BABY TWINS

By MilaRhiffa

165K 6.5K 79

Perjodohan mungkin dianggap tabu di zaman modern seperti saat ini. Namun itu terjadi pada Morgan Oey dan Aelk... More

(1) Elo?
(2) Sushi
(3) Cincin Kalung
(4) Tiga Bulan
(5) Kamar Gue!
(6) Status Palsu
(8) Rafha dan Rifha
(9) Kutukan Konyol
(10) Nightmare
(11) Jealousy
(12) Masa Lalu
(13) Sandiwara
(14) Blood Type
(15) Pasangan Muda
(16) Buggg!
(17) Terbongkar
(18) Aku sayang kamu
(19) Nikah muda?
(20) Mommy, Daddy Minta Maaf!
(21) Mr and Mrs Winata
(22) Lulus SMA
(23) Weird Graduation
(24) You'll be Mine
(25) Baby Twins Hilang!
(26) Telling a Trap!
(27) What happened?
(28) End for start!

(7) Baby Twins!

7.7K 283 0
By MilaRhiffa

Aelke menunggu Morgan di tempat foto kopian dekat sekolah. Sudah 10 menit ia berdiri disana, namun Morgan tak juga muncul.

Hujan rintik-rintik turun, Aelke berteduh di toko kue pinggir foto kopian yang tutup hari ini. Sambil menggosok-gosokan telapak tangan kanan dan kirinya sampai terasa hangat, Aelke menghubungi Morgan. Ponsel Morgan aktif, tapi tidak menjawab telepon Aelke.

Mobil sport warna hitam mendarat mulus di depan Aelke. Aelke mengusap wajahnya yang terkena cipratan air hujan.

"Aelke!" seseorang memanggil nama Aelke dari dalam mobilnya. Pemilik mobil itu adalah Rafaell. Rafaell keluar dari mobilnya dan berlari mendekati Aelke meski hujan.

"Kamu ngapain disini sendirian kehujanan?" tanya Rafaell.

"Aku nungguin jemputan!" jawab Aelke menahan dingin.

"Aku anter pulang aja, ya..." Rafaell. Aelke berpikir sejenak. Dari pada kedinginan, ia lebih baik pulang bersama Rafaell.

Tapi, Aelke baru ingat kalau dia tidak pulang ke rumahnya. Bisa bahaya jika Aelke malah pulang ke rumah dan diantar Rafaell.

"Makasih, Raf.. Aku nunggu jemputan aja, nanti jemputan aku kesini masa akunya enggak ada..." jelas Aelke. Rafaell berdiri di depan Aelke melindunginya dari cipratan air hujan.

"Ya udah, aku temenin sampai jemputan kamu dateng ya?" ujar Rafaell. Aelke membolakan matanya, bila Morgan datang menjemput dan Rafaell masih didekatnya, Rafaell bisa tahu apa yang ia sembunyikan selama ini.

"Duh, enggak usah Raf, kamu pulang duluan aja, jemputan aku bentar lagi dateng kok, beneran..." jawab Aelke ragu-ragu.

"Ya, udah.. Bentar lagi kan? Aku temenin kamu.."

"Enggak usah, kamu pulang aja duluan ya, charming.."

"Seriusan mau disini sendiri?"

"Dua rius!!" Aelke menunjukan jari telunjuk dan jari tengahnya. Rafaell yang sebenarnya heran, akhirnya mengangguk dan bergegas pulang. Tapi sebelumnya, Rafaell menatap Aelke yang selalu terlihat manis di hadapannya.

"Sebelum aku pulang, aku boleh tanya sesuatu?" tanya Rafaell. Aelke mengangguk pelan dan memerhatikan Rafaell.

"Kamu pernah bilang kan sayang sama aku, tapi kenapa kamu bilang kita gak akan bisa jadi pasangan?" tanya Rafaell dan pertanyaan itu berhasil membuat Aelke terdiam.

Hening. Hanya ada suara gemericik air hujan yang intensitasnya mulai stabil tanpa petir ataupun angin nakal.

Rafaell menatap Aelke, dan akhirnya Aelke balas menatap Rafaell.

"Ada hal-hal yang gak bisa aku ceritakan sama kamu, seperti apapun kita, yang jelas aku memang sayang kamu, nyaman sama kamu, aku bisa cemburu sama kamu. 1 hal yang pasti... Semua yang aku lakukan itu cuma karena aku gak mau nyakitin kamu..." jelas Aelke dan ia terlihat menghembuskan nafas berat setelah bicara itu.

Rafaell memeluk tubuhnya sendiri. "Bukannya kalo kita saling sayang bisa bentuk komitmen untuk saling membahagiakan..?" Rafaell sepertinya belum puas dengan jawaban yang Aelke berikan.

Aelke tersenyum menatap ke depan yang semuanya sudah basah oleh hujan. "Jangan pernah tanya alasannya, biarkan hujan ini jadi saksi, aku begini buat kebahagiaan kamu." jawab Aelke. Rafaell mengangguk pasrah dan pamit pulang. Ia berlari menuju mobilnya ditemani hujan. Dan setelah kepergian Rafaell, Aelke menumpahkan tangisnya.

Aelke menghentakan kakinya di genangan air hujan. Morgan tak kunjung datang padahal hujan sudah mereda.

Cccrttttt!!!
Aelke diam dengan emosi yang memuncak. Bajunya basah terkena cipratan keras air kotor karena mobil Morgan menerobos jalan yang genangan air hujannya lumayan tinggi.

"Morgan! Gila lo! Baju gue basah gini..." sentak Aelke sambil mengusap wajahnya kesal. Baju dan tasnya basah, rambutnya juga ikut kotor. Morgan di dalam mobil malas cengengesan.

"Maaf, maaf gue gak sengaja, beneran deh!" ucap Morgan. Aelke menatap Morgan sinis, Morgan memerintahkan Aelke masuk tapi Aelke tak mau masuk, ia marah. Berdiri lama menunggunya sampai kehujanan dan sekarang bajunya basah itu sangat menyebalkan.

"Maafin gue napa, pan enggak sengaja. Masuk sini, kita langsung pulang... Entar lama-lama disini lo bisa beku..." Morgan keluar dari mobilnya dan menarik tangan Aelke. Aelke awalnya menolak, tapi Morgan terus menarik-narik tangannya.

Di dalam mobil, Aelke diam. Morgan mengajak bicara, Aelke tetap diam.

Morgan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tapi tetap saja, Aelke diam dan tidak merengek ketakutan padahal biasanya Aelke paling tidak suka jika Morgan membawa mobil kebut-kebutan.

Aelke baru bicara saat Morgan membelokkan mobilnya tidak ke arah rumah yang mereka tempati juga bukan ke arah rumah orang tuanya.

"Lo mau bawa gue kemana?" tanya Aelke. Bibirnya pucat karena kedinginan. Morgan menoleh sekilas dan kembali fokus ke jalanan.

Berkali-kali Aelke menanyakan kemana mereka akan pergi, tapi kali ini malah Morgan yang diam.

Morgan memarkirkan mobilnya di salah satu butik yang terkenal di Jakarta. Morgan langsung keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Aelke, Aelke tertegun, heran dan bersiap-siap takut Morgan mengerjainya.

Morgan menarik lengan Aelke masuk ke dalam butik, disana sudah ada pelayan yang ramah dan terlihat memakai seragam.

"Mbak, ini tunangan saya, pilihin baju santai yang nyaman dipake, terus yang pantes di badan dia." ucap Morgan. Pelayan yang ada di hadapan Morgan mengangguk dengan senyuman ramahnya. Aelke membolakan matanya mendengar Morgan mengakuinya sebagai 'tunangannya'

"Oya, bahannya yang hangat dan harus best quality, liat kan tunangan saya abis kehujanan?" tanya Morgan. Pelayan itu mengangguk lagi, "Siap, Tuan!" tukasnya, lalu mempersilahkan Aelke masuk ke dalam ruang dimana koleksi baju-baju terbaik disiapkan.

Aelke menatap Morgan tak mengerti. Saat pelayan tadi menarik lembut tangan Aelke, Aelke melihat Morgan yang duduk di kursi tunggu, "Gan, gue mau diapain???" tanya Aelke.

"Ganti baju lo, gue mau tepatin janji semalem." ujar Morgan singkat.

Beberapa menit kemudian, Aelke sudah keluar dari ruang ganti. Pelayan tadi memberikan handuk basah kepada Aelke untuk membersihkan kulit dan rambutnya yang kotor. Setelah selesai, Aelke tersenyum ragu kepada semua pelayan yang melayaninya.

Aelke sudah siap dengan celana panjang dan jaket berbulu warna cokelat yang kerahnya memanjang seperti blezer. Sepatu juga sudah digantinya. Aelke menjinjing tas kecil yang berisi baju kotornya dan berdiri di depan Morgan. Morgan melepaskan earphonenya menatap Aelke yang sudah berubah.

"Udah anget, kan? Yuk makan Sushi...!" ajak Morgan yang langsung saja berjalan keluar butik menuju mobilnya.

Aelke menautkan kedua alisnya heran. 'Tu anak kenapa ya? Tumben baik banget...'
***

Aelke dan Morgan sama-sama memesan Sushi isi salmon dan Hot Ocha.

"Gan, perasaan pas kemaren gue mau buang baju lo, lo bilang duitnya mau ngirit? Kok lo malah beliin baju ginian buat gue di butik mahal??" tanya Aelke sambil menyeruput Hot Ocha-nya. Morgan mengunyah Sushinya lalu menjawab pertanyaan Aelke, "Anggep aja bonus dan gue lagi baik. Soalnya semalem kalo gak ada lo, gue bisa mati kelaperan, terus tadi gue gak sengaja bikin baju lo basah..."

Aelke menganggukan kepalanya tetap heran, baru kali ini Morgan gak nyeleneh seperti biasanya.

"Aelke? Morgan?"

"Uhug!! Uhug!" Aelke tersedak makanannya sendiri saat Ilham dan Reza sudah berdiri di tempat mereka makan. Morgan buru-buru memberi Aelke minuman.

"Eh, aduh maaf, jadi kesedek!" ucap Reza, Ilham menatap Aelke dan Morgan bergantian.

"Tunggu, tunggu.. Seumur-umur, gue baru liat lo sama lo akur begini dan makan berdua... Wah, ada yang gak beres!" tukas Ilham, Aelke dan Morgan saling melempar pandangan satu sama lain. Gawat urusannya kalau sampai mereka tahu apa yang terjadi.

"Iya, bener. Kalian berdua kagak miring kan otaknya? Normal kan? Biasanya cek-cok sana, cek-cok sini, ini akur...? Wah, udah jinak ya?" goda Reza. Aelke melempar tatap protes pada keduanya.

"Atau kalian diem-diem suka? Ahahaha..."

"Eh, gak begitu..." sergah Aelke.

"Bawel dah kalo ada lo, lo pada... Gue punya utang ama Aelke, makannya makan bareng dah sekarang," ucap Morgan dengan wajah santai tapi meyakinkan.

"Masa, sih?" tanya Ilham cengengesan. "Tapi, kurang asik dah kalo akur begini. Seruan kalo kalian berantem, haha.." timpal Reza.

"Diem lo, ah... Mau gue traktir kagak? Sekalian berempat biar puasss!" tawar Morgan. Reza dan Ilham langsung mengangguk antusias.

***

Ujian Nasional sudah berjalan, dan ini adalah hari terakhir. Aelke dan Morgan pisah ruangan karena nama Aelke dan Morgan berada di abjad yang berbeda.

Satu rumah, satu sekolah, dan sempat akur. Aelke dan Morgan nyatanya kembali menjadi Tom&Jerry. Disetiap kesempatan mereka bersama, pasti ada saja masalah yang diperdebatkan.

Orang tua Aelke malah sering bolak-balik ke rumah Aelke dan Morgan karena anaknya selalu minta mereka datang. Morgan makin hari makin usil. Pernah menyembunyikan separuh novel Aelke, menghabiskan semua stok makanan, pernah menghilangkan file tugas penting Aelke dan semua itu membuat rumah yang ditempatinya tidak pernah sepi. Selalu ada teriakan-teriakan kesal keduanya, adu omong, adu jail dan balas dendam satu sama lain.
***

Karena pusing, tak tahan, merana, Aelke memutuskan duduk di tepi kolam renang sambil membersihkan miniatur berbentuk Sushi yang diberikan Rafaell padanya. Aelke membersihkan debu-debu yang menempel pada miniaturnya satu-persatu.

Sambil tersenyum miris, Aelke menyanyikan sebait lagu 'Bukan, bukan keinginanku... Tuk mencoba meninggalkanmu. Namun, tak bisa kujelaskan, aku takut menyakitimu.'

Byurrr!!!

Aelke terkejut dan bangkit, Morgan tiba-tiba saja sudah menceburkan diri ke kolam renang. Ia hanya mengenakan boxer pendek dan bertelanjang dada. Aelke mendengus kesal. "Dasar penganggu akut! Ini lama banget sih ketiga bulan, gue udah gak kuaaaaat!" pekik Aelke kesal. Morgan menyembulkan wajahnya ke atas permukaan air mendengar Aelke berteriak.

"Berisik! Lo kira gue betah apa disini?" timpal Morgan berenang ke tepian, mendekati Aelke, dan malah menarik kaki Aelke yang sedang berdiri di tepi kolam sampai ia kehilangan keseimbangan.

"Aaaaa, Morgan gilaaa!" teriak Aelke tercebur ke dalam kolam. Miniatur Sushinya yang terbuat dari tanah liat tenggelam semua, warnanya sedikit memudar dan disitulah Aelke langsung menyelam, mencari keberadaan miniatur-miniaturnya di dasar kolam.

Aelke menyembulkan wajahnya ke atas, Morgan sudah duduk di tepi kolam sambil tertawa keras. "Haha, Sushi-sushiannya kecebur..." tawa Morgan.

Aelke menatap miniatur yang berhasil diselamatkan, ia sedih warnanya berubah, dan ada yang retak. Dengan kesal, Aelke berenang ketepian, dan berdiri di depan Morgan.

"Lo boleh hancurin barang apapun yang gue punya, gue maafin, gue ikhlasin. Tapi buat barang ini yang menurut lo gak ada harganya, gue gak akan maafin lo seumur hidup. Sumpah demi apapun. Gue. Benci. Lo! Gue benci sama lo!!!" ucap Aelke menggebu-gebu menahan tangis dan langsung berlari ke dalam rumah dengan keadaan yang basah kuyup.

Morgan menatap punggung Aelke yang berlari. Baru kali ini melihat Aelke semarah itu. Morgan bangkit dan melihat isi kolam. Masih ada beberapa miniatur Sushi yang tenggelam. Dan seketika rasa bersalah menyelimutinya.

***

Morgan sejak tadi berdiri di depan pintu kamar Aelke. Meminta maaf, menyuruh Aelke makan malam, menawarkan ganti atas miniaturnya yang rusak, dan Aelke tidak menggubrisnya. Morgan duduk di depan kamar Aelke. Memikirkan sepenting apa miniatur Sushi itu sampai Aelke marah besar. Karena memang, hanya itu barang kecil kesayangan Aelke dari Rafaell yang dicintainya.

Hujan malam ini kembali turun mengguyur ibu kota Jakarta. Morgan sudah terlelap di depan pintu kamar Aelke. Sepertinya, ia lelah menunggu Aelke keluar sejak sore tadi.

Jam dinding menunjukan pukul 22.00 WIB. Bel rumah berbunyi nyaring beberapa kali. Morgan yang asik dengan mimpinya, tak mendengar ada yang menekan bel rumahnya.

Sedang termenung di dalam kamar dengan mata yang membengkak. Aelke bangkit dengan malas, kesal, dan ingin pergi ke tempat yang jauh sekali. Ditambah sejak tadi bel rumah berbunyi berkali-kali dan tidak ada tanda-tanda Morgan membuka pintu rumah mereka.

Aelke membuka pintu kamarnya dan mendapati Morgan tertidur menelungkup di depan pintu. Morgan terbangun saat Aelke hendak melangkah. Aelke masih terlihat dingin.

"Aelke, gue minta maaf..." ujar Morgan dengan wajah bantalnya.

"Awas, nyebelin lo ya... Bel berisik dari tadi, mending bukain pintu!" timpal Aelke dingin. Takut Aelke makin marah, Morgan buru-buru menuju pintu utama dan membukanya. Angin malam dengan air hujan langsung menyambut. Morgan celingak-celinguk, tidak ada siapa-siapa. 'Mana? Kagak ada sapa-sapa...'

Baru saja hendak menutup pintu. Morgan melihat keranjang besar di depan rumahnya. 'Hah, apaan itu?' ujarnya dalam hati. Morgan mendekati keranjang tersebut, membukanya, dan terperangah kaget.

"Aelke!" teriak Morgan keras, Morgan menarik keranjang besar itu masuk ke dalam rumah, dan menutup pintu lalu menguncinya.

"Aelke, sini cepetan!" Morgan berteriak lagi.
Aelke menghampiri dengan wajah malasnya.

"Apaan itu? Kiriman?" tanya Aelke.

"Lo liat!" titah Morgan membuka tutup keranjang yang terbuat dari rotan yang kuat.

Aelke terkejut, ia membolakan matanya melihat isi keranjang tersebut.

"Hah, bayi siapa itu????" teriak Aelke, Morgan menggeleng dengan wajah paniknya. Di dalam keranjang tersebut, memang ada dua bayi kembar yang tertidur pulas meski wajah mereka terlihat basah karena cipratan air hujan.

Aelke mundur beberapa langkah takut. "Bayi siapa itu, Gan?? Lo gila ya bawa masuk bayi orang..." ucap Aelke gemetar.

"Gue mana tau, kagak ada orang di luar, cuma ada keranjang ginian, gileee isinya bayi, mana kembar pula..." ujar Morgan mengusap wajahnya gusar. Morgan menemukan secarik kertas di sisi bayi yang lebih kecil ukuran tubuhnya.

Morgan lalu membuka lipatan kertas tersebut dan membacanya.

'Siapapun yang menemukan kedua bayi kembar ini, wajib untuk mengurusnya dan mengangkatnya sebagai anak yang sah. Perlakukan bayi ini dengan baik, dan jika tidak dilaksanakan, maka kutukan paling kejam di dunia berlaku tujuh turunan seumur hidup Anda!'

Baby Twins!

Kilat menyambar keras saat Morgan selesai membaca tulisan di kertas tersebut.

TBC....

Continue Reading

You'll Also Like

962K 95.4K 26
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
2.3M 35.1K 48
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
966K 145K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
1.6M 7.6K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...