Gemelo Twins

By MaharaniTasya

481K 44.8K 2K

Rafael meninggalkan Farrell, dan Farrell mengejarnya. Selalu seperti itu. Hingga suatu hari Farrell lah yang... More

Gemelo Twins
Gemelo Twins • 1
Gemelo Twins • 3
Gemelo Twins • 4
Gemelo Twins • 5
Gemelo Twins • 6
Gemelo Twins • 7
Gemelo Twins • 8
Gemelo Twins • 9
Gemelo Twins • 10
Gemelo Twins • 11
Gemelo Twins • 12
Gemelo Twins • 13
Gemelo Twins • 14
Gemelo Twins • 15
Gemelo Twins • 16
Gemelo Twins • 17
Gemelo Twins • 18
Gemelo Twins • 19
Gemelo Twins • 20
Gemelo Twins • 21
Gemelo Twins • 22
Gemelo Twins • 23
Gemelo Twins • 24
Gemelo Twins • 25
Gemelo Twins • 26
Gemelo Twins • 27
Gemelo Twins • 28
Gemelo Twins • 29
Gemelo Twins • 30
Gemelo Twins • 31
Gemelo Twins • 32
Gemelo Twins • 33
Gemelo Twins • 34
Gemelo Twins • 35
Guys...
Info
Gemelo Twins • 36
Gemelo Twins • 37
Gemelo Twins • 38
Gemelo Twins • 39
Gemelo Twins • 40
Gemelo Twins • 41

Gemelo Twins • 2

17.3K 1.5K 36
By MaharaniTasya

Farrell sudah siap dengan seragam sekolahnya. Putih abu-abu.

Ia beralih menghampiri Rafael yang sedang duduk santai di sofa sambil menonton televisi, lebih tepatnya di ruang tamu yang satu ruangan dengan dapur.

"Lo sekolah?" Ucap Rafael saat ia tak sengaja melihat Farrell megambil kunci motor di meja tepat di depan sofa yang Rafael duduki.

"Sekolah, sekarang kan senin. Lo kapan masuk?"

"Gatau, mungkin besok atau lusa."

"Yaudah gue berangkat dulu ya,"

"Iya, hati-hati lo."

Setelah Farrell pergi meninggalkan apartemen, Rafael menatap layar televisi di depannya dengan bosan.

Ia meraih ponselnya dan melihat ada pesan masuk.

Adiza Tamara
Rafa? Hari ini kamu sekolah kan?

Rafael menghela nafasnya. Ini semua harus segera berakhir, menurutnya.

Rafael Gemelo
Ngga Za, ohiya ada yang mau aku omongin sama kamu.

Rafael mengetuk-ngetukan jarinya pada punggung ponselnya. Menunggu. Ia benci itu. Hingga akhirnya ponselnya kembali berdenting.

Adiza Tamara
Kenapa? Kamu sakit? Aku ke Apartemen ya?

Rafael Gemelo
Engga Za. Gausah, aku gapapa. Bahkan sehat wal'afiat. Aku cuma pengen ngomong sesuatu sama kamu, dan ini ada hubungannya sama penyebab aku ngga masuk sekolah hari ini.

Adiza Tamara
Yaudah, kamu mau ngomong apa?

Rafael menghela nafasnya lagi. Ia meyakinkan dalam dirinya bahwa keputusan yang akan ia ambil ini memang benar-benar tepat.

Rafael Gemelo
Sebenernya, senin kemarin aku ngeliat kamu sama Dafa di kafe.

Adiza Tamara
Hah? Kamu salah liat kali Fa, aku ngga mungkin kayak gitu. Kamu ngga mungkin mikir yang ngga-ngga soal aku sama Dafa kan? Kamu percaya sama aku kan, Fa?

Rafael tertawa hambar. Menurut Rafael, terlalu bertele-tele itu berarti ada yang disembunyikan.

Rafael Gemelo
Aku ngga salah liat deh kayaknya, mata aku masih sehat. Minus pun engga sama sekali, atau kamu sama Dafa punya kembaran? Dan yang aku liat itu kembaran kalian? Kedengerannya ngga mungkin ya.

Adiza Tamara
Fa, kamu kenapa jadi gini? Oke, aku akuin. Itu emang aku sama Dafa, tapi kita ngga ngapa-ngapain. Aku cuma nemenin Dafa, aku kasian sama dia karna dia sendirian. Kamu ngga marah sama aku kan, Fa?

Rafael Gemelo
Gausah segitunya, aku ngga marah kok. Aku cuma mau sesuatu dari kamu.

Adiza Tamara
Makasih ya kamu ngertiin aku😃 kamu mau apa? Aku pasti turutin.

Rafael membaca balasan pesan dari Adiza dengan wajah datar.

"Gue kira cuma Dafa doang yang lo turutin Za, ternyata gue juga." Ujar Rafael dengan wajah sedatar mungkin lalu kembali mengetikan pesan untuk Adiza.

Rafael Gemelo
Aku mau, kita putus.

1 menit.

2 menit.

3 menit.

4 menit.

5 menit, dan Adiza belum juga membalas pesannya. Namun akhirnya ponselnya berdenting kembali.

Adiza Tamara
Fa? Kamu bercanda kan? Sumpah ini ngga lucu. Kata putus jangan di pakai bercanda, Fa.

Rafael Gemelo
Aku serius. Mulai sekarang kita putus.

Adiza Tamara
Kenapa? Jadi kamu beneran ngira aku ada sesuatu sama Dafa? Kamu mutusin aku karna aku kasian dan nemenin dia di kafe? Kamu jahat, Fa!

Rafael Gemelo
Terus, aku harus pertahanin hubungan aku sama cewek yang lebih milih nemenin cowok lain dibanding pacarnya sendiri? Aku nunggu cewek itu berjam-jam. Tapi yang aku dapat apa? Aku malah ngeliat cewek yang aku tunggu masuk ke kafe sambil gandengan tangan sama cowok lain. Cewek itu kamu. Dan cowok lain itu Dafa. Apa cinta sebuta itu sampai kamu sama Dafa ngga sadar kalo ada aku di kafe itu? Aku ada didalamnya, nempatin meja yang ngga jauh dari meja kalian. Sekarang tolong kasih tau sama aku, siapa yang lebih jahat?

Adiza Tamara
Kamu ada disana? Astaga, aku lupa waktu itu ada janji sama kamu. Jangan putusin aku, aku sayang sama kamu Fa. Aku mohon.

Rafa berdecak pelan.

'Aku sayang sama kamu Fa.' Mungkin Fa yang dia maksud itu Dafa. Bukan gue.

Rafael Gemelo
Semua udah jelas Adiza. Ngga usah ngelak lagi, karna cara kamu ngelak itu bikin kamu terlihat lebih jahat. Terimakasih untuk 16 bulan ini, kamu udah buang-buang waktu aku. Dan terima kasih, karna kamu secara ngga langsung ngasih tau aku kalau kamu itu bukan yang terbaik buat aku.

Rafael melempar ponselnya ke sisi sofa yang kosong lalu menutup wajahnya kuat-kuat. Nafasnya tak beraturan bahkan dadanya naik turun. Lagi-lagi, masalah percintaannya menyakiti dirinya sendiri.

**

Farrell berlari kecil mengejar seorang perempuan yang tak kunjung menoleh saat diteriaki namanya

"Alecia! Aduh cantik-cantik turunan haji bolot. Alecia!!" Ujarnya lalu akhirnya menepuk bahu Alecia karna merasa mereka sudah dekat.

Alecia menoleh dengan tatapan bingung karna wajah Farrell terlihat sangat kesal.

Tangan Alecia terulur untuk melepas sebelah earphone-nya.

"Apa?" Ucapnya dengan wajah tanpa dosa.

Farrell menganga. "Jadi daritadi lo pake earphone? Gue manggilin lo dari tadi Al, astaga."

Alecia mengernyitkan dahinya.

"Lo kan tau Rell, setiap pagi gue selalu pakai earphone."

Farrell mengerjap berkali-kali. Lalu ia menepuk jidatnya.

"Gue lupa Al."

Alecia memutar bola matanya. "Jadi, ada apa manggil gue?"

"Kantin yuk? Gue belum sarapan nih."

"Setiap pagi juga lo selalu bilang kalo lo belum sarapan."

Farrell hanya nyengir kuda memamerkan deretan gigi putihnya.

"Temenin kantin ya?"

Alecia berfikir sebentar. "Hmm, boleh deh. Traktir ya?"

"As always. Come on!" Ucap Farrell antusias lalu tanpa sadar ia merangkul Alecia.

Alecia sempat risih karna jika ia dirangkul Farrell, itu berarti pulang sekolah ia pulang telat.

Para cewek yang menyukai Farrell akan mengganggunya. Paling parah, melabraknya.

Tapi Alecia selalu bungkam. Ia tidak pernah menceritakan itu kepada Farrell. Walaupun perempuan, Alecia tidak mau dianggap lemah. Ia akan menghadapi semua masalahnya sendiri.

Sesampainya mereka di kantin, beberapa pasang mata langsung menatap dengan tidak suka.

Tentu saja, ini masih pagi dan kantin di dominasi oleh perempuan pagi ini. Jadi, wajar jika banyak yang menatap tak suka.

Farrell Gemelo memang most wanted di sekolah ini.

"Lo mau makan apa Al?"

"Minum aja deh, tolong pesenin sama Bu Desi ya susu coklat hangat."

Farrell mengangguk lalu bangkit dari duduknya.

"Tunggu bentar ya."

Alecia mengangguk lalu sambil melihat punggung Farrell yang tengah memesan makanan dari jauh.

Hinga ia merasakan ada yang menarik rambutnya kuat-kuat. Ia mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Ia tak ingin berteriak dan membuat Farrell menoleh.

"Masih aja kecentilan sama Farrell ya? Lo mau gue jambak sampe botak?" Bisik seorang perempuan dengan penuh penekanan.

Alecia memejamkan matanya kuat-kuat menahan rasa sakit dan perih di kulit kepalanya karna jambakan dari perempuan ini.

Tepat setelah Farrell berucap terima kasih kepada pedagang di kantin, perempuan itu langsung melepaskan jambakannya dan kembali duduk di tempatnya. Seakan tak terjadi apapun.

Farrell mengernyit bingung saat melihat rambut Alecia yang tergerai sedikit berantakan. Tangannya terulur untuk mengusap bagian yang berantakan itu.

Saat Alecia merasakan tangan Farrell yang mengusap kepalanya, ia memejamkan matanya kuat-kuat lagi.

Malapetaka. Sepulang sekolah nanti, perempuan itu pasti akan membalas lebih dari ini.

"Rambut lo berantakan, kena angin ya? Perasaan ngga ada angin." Ucap Farrell setelah selesai membetulkan rambut Alecia.

Alecia tersenyum. Senyum itu. Senyuman yang terlihat sangat tulus. Senyuman itulah yang membuat seorang Farrell menaruh hati padanya.

"Al? Lo gapapa kan?" Entah dapat pencerahan darimana, yang jelas Farrell merasa ada yang tak beres.

Masih dengan senyumnya, Alecia menggeleng.

Ia tak ingin bersuara untuk sekarang, ia takut suaranya terdengar parau atau gemetar. Karna Alecia hanyalah perempuan biasa, ia juga rapuh.

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 75.5K 44
Jangan jadi pembaca gelap! Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus g...
454K 46.5K 47
Rasa sakit menjadi alarm atau penanda bagi kita bahwa tubuh sedang tidak baik-baik saja. Ia memberikan sinyal kepada kita untuk lebih peduli atau mul...
Roomate By asta

Teen Fiction

418K 28.6K 37
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
3.7M 218K 58
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...