HURT

By natshell

241K 17.5K 430

Malik Rafael, CEO paling sukses di Vilice, harus menerima perjodohan yang sudah ditetapkan oleh nenek moyangn... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh 1/2
Sepuluh 2/2
Sebelas 1/2
Sebelas 2/2
Dua belas (1/2)
Attention
Dua Belas (2/2)
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas (1/2)

Lima Belas (2/2)

14.5K 806 82
By natshell

DIharapkan membaca kembali part sebelumnya karena author ini baru meng update setelah dia kembali patah hati.

Prilly membuka matanya, penglihatannya masih kabur. Setelah beberapa kali mngerjap-ngerjapkan matanya, akhirnya dia bisa melihat dengan jelas.

Ternyata, dia ketiduran di lantai, dengan televisi yang masih menyala. Dan juga, air mata yang sudah kering di pipinya. Sesaat dia seperti melupakan apa yang terjadi, namun dadanya kembali terasa sesak setelah dia mengingat apa yang terjadi malam ini. Dia melihat kearah jam dinding di dekatnya. Ternyata kini sudah jam 3 pagi, itu berarti dia sudah tertidur cukup lama. Dia lalu berdiri dari lantai dan pergi kearah dapur untuk mengambil segelas air putih hangat.

Prilly meminum air putih tersebut sambil melamun, dia teringat Ali. Apa yang terjadi dengannya? Mengapa dia belum juga pulang? Apa ada sesuatu buruk yang terjadi kepadanya?

Pikirannya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Dia lalu menghela nafas dan melihat kearah telefon genggam nya. Prilly mengerutkan dahinya. Ada satu notifikasi dari 30 menit yang lalu, dan itu pesan dari Rian.

Aku dalam bahaya, tolong. Gudang dekat perusahaan suamimu.

***

Prilly berjalan di pinggir jalan, dengan tas selempang putih yang menemaninya dan angin malam yang menerbangkan rambutnya. Dia merasa ketakutan, tapi sekaligus ingin membantu Rian. Dia takut terjadi yang tidak diinginkan terhadap Rian.

Dia menggeleng-geleng kuat untuk menepis pikiran buruknya, lalu berbelok karah kanan, dia memandang keatas langit, kini sekarang dia sudah melihat gedung tinggi milik suaminya, dan juga bintang-bintang yang berkerlap-kerlip. Prilly mengghembuskan nafasnya, dia pun berjalan kearah gudang dibelakang gedung perusahaan Ali itu.

Suasana jalan yang ia lewati semakin mencekam, dikarenakan sudah jam setengah empat pagi, banyak orang orang yang masih tertidur, dia takut karena semua jalanan terasa sangat sepi, kota Vilice terasa seperti kota mati pagi-pagi seperti ini.

Kini dia sudah berada di pintu besar gudang ini, Prilly menengok ke kanan-kiri. Tidak ada siapa-siapa, hanya lampu remang yang sedikit menerangi jalan kecil ini. Dia membuka telefon genggamnya, dia ingin membalas pesan Rian, menanyakn dimana Rian sekarang.

Ketika dia sedang fokus, tiba-tiba penglihatannya mengabur, dan badannya mulai tak mempunyai keseimbangan.

Prilly terjatuh dengan penglihatan terakhir sesosok orang yang tidak terlihat mukanya sedang membawa suntikan di tangan kananya.

***

Prilly membuka matanya, lalu mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, untuk mengurangi pandangan kaburnya.

Dia melihat ke kanan dan ke kiri, dia berada di ruangan gelap dengan lampu yang membuat suasana di ruangan terasa gelap dan mencekam. Lalu dia melihat satu orang pria yang datang kearahnya, "Cantik." Pria itu menyeringai kearahnya, Prilly langsung berusaha untuk melepaskan tali yang ada di tangannya, tapi pria itu kini sudah berada di depannya. "Tidak ada gunanya cantik. Kau milikku." Dia melihat kearah Prilly seperti mangsa, dia mencoba untuk mencium Prilly, namun Prilly menggeleng-geleng berusaha menghindar. Satu kecupan mengenai pipi Prilly, membuat Prilly berteriak sambil menangis. Dia merasa rendah dan menjijikan.

"Bajingan!" Pintu didobrak lalu datanglah Ali berlari dengan kencang kearah Prilly dan pria itu. Ali langsung menghajar pria itu tanpa ampun, sampai-sampai pria itu berlari kabur dari Ali. Rasanya Ali ingin mengejar pria itu namun dia tahu ada yang lebih penting.

"Prilly." Dia memeluk Prilly sambil mengecup bibir Prilly sekilas, lalu kembali memeluk Prilly erat. "Ali," Prilly berkata dengan tangisan yang masih belum reda. "Tenang sayang, kau aman bersamaku." Ali mengelus pelan punggung Prilly, berusaha meredakan tangisannya.
"Apa kau baik-baik saja?" Ali bertanya.

"Justru aku yang akan menanyakannya, apa kamu baik-baik saja?" Prilly berbalik menanya dengan tangisan yang masih tersisa. Ali hanya tertawa kecil sambil kembali memeluk Prilly, mencium harum Prilly.

"Aku baik, jika kau baik." Ali menjawab.

Mereka berpelukkan dalam diam, mereka terlarut dalam pikiran masing masing.

"Cukup waktu berpelukannya?" Suara pria dari kegelapan itu membuat Ali dan Prilly berdiri.

"Rian?" Prilly membelakkan matanya. "Apa yang-- bukannya kau--"

Rian tertawa kecil lalu menyeringai. "Kenapa kau begitu bodoh Prilly sayang? Kau masuk kedalam jebakanku."

"Diam kau, berani-berani nya kau mengikut campurkan Prilly dalam urusan kita." Ali geram, ia memindahkan Prilly ke belakang tubuhnya, ia akan menjaga Prilly sampai kapan pun. Ali menghela nafas pelan, "Rian ini kompromi ku, kau berdamai dengan Prilly, atau aku akan membuat perusahaan mu hancur dalam sekejap"

"Kompromi mu kurang menarik, sayang sekali aku tidak peduli perusahaan ku hancur, asalkan Prilly hancur, itu cukup sebanding." Rian menyeringai. "Rian, berhentilah, masa lalu cukup dilupakan dan menjadi pelajaran bagimu. Stop membenci adik angkatmu sendiri." Ali memelas, ia takut apa yang Rian akan lakukan benar-benar terjadi.

"Adik angkat?" Kini Prilly bersuara. "Iya, kau memang adik angkatku. Tapi aku tidak peduli status kita, aku ingin kamu benar-benar menghilang dari dunia ini, kau penghancur segalanya!" Rian berteriak, lalu mengerluarkan senjata api yang sudah dia simpan di kantung celananya, dia sudah ingin menarik pelatuk tersebut.

"Kau bilang penghancur? Kalau yang kau bilang Prlly adalah penghancur, lalu siapa penghancur keluarga Prilly? Siapa pembunuh kedua orang tua Prilly? Siapa yang membuat Prilly amnesia? Siapa?" Ali membalas berteriak, ia memegang erat tangan Prilly dibelakangnya, bersiap jika tiba-tiba Rian menarik pelatuk, dia siap untuk menjadi pelindung Prilly.

"Stop!" Teriak Prilly disaat Ali dan Rian berteriak ke sesamanya. "Apa yang kalian katakan? Aku masih tidak mengerti!"

"Diam kau adik kecil, kau tidak mengetahui apa-apa karena kau amnesia. Ah, aku cukup bahagia ketika mendengar kau amnesia. Tapi aku akan lebih bahagia jika kau pergi bersama orang tuamu." Rian menyeringai.

"Tidak akan, langkahi dulu mayatku sebelum kau melakukannya." Ali berucap. Rian hanya berdecak.

"Bodoh, seharusnya aku langsung memberikan badan istrimu itu ke temanku tadi, agar nasib percintaan menjijikan kalian seperti ibuku dan ayah ku dan Prilly. Ayah yang menghamili wanita lain ketika masih bersama dengan ibuku! Ayah menjijikan!" Rian menarik pelatuknya, dan menembak ke atap-atap. Prilly berteriak, Ali tetap memegang kuat tangan Prilly dan menatap geram kearah Rian. "Bajingan! Berani-berainya kau menjual istriku?" Ali menggeram.

"Stop berdendam dengan masa lalu mu, Rian! Ibumu sudah masuk kedalam Rumah Sakit Jiwa!"

"Itu yang membuat ku semakin benci padamu, Prilly! Kau penghancur keluargaku! Kau penghancur!" Rian kembali berteriak.

"Stop mengatakan penghancur kearah Prilly, dia tidak bersalah!"

"Diam!" Rian berteriak kembali. Suasana di ruangan ini semakin mencekam. Rian lalu tertawa terbahak-bahak, "Aku bisa saja menembak kalian berdua saat ini juga, tapi sebelum membunuh kalian, aku ingin bermain-main dengan kalian."

"Bajingan." Desis Ali sambil menatap tajam Rian tak kalah tajamnya dengan Rian.

"Sepertinya kah sudah mulai gila seperti ibumu itu. Aku sempat mempunyai pikiran kalau penyakit kejiwaan kalian menurun dari keluargamu."

"Bajingan!" Rian mendekati Ali dengan kemarahan tinggi, Rian sudah bersiap untuk menarik pelatuk, tapi ditahan Ali yang mendekatinya. Membuat beberapa tembakan meleset ke atas atap.

Mereka berkelahi, satu membawa senjata, satuny lagi hanya mengandalkan tangannya. "Boleh juga karatemu. Apa kau masih ingin menjaga sang putri sampai mati seperti yang selalu kau katakan?"

"Sampai mati." Ali menjawab sambil memberikan pukulan kearah muka Rian. Rian tersungkur kebawah, lalu mengusap bibirnya yang robek dan mengeluarkan darah. "Aku juga yang akan menjadi penjahat yang akan membunuh putrimu itu sampai mati." Rian kembali menerjang Ali, memberikan pukulan di bagian perut Ali, membuat Ali langsung tersungkur dan berteriak kesakitan. "Untung aku masih ingat kelemahanmu saat kita bertanding karate. Perutmu yang lemah."

"Ali!" Prilly berteriak, membuat Rian melihat kearah Prilly. "Sang putri sesang sedih rupanya.." Rian menyeringai, lalu menarik pelatuk kearah Prilly, lalu setelah itu Prilly berteriak dan jatuh tergeletak sambil berteriak, lalu dia meringis sambil melihat kearah lengannya yang terluka.

"Sialan!" Ali kembali membeikan pukulan, rasanya melihat Prilly terluka membuat tenaganya kembali terisi.

Ali kembali menerima pukulan di perutnya. Lalu dia terjatuh, dia kembali kehabisan tenaganya.

Ali mencoba berdiri, tapi perutnya kembali dipukul oleh Rian. "Apa kau masih bisa berdiri, wahai pangeran?" Ali hanya menggeram, menahan sakit di perutnya dan juga luka-luka di sekujur tubuhnya.

Ali pun menyerahkan tenaga yang tersisa dengan memukul senjata api yang dipegang Rian, membuat senjata api itu terlempar dari tangan Rian. "Sialan!"

Rian mencoba mengambil pistol itu, tapi Prilly yang didekatmya sudah mengambil senjata api itu. "Diam! Akan kutembak kau jika mendekat!" Prilly berteriak, membidim senjata api itu kearah Rian dengan tangan yang gemetaran.

"Tembak saja aku! Aku tidak peduli!"

Pelatuk itu ditekan, Prilly menembak betis Rian, yang membuat Rian terjatuh disamping Ali yang tertidur dengan nafas yang tak teratur, Ali masih menahan sakit di perutnya sampai berkeringat. Prilly kembali ingin menembak Rian, tapi Rian menarik tubuh Ali hingga menjadi pelindungnya, jika Prilly menembak, Ali yang akan tertembak dahulu.

"Coba saja menembak Prilly sayang, tapi suamimu yang akan tertembak dahulu."

"Tembak saja, sayang. Aku tak apa." Ali tersenyum lembut kearah Prilly, berusaha meyakinkan Prilly.

"Tidak! Aku tidak akan menembak kamu!"

Rian tertawa kecil, "Sayang sekali, maafkan aku pangeran." Rian mengeluarkan pisau kecil dari saku celananya dan langsung menusuk Ali dibagian perutnya.

"Ali!" Prilly menembak Rian saat itu juga. Rian pun tak sadarkan diri saat itu juga. Prilly mendekat kearah Ali, mencabut pisau kecil itu, dan melihat lukanya. "Ali! Bertahanlah!"

Ali yang sudah setengah sadar hanya tersenyum sambil memegang tangan Prilly erat, "Tenang sayang, aku tidak apa-apa."

Prilly menangis saat itu juga, "Tidak! You're not okay!"
"Prilly, dengarkan aku.." Ali berusaha berbicara.

"Aku-- aku selama ini hanya menyamar menjadi pribadi yang dingin. Aku hanya berusaha menjauh darimu, putri. Aku hanya berusaha, agar misiku membunuh Rian tidak gagal karena aku terkecoh denganmu. Aku hanya ingin menepati janjiku dulu, aku ingin menjaga mu, sampai kapan pun." Prilly semakin menangis mendengar itu. "Kamu gaperlu jadi dingin atau jadi apapun Ali! Kamu tidak perlu!" Prilly memeluk Ali sambil menangis tersedu-sedu.

"Aku cinta kamu." Bisik Ali. Prilly semakin menggeleng-geleng, "Jangan mengatakan itu!"

"Aku cinta kamu, Prillyanda Rafael." Prilly masih menangis, "Aku juga cinta kamu!" Prilly mengecup dahi Ali singkat sambil menangis.

"Tolong jangan tinggalkan aku, Ali. Tolong jangan." Prilly menangis tersedu-sedu, Ali mengusap rambut prilly dengan tangan kanannya. "I will never leave you."

"I will never leave you, Prilly."

Prilly menyadari, the most painful feeling is when someone you love gone forever. That's all. Hurt.

Tamat

***
***
A/n: well, this is the end, maybe you guys kan guess what's happen next?
Yaya i know, ini so menggantung. Aku belum menceritakan keseluruhan apa yang terjadi di masa lalu. Well, maybe ada part tersendiri untuk menceritakan apa yang terjadi. Dannnn kalian bisa menentukan ini happy ending or sad ending. Becos that is why i gapernah apdet selama berapa bulan ya? I dont know, tapi itu yang selalu bikin aku bimbang, happy ending or sad ending?

Nah, daripada ini cerita ga ditulis-tulis gara gara aku bimbang, mending aku bikin kaya gini aja deh, tergantung imajinasi kalian semua kalau selanjutnya lol.

Tapi gatau ya, mungkin aku juga bakal bikin part extaa (?) masih bimbang hehe.

Thankyou banget buat semua yang sudah mensupport aku, dan juga kalian pembaca-pembaca yang bilang cerita ini bagus :') well cerita ini gabagus bagus amat sebenernya hehe, dan juga kalian yang selalu menagih kapan apdet, kalian juga yang suka komen, pokonya semuanya yang gabia aku sebutin satu-satu, THANK YOU SO MUCH!

That is all i want to say, maaf banget kalo ada typo, karena yap mager everytime.

Tuesday, 27 Desember 2016
By the way, HAPPY NEW YEAR 2017, ada saran ga nih untuk cerita baruku?

Continue Reading

You'll Also Like

411K 33.2K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
235K 24.9K 27
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
188K 18.5K 70
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
217K 19.6K 33
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...