma.

***

"Twinsnya makan dulu..." Aelke membawa dua mangkuk bubur yang berbeda rasa, satu untuk Rafha, dan satunya untuk Rifha lengkap dengan dua botol susu putih.

Suster Hana masih berada disana, ikut menyuapi si kembar. Ia akan pulang saat matahari sudah terbenam.

"Gimana suster, mereka pasti rewel ya tadi?" tanya Aelke.

"Enggak, kok. Mereka manis-manis. Udah bisa dikit-dikit bilang mommy.." jawab suster Hana dan Aelke tersenyum bahagia mendengarnya.

Selesai menyuapi si kembar. Aelke bangkit dan menaruh mangkuk bekas makannya dan langsung mencucinya. Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 15.05 WIB dan Morgan belum pulang juga.

"Suster, aku mau ke minimarket depan ya... Bubur si kembar udah limit soalnya." ujar Aelke, suster Hana mengangguk. Aelke mencium pipi baby twins bergantian dan mereka tertawa riang.

Aelke turun dari bajaj yang ia tumpangi, kadang ia tertawa sendiri jika naik bajaj kemanapun karena sebelumnya belum pernah menaiki kendaraan khas Jakarta itu.

Aelke memilih-milih belanjaan yang harus ia beli. Morgan memberikannya uang Rp. 500.000-, untuk keperluan si bayi selama beberapa hari. Aelke mengutamakan barang yang penting untuk menghemat keuangan.

"Pampersnya yang M aja ya, si baby kan udah gemukan sekarang..." gumam Aelke yang memasukkan pampers berisi 100 pcs ke dalam trollinya. Setelah itu ia membeli tissu dan cotton bud khusus bayi, sabun, lotion, shampoo dan makanan untuk baby twinsnya.

Setelah selesai, Aelke menuju tempat makanan ringan. Membeli sedikit camilan untuk Morgan yang doyan ngemil. Aelke tersenyum saat melihat snack seawood kesukaannya. Saat tangannya hendak mengambil snack tersebut, ternyata ada tangan seseorang yang juga mau mengambil snack yang sama. Aelke menarik tangannya dan menoleh, ia diam mematung saat melihat siapa yang ada di depannya.

"Aelke?"

"Rafaell?" tukas Aelke.

Rafaell melihat Aelke dan semua belanjaan yang ada di trollinya.

"Kamu belanja semua itu buat siapa?" 6 kata yang keluar dari mulut Rafaell berhasil membuat Aelke terpaku.

TBC..... 

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 136K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
372K 20.3K 28
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
1.1M 106K 27
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
3.5M 52.3K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...