Half Blood Princess

By SellyAndiani

12.2K 908 113

Naya memang spesial, tidak seperti anak remaja kebanyakan. Memiliki indra ke enam yang memang diwariskan dari... More

Prolog
S.A.T.U
T.I.G.A
E.M.P.A.T
L.I.M.A
E.N.A.M
T.U.J.U.H
D.E.L.A.P.A.N
S.E.M.B.I.L.A.N
S.E.P.U.L.U.H
S.E.B.E.L.A.S
D.U.A.B.E.L.A.S
T.I.G.A.B.E.L.A.S
E.M.P.A.T.B.E.L.A.S
L.I.M.A.B.E.L.A.S
E.N.A.M.B.E.L.A.S
T.U.J.U.H.B.E.L.A.S
D.E.L.A.P.A.N.B.E.L.A.S
S.E.M.B.I.L.A.N.B.E.L.A.S
D.U.A.P.U.L.U.H

D.U.A

748 69 5
By SellyAndiani

Derap kaki Naya terdengar hingga ke seluruh penjuru sekolah, suaranya menggema di telinga Naya. Ia sedang berlari mencari-cari sosok anak kecil atau boneka chaki dan sosok Linda.

Sekolah teramat sepi dan kosong, suasana menjadi senja dalam seketika. Tidak ada aktivitas apa pun di sekolah, hanya ada Naya yang berlari asal-asalan.

Sreet... Sreet...

Tiba-tiba suara itu terdengar lagi, suara sesuatu seperti sedang dirobek kali ini terdengar nyaring dan berkali-kali. Naya mencari asal suara, hingga ia berada di depan UKS. Bukankah tadi ia berlari dari UKS.

Seperti paham segalanya, Naya membuka bilik nomer dua. Ia kaget lalu melempar boneka chaki menjauh dari Linda. Dilihatnya bantal di samping Linda sudah hancur, dirobek-robek dengan garpu. Garpu itu setajam mata pisau.

Di samping tempat tidur ada beberapa bola mata yang berlumuran darah, tergeletak begitu saja. Membuat Naya mual melihatnya, belum sempat Naya meraih tangan Linda yang masih tertidur dengan kondisi diam tanpa luka boneka itu menerjang Naya.

Terjangan itu membuat Naya terlempar ke belakang dan menghantam gagang pintu. Ia mengaduh kesakitan hingga boneka chaki semakin mendekat dengan seringai lebarnya dan bersiap menancapkan garpu tepat di mata Naya.

Bruk!

Sesuatu menghantam lantai, Naya membuka perlahan matanya yang hampir saja hilang. Sesuatu tergeletak di lantai dengan keadaan tercabik-cabik, boneka itu tercabik-cabik mengerikan. Seseorang seperti telah memutilasinya dengan ganas.

"Chaki!" Teriak pemiliknya yang datang tiba-tiba, menangis dengan tangan bergetar hebat.

Ia menatap Naya, kemudian menatap sosok yang ada di belakang Naya dengan tatapan takut. Naya masih membeku di tempatnya, dia tidak tau apa yang terjadi hingga anak kecil itu menghilang membawa serpihan boneka chaki bersamanya.

"Linda." Ucapnya kala teringat permasalahan utama. Naya berdiri cepat dan menghampiri Linda kemudian bernafas lega melihat temannya baik-baik saja.

Sosok yang tadinya berdiri di belakang Naya, menghilang begitu saja setelah yakin keadaan sudah baik-baik saja.

***

Emily mengguncang tubuh Naya, matanya mulai berkaca-kaca. Ia takut jika Naya tidak akan pernah bangun. Tubuh Naya sendiri terbaring di lantai yang dingin, tidak ada kekuatan untuk mengangkatnya. Ingin meminta bantuan tapi jam istirahat telah usai, ia tidak ingin membuat kehebohan. Cukup membolos saja dan memantau keadaan Naya yang semakin membeku di lantai.

"Bodohnya aku tidak tau harus bagaimana, Nay. Bangun, Nay." Emily menepuk pelan pipi sahabatnya. Ia tau ini bukan pingsan pada umumnya, tapi setidaknya dia berusaha untuk membangunkan Naya dengan cara yang wajar.

"Mil, kenapa?"

Emily dikagetkan oleh suara dari arah pintu, ada orang lain yang masuk ke UKS. Emily menggigit bibir bawahnya sambil menatap canggung ke arah Dewa yang berjalan perlahan menghampirinya.

"Dewa...." Ucap Emily tiba-tiba tercekat.

"Bentar Mil, biar aku urus." Kata Dewa mengambil alih posisi Emily. "Aku tau ada yang tidak beres dengan kalian berdua, ternyata ini. Kenapa kalian nekat bertindak sendirian sih, ini juga kenapa Naya seenaknya main nyebrang alam segala."

Emily tergagap, ia tidak tau harus menjelasakan apa. Di sisi lain ia sangat bingung kenapa Dewa bisa tau apa yang terjadi. Mereka memang berteman sejak SMP dengan Dewa tapi Dewa tidak pernah tau tentang indra keenam Naya, atau jangan-jangan Dewa memiliki hal yang sama.

Dewa memejamkan matanya dan menggenggam tangan Naya, belum sempat Dewa menarik nafasnya ia dikejutkan oleh Naya yang tiba-tiba saja terbangun dan duduk dengan wajah datar tanpa dosa.

"Naya!" Teriak Emily dengan perasaan lega, di dorongnya Dewa menjauh kemudian memeluk tubuh Naya.

Naya membalas pelukan Emily. "Mil, Linda udah sadar?" Tanya Naya.

Emily langsung membantu Naya untuk berdiri kemudian mereka menghampiri Linda disusul oleh Dewa.

Tubuh Linda bergerak-gerak gelisah, matanya masih terpejam. Tangannya mengepal, Naya menggenggam tangan Linda.

"Lin, mereka sudah pergi." Bisik Naya tepat d telinga kanan Linda. Membuat gadis berambut pendek itu membuka kedua matanya dan menangis tersedu-sedu.

Emily menenangkan Linda dengan memeluk dan menepuk-nepuk pundaknya, apa yang dirasakan Linda pasti sangat berat. Dirinya yang terlibat secara tidak langsung saja bergetar ketakutan.

Naya ditarik oleh Dewa, menjauh dari Linda dan Emily. Di dekat pintu, Dewa menatap garang tepat di manik mata Naya.

Tangannya mencengkram kuat bahu Naya. "Jangan pernah ulangi lagi." Ucap Dewa dengan nada marah dan kesal.

"Wa, aku tidak sengaja masuk ke sana. Tiba-tiba saja aku sudah di sana, aku tidak tau aturan dan tata cara untuk berpindah-pindah." Ucap Naya, dia memang tidak sengaja. "Kamu tau pasti bahwa aku tidak berbohong." Katanya lagi sebelum ia kembali menghampiri Emily dan Linda.

Dewa berdiri terpaku di tempatnya hingga akhirnya memutuskan untuk keluar dari UKS dan kembali ke kelas dengan perasaan yang tidak nyaman. Dia dapat mendengar jelas jeritan Linda dan kepanikan Emily, sehingga memutuskan untuk mencari asal jeritan itu. Awalnya Dewa tidak ingin terlibat, tapi ketika mendengar Emily menjerit dan memanggil-manggil Naya. Dia tidak akan tinggal diam. Naya adalah gadis yang disukainya sejak lama, sulit mendekati Naya karena ada sesuatu yang selalu menghalangi langkahnya untuk mendekat tapi tidak mengubah niatnya untuk selalu menjaga dan melindungi Naya sebisanya.

***

"Nay, aku penasaran." Ucap Emily membuka pembicaraan, mereka sedang berjalan menuju rumah setelah dua kali naik bis.

"Tentang?" Naya bertanya meskipun dia bisa menebak apa yang akan ditanyakan Emily.

"Dewa, sejak kapan dia tau tentang kamu?"

"Kita kan sudah berteman lama."

"Nay, aku tau kamu sangat mengerti apa maksudku. Jangan menyembunyikan apapun dariku, Nay." Pinta Emily memelas, dia tidak tahan jika berlama-lama dipenuhi dengan rasa penasaran.

Naya menarik nafas panjang. "Aku tidak yakin kamu percaya padaku."

"Ya ampun, aku percaya Nay. Tidak ada yang percaya sama kamu melebihi aku, kan sudah terbukti selama ini." Ucapnya meyakinkan.

"Hmmm... Dewa mungkin marah jika....."

"Naya... Sahabatmu itu aku atau dia?" Potong Emily, dia menekuk mukanya dan memanyunkan bibirnya.

"Kamu...." Jawab Naya sambil mencubit gemas pipi Emily. "Nanti, bila saatnya tiba kamu akan tau. Kalau sekarang, aku takut Dewa tidak suka. Sebaiknya aku mendapat persetujuannya dulu untuk bercerita."

"Dia sepertimu? Punya sesuatu yang spesial?"

"Bisa dibilang begitu, Dewa itu tau segalanya. Tanpa dikasih tau pun..." Naya berhenti sejenak. "Eh, kok aku ember sih."

"Nay, jangan tanggung. Udah keceplosan juga!"

Naya segera menutup mulutnya dan berlari meninggalkan Emily yang lalu mengejarnya sambil merengek-rengek minta penjelasan.

Langkahnya terhenti ketika melihat sosok anak kecil yang mengikutinya sampai ke sekolah, sedang duduk di bangku taman sambil menangisi boneka chaki. Emily yang berlari sekuat tenaga berusaha berhenti saat Naya hampir ia tubruk.

Emily melihat ke arah taman. "Kenapa Nay?" Tanyanya kemudian.

"Anak kecil itu ada di sana." Jawab Naya sambil menunjuk salah satu bangku taman.

"Bagus dong, dia sudah kembali ke tempatnya."

"Mil, dia kenapa ya? Ada yang aneh dengan kejadian barusan." Gerutu Naya, menatap lurus ke arah taman.

"Iya, aneh. Emang selalu aneh, dan sekarang jangan berbuat yang aneh-aneh lagi Nay." Celoteh Emily sambil menarik lengan Naya.

Sepanjang jalan, Naya memikirkan kejadian yang dialaminya. Tentang bagaimana boneka chaki berakhir dengan cara tercabik-cabik seperti itu. Ia sangat yakin tidak melakukan apa-apa saat boneka chaki menerjangnya dan ia yakin tidak ada siapa-siapa selain dia dan Linda saat kejadian itu.

Yang lebih aneh adalah saat dia tiba-tiba saja berada di alam lain, tanpa sengaja. Entah bagaimana caranya, Naya terseret begitu saja. Mungkin semua keanehan ini harus ia tanyakan pada ibunya yang lebih mengerti, atau ayahnya yang paling tau.

Sementara Emily terus melangkah maju, Naya berhenti di tempat dan seketika berbalik. Ia kembali berlari menuju taman.

Emily yang menyadari ketidak hadiran Naya di sampingnya menoleh ke belakang dan menepuk pelan dahinya yang lebar lalu berlari menyusul Naya dengan menggumamkan berbagai macam kutukan yang ia tuju pada Naya.

"Nay... Astaga... Nga..pain?" Tanya Emily terputus-putus akibat ngos-ngosan.

"Siapa yang melakukannya?" Ucap Naya bertanya pada angin, karena bagi orang awam dia sedang berbicara sendiri.

Emily menggigit jarinya, kakinya tiba-tiba saja membeku. Naya benar-benar mencari masalah dan ia kenapa harus selalu terlibat.

"Nay..." Panggil Emily, ia meraih tangan Naya namun ditepis.

"Saya tidak melakukan apa-apa, bagaimana bisa kamu mengatakan bahwa saya yang melakukannya!" Ucap Naya meninggikan nada bicaranya. Emily mengernyit ngeri tapi tidak ingin meninggalkan Naya sendirian.

Anak kecil itu menunduk tanpa berani bicara, dia hanya terus menunjuk ke arah Naya. Menunjuk pada diri Naya.

"Saya tidak akan mengganggu lagi." Ucapnya kemudian lalu menghilang bersama angin yang berhembus kuat.

Tepukan kasar mendarat di pundak Naya, Emily benar-benar kesal karena tenaganya terkuras habis hari ini. "Aku menuntut penjelasan padamu, jangan biarkan aku mati penasaran." Tuntut Emily, disambut seringai lebar dari Naya.

Dalam perjalanan pulang yang masih panjang, Naya menceritakan segala yang terjadi padanya dan tentang kebingungannya. Emily terlihat mengangguk-anggukkan kepala tanda memahami penjelasan Naya. Ia sendiri bingung harus memberikan tanggapan apa karena tidak ingin menjadi teman yang sok tau dan malah membuat Naya menjadi celaka.

"Kamu benar-benar tidak tau?" Tanya Emily, menatap curiga.

"Iya, Mil. Masa aku bohong sama kamu."

"Mungkin suatu saat akan ada jawabannya."

"Atau tidak ada sama sekali."

Mereka sampai di rumah masing-masing, yap. Mereka berdua adalah tetangga, itulah yang menyebabkan mereka sudah berteman sejak kecil. Dengan rumah yang saling berseberangan, begitu mudah Emily maupun Naya menghabiskan waktu mereka bersama.

***

Hallo semuanya!!

Gimana ceritanya setelah dua part? Ini adalah cerita horror pertama yang aku tulis..

Mohon dukungannya yaa dengan meninggalkan jejak pada cerita ini,, vote dan comment nya sangat diharapkan.

Kalau part ini lebih dari 5 vote akan aku update kelanjutan ceritanya!

❤❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

1.6K 149 1
Harga sewa rumah itu jauh lebih murah dari semua tempat yang Kinan cari. Mungkin karena jalurnya hanya bisa dilewati dua motor, itu pun harus jalan p...
500K 28.8K 60
(tahap revisi) Terlibat dalam sebuah pernikahan dengan Daffin William, dokter dingin yang memiliki hawa mencekam sekaligus membuat Ella merasa aman...
535K 60.8K 56
Horor - Thriller Bagaimana jika seorang indigo bertemu dengan psikopat? Dan bagaimana jika psikopat bertemu dengan indigo? Seperti inilah kisahnya...
925K 7.1K 9
(FIKSI) Lulu,gadis manis bertubuh indah menikah dengan jin,bukan untuk "pesugihan" tapi untuk "perlindungan"