[2] BAHASA RASA

By Miftastevadit

45.8K 2.8K 619

SEKUEL : [1] LUKA SEMESTA Blurb : Akhirnya, setelah melewati perjuangan yang panjang Rio bisa berdamai den... More

1 - Status Baru
2 - Quality Love
3 - Sekali-Kali jadi Suporter
4 - Sakit itu Mulai Naik Satu Level
5 - Berdamai dengan Masa Lalu
6 - Kembali Menjadi Keluarga
7 - Mengukir Kenangan Bahagia
8 - Kejutan
9 - Duet Romantis
10 - Demi Kebaikan, Katanya
11 - Kolaps
12 - Youre My Best Brother
13 - Ayo Bangun, Bocah Nakal!
14 - Usaha Seorang Kakak untuk Melindungi Adiknya
15 - Sebut Saja ini, Ikatan Batin
16 - Hidup ini Seperti Roller Coaster
17 - Perihal Ku Ingin Hidup
18 - Ayah Mau Jemput Rio ya?
19 - Menjadi Egois
20 - Strategi Dadakan Cakrawala
21 - Pesona Kapten Basket Cakrawala
22 - Menciptakan Kesan Bahagia
23 - Pedih yang Tak Terucap
24 - Ketika Sepi Mengusik Rindu
25 - Lo Bukan Sahabat Gue Lagi
26 - Menanggung Konsekuensi
27 - Menolak Lupa
28 - Tentang Sebuah Kehilangan
29 - Hilang
31 - Sebuah Salam Perpisahan
32 - Demi Seseorang yang Dicintai
33 - Biarkan Semesta Bekerja
34 - Tidak Lagi Bisa Sembunyi
35 - Persahabatan Kita Taruhannya!
36 - Akhirnya Bertemu
37 - Ketika Sahabatmu Rapuh
38 - Meninggalkan Atau Ditinggalkan
39 - Brother Talk
40 - Nanti Kita Cerita Tentang Hari ini

30 - Jangan Jadi Manusia Sok Kuat

928 57 17
By Miftastevadit

Debo memasangkan seatbelt samping kemudi setelah memastikan Rio tidak akan berontak apalagi kabur ke UKS hanya untuk melihat keadaan Gabriel yang bahkan sudah dipastikan jauh lebih baik daripada kondisi Rio sendiri untuk saat ini.

"Udahlah, percuma juga lo kesana kalau ujung - ujunganya cuma pamer sepatu doang, nggak nyadar badan banget, heran!" Seakan belum puas dengan celoteh panjang dari lapangan outdoor ke parkiran, Debo kembali mengeluarkan unek - uneknya dengan sepenuh hati meski tak mendapat balasan berarti.

Tadi, dalam perjalanan ke UKS tiba - tiba Rio terjatuh begitu saja disisi koridor, Debo yang berjalan tidak jauh darinya sigap membantu, susah payah Rio mencoba untuk berdiri namun kakinya terasa lemas seperti jelly sehingga Debo terpaksa memapahnya mencari tempat duduk terdekat. Cukup lama mereka menunggu di sudut berharap tenaga Rio kembali pulih namun bukannya membaik tapi yang ada Rio malah menggigil dan mengeluarkan keringat dingin, seragam basket cakra yang dikenakannya seketika basah lengkap dengan badan gemetaran.

Debo panik dibuatnya, apalagi Rio bersikeras untuk melanjutkan langkah mereka ke UKS agar bisa melihat Gabriel ditengah kondisinya yang tidak memungkinkan. Bagaimana mereka bisa sampai disana jika menggerakkan kakinya saja Rio sudah kuwalahan?

Debo tahu Rio keras kepala, tapi dia tidak habis pikir kenapa Rio sebegitu nekatnya jadi manusia.

"Kita ke rumah sakit aja ya, lo lemes banget gini" Debo mengamati Rio setelah aksi ngomelnya selesai. Dia juga sudah mengirim pesan pada Ify sesuai permintaan Rio karena mereka tidak bisa kembali ke kelas sampai jam pelajaran selesai.

Rio menggeleng pelan, baru beberapa hari dia bisa menghirup udara segar setelah melalukan treatment tahap dua yang ternyata membutuhkan waktu lebih lama untuk recovery sampai - sampai dia harus membatalkan beberapa planning penting, termasuk memperbaiki hubungan pertemanan mereka yang berada di ujung perpisahan.

Tidak apa jika Cakka tetap akan menganggapnya penghianat tapi setidaknya mereka bisa berpisah baik - baik. Dia harus bisa memperbaiki keadaan demi mempertahankan persahabatan para gadis termasuk Ify yang akan sangat kesepian seandainya hubungan mereka justru menjadi canggung karena permasalahan ini, rasanya tidak adil jika mereka yang sudah mendampingi dengan setia harus merasakan keretakan yang sejatinya bukan sesuatu hal yang besar.

lagipula, tekatnya sudah bulat.

Ia harus meninggalkan mereka apapun yang terjadi.

Sudah saatnya mereka survive, sudah selesai main - mainnya, sudah saatnya mereka mulai fokus akan passion mereka dan kembali merajut mimpi dengan semangat berjuang yang patut diperhitungkan.

Aw, aargh...

Rio menggingit bibir bawahnya kuat - kuat saat dentuman yang cukup keras kembali menghantam kepalanya, pandangannya seketika berbayang.

"Yo?"

"Rio?"

"Kenapa?"

"Woy, lo bisa denger gue kan?"

"Ng... nggak kok, g... gue nggak apa - apa"

"Nggak apa - apa kakek lo kiper! Kenapa sih, seneng banget maksain diri! kalau sakit ya bilang sakit, biar gue ada gunanya disini" Debo mencak - mencak. "Gue nggak sejago itu buat bisa baca pikiran lo tapi bukan berarti gue nggak ngerti lo sengaja bersikap sok kuat ke gue, ke kita semua! kita nggak lagi syuting film kalau lo lupa!" Debo melanjutkan kalimatnya dengan suara lebih tinggi dengan penekanan kata di kalimat terakhir, dadanya naik turun menahan golakan amarah yang siap meledak kalau saja Rio tidak menggenggam lengannya dan membuatnya sadar dengan keadaan mereka sekarang.

"So... sorry, g... gue udah ngelibatin lo dalam masalah ini, gue tahu lo pasti berat buat ngelakuin semuanya..."

"Ya tapi bukan gitu maksud gue, Gue bukannya keberatan ada disini, tapi—

"Iyaa, iyaa, udahlah. gue ngerti kok maksud lo apa. Tapi bisa nggak kalau sekarang kita pulang dulu, mata gue udah berat banget" Rio memejamkan mata setelah memotong pembicaraan mereka dengan permintaan yang lagi - lagi tidak bisa ditolak oleh Debo, hal ini tampak jelas dengan tingkah Debo yang tanggap menyalakan mesin mobil lalu memutar stir untuk keluar dari parkiran dan segera menuju gerbang utama Cakrawala.

Debo mungkin masih kesal, terbukti dengan hilangnya obrolan sepanjang jalan pulang. Rio tidak membuka suara, satu - satunya yang bisa dia lakukan adalah memberikan waktu yang dia punya untuk membuat orang - orang terkasihnya bahagia.

'Sekali lagi saja Tuhan, beri aku waktu sekali lagi saja'

***

Rio mengerjap cepat sesaat setelah netranya terbuka, cahaya dari lampu pijar di ruangan tempatnya beristirahat membuat menutup mata sejenak, lalu membukanya kembali secara perlahan untuk menetralisir denyutan nikmat yang datang setelahnya. Ia mengamati ruangan tempatnya berada, poster Mancester United yang tertempel di belakang pintu membuatnya mendesah pasrah karena lagi - lagi dia sudah merepotkan Debo dengan menjadi tamu dadakan yang numpang tidur.

"Rio... Sayang... kamu udah bangun, Nak?"

Ia menarik dua sudut bibirnya dan tersenyum, pandangannya agak buram namun inderanya yang lain cukup untuk meyakinkannya akan suara sarat makna yang terasa begitu dekat dari posisinya sekarang, suara paling mengagumkan milik wanita paling cantik di dunia, siapa lagi kalau bukan sang Bunda.

"Mama..."

"Iya, sayang" Bu Manda menggenggam lengan putranya dengan sangat hati - hati, satu minggu Rio tidak pulang putranya tampak kehilangan cukup banyak berat badan. sebenarnya apa saja yang Ia lakukan? seberat itukah pelajaran di sekolahnya sekarang? Pak Dedi jelas mengatakan bahwa tugas Rio di kantor sampai hari ini masih dalam tahap penyesuaian, Rio hanya mengamati cara kerja disana, lagipula Ia masih pelajar, masa depannya masih panjang.

"Kok Mama bisa disini? Iyel kan lagi sakit, tadi—

"Iya, Mama udah tahu kok. Mama khawatir takut kamu drop, mana pas pemulihan gini. Kamu demamnya tinggi banget, Dokter Andrean sampai pulang buat periksa, tapi lansung pergi karena ada pasien darurat. Debo masih keluar sama nova, jadi mama yang tungguin kamu" jelas Bu Manda sambil mengusap kening putranya yang masih mengeluarkan keringat dingin.

"Maafin Rio ya, Ma. udah bikin mama khawatir"

Bu Manda menggeleng sebagai jawaban kemudian beranjak mengecup kening sang putra, keringat dingin yang mengalir di pelipisnya seolah memberi tahu sebesar apa lelah yang ditanggung tubuh itu sekarang.

Pengobatan Rio kali ini membutuhkan lebih banyak waktu dari sebelumnya, butuh lebih dari setengah hari bagi Rio untuk recovery pasca radiasi dan serangkaian tes berkala yang menyertainya, jangan lupakan dosis obat yang luar biasa beserta efek samping yang bisa datang kapan saja.

Beliau menatap sendu putranya yang begitu gigih berjuang, mana mungkin Ia bisa menerima permintaan maaf itu sementara Rio sudah berjuang sekuat tenaga? bagaimana mungkin hatinya bisa berdamai dengan segala keputusan ini?

"Mama kupasin buah, ya? tidur juga butuh tenaga loh"

Bu Manda meraih pisau di atas nakas dengan semangat melihat anggukan sang putra yang berbaring tanpa menanggalkan senyumannya. Keduanya larut dalam suasana hangat sebagaimana pasangan orang tua lainnya. Sesekali Bu Manda menyuapi sang putra dengan buah – buahan yang sudah beliau potong kecil – kecil.

Obrolan keduanya berlanjut dengan cerita seputar latihan hari ini hingga insiden dengan Debo yang membuat Rio malu setengah mati sampai Gabriel yang pingsan karena kelelahan. Bu Manda tersenyum sesekali menimpali cerita sang putra hingga ketukan pintu terdengar bersamaan dengan masuknya sosok tegap sang ayah ke dalam ruangan.

"Malam, jagoannya Papa..."

Rio menarik ujung bibirnya sembari melambaikan tangan, tersenyum kepada Pak Tama yang bahkan sudah duduk disamping ranjang.

"Gimana? better?"

Rio mengangguk.

"Tadi pesen Dokternya, Rio harus beneran istirahat dulu seminggu ini, Pa." sambung Bu Manda sebelum Rio memulai aksi sok kuatnya.

"Yaaaah, Mama..."

"Biarin, daripada kamu bandel terus! pulang ya, biar mama bisa jagain kamu"

Rio merengut, apel yang tersisa di lidah seketika terasa hambar dan keras seperti batu. "Mama ngerayu Rio nih ceritanya" ujarnya menggoda.

"Apa Mama izin aja ya sama Om Andrean buat nginep disini? oke kan?"

Rio menggeleng pelan, "Enggak ya, Ma... nggak oke kalau itu"

"Terus?"

Rio hanya geleng - geleng melihat bagaimana Bu Manda mengutarakan pertanyaan yang sejatinya hanyalah jebakan agar Ia mau pulang, ada ada saja cara beliau untuk membuatnya tak bisa menyanggah.

"Yaudah deh, anak ganteng ngalah. Tapi nggak sekarang ya, Ma. Rio mau pamitan dulu sama Om Andrean, Debo dan Nova. Nggak bisa main pergi gitu aja"

Bu Manda mengangguk mengiyakan. "Yaudah kalau itu keputusan kamu, pokoknya kamu baik - baik ya disini, kalau ada apa - apa telepon Mama atau Papa"

"Iya Mama..."

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 68.2K 31
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
10.6M 675K 43
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...
PUNISHER By Kak Ay

Teen Fiction

1.3M 116K 44
"Kenapa lo nolongin gue, hm? Kenapa nggak lo biarin gue mati aja? Lo benci 'kan sama gue?" - Irene Meredhita "Karena lo mati pun nggak ada gunanya. G...
2.7M 275K 64
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?