STUPID IDOL!!

By Majarani_

60.7K 2.8K 702

Menyebalkan, bagaimana dia tidak tertarik pada seorang superstar sepertiku? - Prince Chopra Prince adalah pan... More

Opening - The Superstar
part 1 - Lover n Hater
part 3 - First Kiss...First Meet..
Part 4 - SKANDAL
Part 5 - YES, I'M IN LOVE..WITH...
part 6 - RASA INI...
part 7 - JEALOUS?
part 8 - JATUH CINTA UNTUK PATAH HATI
Part 9 - BEAUTIFUL MALDIVES
part 10 - BROKEN HEART
part 11 - THE WEDDING
part 12 - NEWLY WED..
part 13 - YOU! ARE! MINE!

part 2 - Pertemuan Ke Dua..dan...

2.5K 188 26
By Majarani_

sorry lama update.. sabar yah.. karena harus editing juga biar ga aneh ceritanya hahaha

***

Naina tiba di mall yang kini menjadi semakin ramai. Dia tak mau masuk dalam keramaian yang padat itu. Permasalahannya karena selalu merasa pusing jika berada dalam lautan manusia. Karena itu memilih menunggu di kafe yang berada di luar. Di bawah payung besar, dia meminta Alia dan teman-temannya kembali tepat waktu. Karena Prince hanya akan disana sekitar 30 menit.

Alia dan teman-temannya langsung berusaha menerobos lautan manusia. Lagu-lagu dari film Prince mengiringi kegalauan hati mereka juga memeberikan semangat untuk merangsek ke depan. Alia sempat marah pada Gia karena dia lama berdandan, menjadikan mereka terlambat datang lebih awal. Bisakah mendekat dan mendapat perhatian sang idola?

Di sisi lain, Prince tengah bersiap, penata make up tengah memoles wajahnya. Sedang pengatur acara tengah memberitahukan apa saja yang harus dia lakukan sebagai sarana promosi produk.

"Kau boleh mengajak dua orang fans atau pengunjung untuk naik ke panggung. Dan menari denganmu, lalu mendapat hadiah produk minuman ini," ujar sang sutradara lapangan.

Prince hanya mengangguk, karena wajahnya masih diberi make-up.

"Prince, setelah ini kau ada shooting iklan produk smartphone di mehboob studio," ujar Govind, manajernya.

"Ok!" Prince menatap dirinya di cermin dan merapikan cambangnya yang mulai tumbuh, demi peran di film barunya.

Musik mengalun menandakan Prince akan keluar. Alia dan teman-temannya semakin kesulitan mendekat. Sang Pangeran muncul sambil menari dari lagu yang tengah diputar. Semua histeris dan menjerit. Ada yang menangis, ada yang terus berteriak seperti orang gila. Sementara Alia terus berusaha maju, tapi dia malah tertahan di tengah lautan manusia.

"Oke, kau naik," ujar Prince setelah berbasa basi mengucapkan terima kasih dan cinta untuk fans.
Seketika penonton itu menjerit dan lari keatasa panggung. Lalu memeluk Prince sambil menangis.

"Don't cry, please ... Love you, tenanglah ... i love you too." Prince mencium kening penggemarnya itu. Sukses membuat yang lain histeris karena iri.

Sang Superstar melemparkan flying kiss ke arah mereka.

Setelah fans yang berada di atas panggung tenang, Prince mengajaknya menari seperti lagu di filmnya. Dan setelahnya diberi bingkisan.

"Oke, siapa lagi?" teriak MC.

"Prince ... ini aku. Prince ... aku!" Alia terdorong-dorong bahkan mungkin Prince pun tak dengar teriakannya.

Dan akhirnya satu orang pria yang naik. Alia dan ketiga temannya kembali kecewa. Kali ini mereka terpaksa hanya menyaksikan akting sang idola berakting berkelahi dengan penggemar tadi. Setelah itu Prince mengijinmkan selfie lalu memberikan bingkisan.

Terakhir, Prince menari dari lagu andalannya. Semua semakin histeris, dan pada akhirnya dia kembali ke belakang panggung. Acara selanjutnya hanya pemberian souvenir dari penyelenggara.

Alia dan tiga gadis lainnya tampak lesu. Mereka berjalan gontai ke dekat panggung, berharap idolanya itu masih ada. Tapi entah kemana dia. Karena tadi memang tampak pengawalan ketat menuju sebuah ruangan VVIP di mall tersebut.

"Yah, masih untung bisa melihat dia tak lagi di layar lebar atau televisi." Alia menghibur dirinya sendiri.

Pada akhirnya, semakin dekat semakin besar keinginan untuk bertemu langsung. Tak lagi hanya sekedar melihat rumahnya. Tapi semakin besar hasrat ingin bertatap muka. Mereka bertiga pun masih berusaha mencari keberadaan sang idola yang tadi dikawal ketat ke sebuah ruangan.

***

Naina masih sibuk membaca buku yang dia bawa. Sesekali melihat ke jam tangannya, acara mungkin sedang berlangsung karena suara bising terdengar keluar. Dia asik menikmati teh tarik, minuman favoritnya.

Ketika asik membaca sambil mengangkat cangkirnya, tiba-tiba seseorang menyenggol lengannya hingga tehnya tumpah ke dadanya.

"Ufff!" Naina segera mengusap baju bagian atasnya.

"Sorry," ujar pria itu. Dengan jaket hitam, topi dan masker.

"Lain kalia lihat-lihat, ini jalanan kosong, tapi kau masih saja menabrak," protes Naina.

Pria itu menoleh, sepertinya dia mengenali suara yang memang tak ada duanya itu. Dia tersenyum dan memandang Naina yang tengah mengusap kemeja dan dada bagian atas denga tisu. Sadar tengah diperhatikan, Naina segera menutupkan ke lima jarinya ke belahan bajunya.

"Kita pernah bertemu," ujarnya mendekat.

"Haan? Entahlah." Naina sibuk merapikan mejanya.

Pria itu membuka kacamata dan maskernya setelah menoleh ke sekeliling yang memang cukup sepi, memastikan tak ada yang mengenalinya.

"Di konser, ya di sebuah konser," katanya lagi, ternyata dia adalah Prince. Dia senang sekali kabur dari acara dan menyamar agar bisa menikmati udara luar dengan bebas.

"Ah ... ya ya ya, aku ingat," ujar Naina sambil kembali membaca bukunya.

Prince benar-benar heran, ada orang yang tak mengenalnya, bahkan cuek sekali padanya. Dia semakin penasaran dengan wanita ini.

"Kau tidak ikut menonton artis di dalam?" tanya Prince sambil duduk di depan Naina. Hanya dengan hoodie dan kacamata hitamnya.

"Tidak," jawabnya singkat.

"Wah, padahal para gadis biasanya tergila-gila padanya. Bahkan orang tua sekali pun," celoteh Prince.

"Kau benar. Aku juga kasihan dengan mereka, karena harus mencintai orang yang mungkin tak peduli pada mereka." Pernyataan Naina mengejutkan sang superstar.

"Hey, siapa bilang? Seorang bintang sangat mencintai fansnya. Fans adalah ruh, adalah kekutan-"

"Fans hanya sumber uangnya," potong Naina sambil asik membaca buku. Prince menelan saliva, baru kali ini ada orang yang merendahkan profesinya.

"Jadi, karena itu kau tidak tertarik dengan artis?" tanya Prince lagi penasaran.

"Tidak juga, ada banyak hal yang tak kusukai dari para artis," jawab Naina sambil kembali menyeruput teh tariknya.

"Boleh aku tahu?" Prince penasaran.

Naina memandang Prince dengan mata madunya.

"Hanya penasaran saja," lanjut Prince.

Naina menaruh gelasnya dan tersenyum, lalu memakai melepaskan kacamata dan terlihat berfikir.

"Well, kadang aku merasa iba dengan adikku yang seperti tak peduli masa depannya demi seorang artis. Padahal artis itu tampak tak peduli padanya. Faktanya, adikku belum pernah mendapat apa pun darinya, belum pernah ditemui olehnya." Naina menarik napas, "kedua, aku melihat artis itu aneh. Mereka seolah merasa manusia paling bebas, hingga ... mencium siapa saja yang bukan pasangannya. Bahkan berciuman bibir, atau adegan yang sangat intim. Itu mengerikan bagiku. Aku melihatnya ketika ada iklan film di televisi," papar Naina diakhiri penegasan bahwa dia hanya melihat di iklan, bukan karena pernah menonton filmnya.

Prince menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil tersenyum.

"Bukankah itu perintah sutradara? Sesuai naskah, profesionalisme," katanya membela diri.

Ya, karena dia sering melakukan itu. Meski adegan itu kadang hanya bohongan alias tidak melakukan keintiman yang berlebihan. Efek kamera.

"Hmmm, aku juga tidak yakin mereka tidak melakukannya setelah di luar syuting. Oke, mungkin ada yang kuat menahan diri. Tapi aku yakin ... bagi pria itu sulit," ujar Naina lagi sambil kembali memasang kacamata dan membaca bukunya, "satu lagi, sutradara bukanlah Tuhan. Jadi bagiku tetap saja, itu bukan alasan yang bisa diterima."

Perempuan itu kembali membuat Prince tercengang dan kehabisan pembelaan.

Telepon Naina berdering.

"Sudah selesai?" tanya Naina yang ternyata mendapat telepon dari Alia. Namun, malah terdengar isakan. Alia kecewa lagi karena tak bisa bertemu dengan idolanya.

"Sudah kubilang jangan mengerjar stupid idol-mu itu. Cepat keluar! Kita pulang!" omel Naina.

Prince mengangkat sebelah alisnya. Dia menguping pembicaraan mereka.

"Adikku gagal menemui artis favoritnya. Lihat, inikah yang katanya mencintai fansnya?" Naina mengangkat tasnya di meja.

"Nona, jika semua fans harus ditemui, maka berapa ratus juta orang yang harus seorang artis temui? Itu bukan hal mudah." Prince jadi membela diri, seolah penting membela diri di hadapan wanita yang baru dikenalnya itu.

Naina membalikan badannya dan menoleh pada Prince, "Aku tahu, fans hanya sebuah rules untuk seorang artis. Kau jangan khawatir, aku juga tidak akan membuat para fans menyudahi kegilaan mereka," ujar Naina sambil mengeluarkan phonsel dari tas. Kemudian, klik! Memotret Prince yang tengah tersenyum kaku padanya.

"Adikku pasti akan senang melihat foto ini." Dia tersenyum sambil berlalu.

Apa? Dia mengenali Prince? Lalu kenapa biasa saja?

Prince penasaran dan mengejar Naina lalu menarik lengannya dan mereka saling tatap bahkan cukup dekat.

"Kupikir kau sangat unik karena tidak mengenalku, Nona." Prince memamerkan keteduhan matanya yang dikenal memabukkan wanita mana saja.

Naina tersenyum sambil menunjuk ke arah billboard dengan gambar Prince di sana. Ya, bagaimana mungkin dia tak kenal karena wajahnya ada dimana saja.

"Karena aku masih waras," goda Naina sambil mengedipkan mata dan masuk mencari Alia.

Prince tertawa merasa aneh sambil memakai kembali masker karena mulai banyak orang menuju ke tempat itu. Dia segera mempercepat jalannya meninggalkan mall.

Klik! Dia memotret dirinya di tempat dimana tadi bertemu Naina.

-Terkadang Tuhan mempertemukan kita dengan jalan yang disukaiNya, dan aku suka itu.-

Tweet prince disertai mengunggah fotonya di meja yang dipakai Naina. Ribuan fans langsung melakukan retweet dan menganggap itu syair yang indah.

***

Alia masih cemberut hingga tiba di apartemen. Dia menatap ponselnya, dan melihat Prince bisa bebas berfoto di lokasi yang dia lewati tadi.

"Kakak tadi menungguku di sini kan? Apa kakak tidak bertemu Prince?" tanya Alia sambil mencoba memakan makanannya. Walau jelas tidak menikmati.

Naina terdiam, lalu mengambil ponsel, dan memperlihatkan foto Prince pada Alia.

"OMG! Kakak! Kenapa tidak memanggil aku?" protes Alia sambli memeluk HP kakaknya.

"Lupa," jawab Naina singkat.

"Kakak jahat!!" Alia berkaca-kaca.

Yang langsung dia lakukan adalah membagikan foto itu di sosial media, dan mengklaim bertemu Prince dari jarak dekat. Hingga banjir pujian dari banyak orang padanya.

@PrinceLoveC hey Prince.. i love you. Ku harap lain kali kita bisa selfie juga.

Tweet Alia dengan foto itu pada Prince.

Awalnya Prince tak merespon, tapi tunggu, ini foto yang diambil oleh wanita cuek tadi. Prince mulai masuk ke profil Alia, namanya Alia Princesaathiya Sinha.

"Adik, ya ... gadis ini adik wanita itu. Dan dia pendiri fan club untuk para Princesaathiya," gumam Prince sambil tersenyum.

Entah kenapa dia jadi rajin mengecek profil orang yang diikuti Alia. Mencari orang yang pasti diikuti oleh gadis itu, berharap ada kakaknya disana.

"What the ... kenapa aku jadi begini?" protes Prince pada dirinya sendiri.

Dia hanya meretweet mention dan foto dari Alia. Sekedar menyenangkannya, karena dia teringat tuduhan dari kakaknya, bahwa artis hanya memanfaatkan fansnya saja. Hmmmm...

***

Jam pertama, Naina sudah masuk ke dalam kelas. Dia sibuk menerangkan tentang keuangan pada mahasiswa. Di sana juga ada Alia dan teman-temannya.

"Pstt ... Al, Prince akan shooting di luar negeri dan kabarnya dia sore ini ke bandara," bisik Gia.

"Kita ke sana?" tanya Alia, Gia mengangguk.

"Alia, Gia, kalian bisa keluar jika tak ingin mengikuti jam ini," ujar Naina dengan tegas.

Mereka langsung menunduk dan pura-pura konsentrasi. Tapi Alia jelas malah melamun dan senyum-senyum sendiri.

"Alia, keluar dari kelasku." Naina menatap adiknya.

"Kakak ...."

"Miss Naina!" tekan Naina, seolah dia mengatakan bahwa di sini tidak ada kakak adik, tapi dosen dan mahasiswi.

"Keluar." Lagi, Naina dengan penekanan, meski tak berteriak, tapi jelas dari wajahnya dia marah.

Alia merapikan buku lalu keluar dari kelas, berdiri di koridor dan tampak kesal. Sesekali melongok ke dalam kelas dan menendang-nendang kosong.

Setelah jam Naina selesai, kedua teman Alia langsung menyambarnya dari koridor dan segera menuju bandara. Mereka terus membahas rencana yang akan dilakukan dan berharap bisa bertemu Prince langsung. Sementara itu, Naina menyadari adiknya telah kabur dengan kedua temannya, memilih pulang sendiri karena tidak ada jam mengajar lagi hari ini.

Alia, Gia dan Katerine juga lainnya tiba di bandara, mereka hanya berdiri tak jauh dari para paparazzi atau juru foto media. Menanti Prince melewati tempat itu untuk syuting di luar negeri.

Di kampus, Naina mengobrol dengan beberapa dosen, setelah itu barulah ia benar-benar keluar dari kampus. Seperti biasa dia berhenti dan mengisi bahan bakar tak jauh dari kampus tempat dia mengajar.

Prince yang sengaja melewati kampus itu, sempat melihat mobil Naina keluar dari gerbang. Kebetulan Naina belum menutup kaca mobilnya. Menjadikan yang seharusnya belok kanan malah meminta sopirnya belok kiri, mengikuti Naina masuk ke tempat pengisian bahan bakar.

Terlihat Niana turun dari mobil kemudian menyapa ramah bahkan mengobrol dengan penjaga di sana. Ya, petugas POM itu salah satu mahasiswanya. Prince mengambil secarik kertas dan menulis sesuatu di sana, lalu diberikan pada sopirnya untuk diberikan pada petugas di sana, untuk diteruskan kepada Naina.

"Nona, ada yang menitipkan ini," ujar petugas SPBU.

Naina menoleh dan tersenyum ramah sambil berterima kasih. Entah kenapa Prince begitu nyaman melihat senyuman itu.

'Hai, pertemuan ketiga kita.'

Tulisan di kertas itu.

Naina mengernyitkan alis, tak mengerti maksudnya. Kebingungannya berakhir saat mobil telah selesai diisi bahan bakar, lalu dia pamitan pergi pada mahasiswanya. Tak lupa meremas kertas itu dan membuangnya ke tong sampah.

"Oh God ...!" Prince menggelengkan kepala sambil tersenyum seperti orang kasmaran.

Manajer Prince yang sedari tadi mengikutinya jengkel dan akhirnya keluar dari mobil yang dikendarainya. Dia langsung masuk ke dalam mobil Prince.

"Hey, siapa wanita itu?"

"Ibuku. Kau percaya?" ledek Prince sambil terkekeh geli.

Manajernya kesal dan menatap dia dengan raut wajah tak merasa ada yang lucu.

"Prince, kau seorang superstar. Paparazzi bisa di mana saja. Jika mereka tahu kau menguntit seorang wanita maka itu akan jadi sebuah berita." Papar Govind.

"Bukankah itu bagus? Selalu ada berita tentangku. Dan aku cukup diam. Namaku tetap teratas dalam mesin pencarian, dan mereka akan lupa pada akhirnya," jawab Prince cuek.

Govind menggelengkan kepala. "Bagaimana jika wanita itu mengatakan ya kau pacarnya, dan malah menambah runyam? Merusak nama baikmu. U know skandal-skandal yang membuat senior-senior mu hampir kolaps karena semua itu?"

"Jangan khawatir, dia bukan wanita seperti itu." Prince tenang dan sedikit membayangkan ekspresi Naina yang datar saat bertemu dan mengenalinya sebagai seorang bintang.

"Kau sudah mengenalnya dengan sangat baik?" Govind makin menyelidik.

"No, kami baru bertemu dua kali. Tiga kali dengan tadi, dan dia cuek padaku. Dia tahu aku seorang bintang. Tapi dia tak peduli. Hebat bukan?" Prince menoleh pada Govind.

"Hati-hati ini jebakan."

"Ayolah Govind ... karirku naik atau turun, gajimu akan tetap sama." Prince mulai kesal.

"Dengar, saat ini media dan fans sedang senang dengan gossip kedekatanmu dengan Renuka. Itu mendongkrak film-film kalian. Media dan fans menyukai kalian. Jadi bersikaplah baik dan tetap jaga hubungan dengan Renuka." Govind makin licik.

"What? Kau kira aku mendompleng nama Renuka? Dialah yang diuntungkan dari nama besarku." Prince protes.

"I know, tapi publik menyukai kau dengannya saat ini. Ikuti permainan industri. Oke." Govind menepuk pundak sahabat yang juga artis talentnya.

Prince memilih diam, dia tak habis pikir harus banyak berakting di dalam dan di luar film.

***

Sang Superstar tiba di bandara. Beberapa fans langsung berlarian ke arahnya, tapi bodyguard menghalangi mereka, juga pihak keamanan. Karena jumlah fans terlalu banyak di sana, hingga mereka harus diberi garis pengaman.

Prince hanya tersenyum dan memamerkan senyuman pamer gigi yang merupakan ciri khasnya pada fans, lalu kiss jarak jauh. Lagi-lagi Alia kecewa tak bisa mendekati idolanya.

Alia dan teman-temannya hanya bisa mengambil gambar dari jarak jauh. Dan setelah itu, harus rela Prince masuk ke dalam ruang keberangkatan.

"Lagi-lagi gagal," keluh Alia.

"Hey, Miss Naina katanya kemarin ketemu di luar?" Gia memandang Alia. Teringat foto yang diunggah Alia. Meski mengaku foto jepretan sendiri pada teman sosial medianya, Alia jujur pada ke tiga sahabat barunya.

"Kau kan tahu kakak itu benci artis. Dia memotret Prince juga karena tahu aku menangis." Keluhnya dengan lemas.

"Ah, lupa. Dia hater Prince." Gia meluruskan kakinya di trotoar.

"Bukan hater," bela Alia. Meski kadang tidak sepaham, tapi mereka saling menyayangi.

***

Prince tiba di London untuk shooting film barunya bersama Renuka. Ya, saat ini mereka pasangan paling favorit. Dengan alasan bisnis dan demi kesuksesan film, Prince harus selalu memuji Renuka di depan awak media, bahkan menggodanya dengan manis, ah kesemua itu hanya demi kepentingan promosi film.

Itu sangat disukai oleh fans. Uniknya, ada beberapa fans yang terbawa perasaan hingga mereka menganggap itu real, bahwa mereka saling menyayangi dan mencintai. Hanya saja terhalang karir mereka, hingga belum meresmikan hubungan pernikahan. Tak jarang menjadikan fans lebih posesif. Mereka hanya suka Prince dengan Renuka saja, atau dengan Ishika saja. Sesuai perasaan mereka.

Berbeda dengan Alia, dia tak peduli idolanya dengan wanita manapun. Dia akan tetap suka dan mendukung. Bahkan tiap malam Alia akan bangun hanya untuk berburu foto-foto terbaru Prince di luar negeri. Beberapa fans yang bertemu pun heboh mengunggah foto selfie mereka.

London sedang bersalju bulan ini. Prince memakai mantel mengingat cuaca di luar dingin. Dia harus beradegan dramatis dan romantis kali ini, di sebuah jalanan. Semua sudah di setting sedemikian rupa. Bahkan Renuka sudah siap dengan saree super seksi meski tampak kedinginan dan masih memakai jaket tebal. Dan akan dilepaskan saat kamera mulai dinyalakan.

Dalam film ini, dia memakai nama asli, Prince dan Renuka sebagai Anjana.

"Rolling camera!" sutradara memberi aba-aba, Renuka membuka jaketnya, "and ... action!"

"Prince, bawa aku lari dari sini. Aku tidak bisa hidup tanpamu."

"Anjana, kau benar ... kita akan hidup selamanya bersama. Meski hanya ada kau dan aku di dunia ini. Hanya kita."

"Prince ...."

Renuka mulai memejamkan matanya, dan Prince mulai memandang bibir lawan mainnya yang tampak pink pucat. Bibir mereka bersentuhan.

'aku melihat artis itu aneh. Mereka seolah merasa manusia paling bebas, hingga ... mencium siapa saja yang bukan pasangannya. Bahkan berciuman bibir, atau adegan yang sangat intim. Itu mengerikan bagiku. Aku melihatnya ketika ada iklan film di televisi,'

Tiba-tiba kalimat itu terngiang dan seketika Prince menjauh dari Renuka.

"Cut!" teriak sutradara kesal, "Prince, are you okey?" katanya dengan heran.

"Ulu hatiku sakit karena dingin." Prince mencari alasan bagus.

Seketika syuting dihentikan.

"Kau baik-baik saja?" Renuka duduk di samping Prince sambil meniupkan udara dari bibirnya yang tipis.

Hanya dibalas anggukan oleh Prince yang sibuk menyesap susu panas yang diberikan teamnya.

"Akhir-akhir ini kau jadi pendiam." Kembali Renuka membuka obrolan.

"Ya, aku sedang banyak pekerjaan seperti kau tahu. Dan ... sepertinya kondisiku kurang fit," jawabnya penuh alasan.

Renuka langsung mengelus tangan Prince dan tersenyum manis. Prince hanya mengecup tangannya sebagai balasan.

"Tapi kau terlihat beda." Renuka menatap pria yang dulu selalu agresif padanya.

Benarkah?

Bahkan sang superstar itu tak tahu dirinya kenapa jadi berbeda.

***

Prince kembali ke India untuk promosi filmnya yang lain, sebuah biopic dari pemain kriket ternama India, Sachin Tendulkar. Promosi akan dilakukan di beberapa tempat dan kota. Berhubung film ini tidak ada leading lady, jadi dia akan melakukan promosi seorang diri.

"Hari ini kita promo di kampus Mumbai," ujar Govind.

Prince hampir tersedak dan menoleh, tampak dia merasa senang. Entahlah, apa yang membuatnya senang.

"Pertemuan keempat kita," bisiknya sambil segera bersiap.

Di kampus semua tengah dipersiapkan dengan baik. Alia berulang kali menemui para panitia agar diijinkan bertemu dengan idolanya. Tapi tetap saja nihil.

"Yaa Tuhaan, apa kalian tidak tahu followerku di twitter paling banyak dan Prince juga memfollow akun Fcnya? Dan akulah adminnya." Alia kesal.

"Aku tahu Alia, tapi yang mengatur semua ini timnya Prince. Bukan kita," ujar ketua Senat.

Alia mendengus kesal.

Naina masih sibuk mengajar di kelasnya. Meski tak lama terdengar teriakan histeris dari lapangan di luar sana.

"Miss, kami ingin melihat Prince," ujar seorang mahasiswi.

"Kalian boleh keluar kapan pun kalian mau." Naina datar.

Namun mereka sadar radar, itu artinya mereka dianggap tak hadir di kelas.

Suasana makin riuh saat terdengar lagu demi lagu dari film Prince, dan disana para dancer masih menari membuka acara untuk menghibur fans, karena Prince baru saja datang dan teriakan tadi ketika Prince lewat.

Alia dan kedua temannya juga yang lainnya sangat bersemangat. Mereka ada di barisan paling depan.

"Kalian boleh keluar." Naina merapikan bukunya. Dia juga tidak konsen dengan suara berisik itu. Semua bahagia dan langsung berhamburan keluar ruangan menuju lapangan. Sedang Naina masuk ruang dosen.

"Tidak ke lapangan Miss Naina?" tanya teman dosennya.

"Tidak Mrs, aku harus menyeleksi banyak tugas mahasiswa." Jawabnya dengan sopan.

"Oke, kami ke sana ya. Kita sudah disiapkan tempat khusus lhoo untuk menonton dari dekat," lanjutnya.

Naina hanya tersenyum manis sambil mengangguk.

Siapa peduli? Itu jawaban hati Naina.

"I love you girls ... boys ... princesaatiya!!" teriak Prince dan belum muncul di panggung.

Semua berteriak semakin histeris saat lagu yang enerjik diputar dan Prince melompat dari tengah stage diiringi para dancer.

"Prince...!!!" teriak Alia dan yang lain.

Prince menari meski itu bukan dari lagu film barunya. Semua semakin histeris karena itu lagu favorit mereka.

Naina meniupkan napasnya, tanda tak konsentrasi membaca tugas mahasiswa. Dia keluar dan melihat dari balkon ruang dosen, hampir semua penghuni kampus turun kesana.

"Oke, aku akan melemparkan bola kriket ini. Yang berhasil menangkapnya akan naik kemari. Yeah!" teriak Prince.

Semua harap-harap cemas.

Satu bola dilepaskan. Dan yap! Seorang gadis langsung histeris dan naik ke panggung. Setelah ditanya seperti apa kecintaannya pada Prince, dia juga ditanya sudah nonton trailer film terbaru dan lain sebagainya. Setelah selesai, dan diberi bingkisan, sang penggemar turun. Tak lupa peluk dan cium serta selfie bersama.

Prince kembali mengambil bola. Matanya tertuju ke arah para dosen yang memiliki tempat khusus. Tapi sayang, yang dia cari tak ada di sana. Prince melemparkan bola kembali. Dan seorang penggemar naik lagi. dan kali ini mengajak sang penggemar menari.

Naina memutuskan pulang, karena pasti Alia juga tidak akan mau diajak pergi. Jadi dia memilih keluar dari kantor dan menuju parkiran. Dia sempat menemui rekan dosennya di lapangan memberitahu kepulangannya. Lalu dia berjalan menjauh dari keramaian.

Prince melempar bola lagi, kali ini aga keras karena menggunakan tongkat kriket hingga terlempar cukup jauh.

"Miss, awas!" teriak penjaga parkiran yang melihat bola melesat ke arah Naina.

Dengan cepat Naina menangkap bola itu dan semua berteriak histeris. Naina bingung ketika semua orang meminta bola itu padanya. Dia mengernyitkan alis dan berjalan ke arah kerumunan.

"Miss berikan bolanya untukku!" teriak mereka.

"Maaf, sesuai peraturan yang mendapatkan bola harus naik ke atas stage dengan Prince," ujar panitia mendekati Naina dan para mahasiswa.

Mereka tampak kecewa. Naina hanya membulat bibirnya, lalu mendekat ke panggung. Tampak Alia cemberut memandangnya. Naina tersenyum dan melemparkan bola itu pada adiknya.

"Maaf, Nona, kenapa menolak? Itu bisa menghancurkan reputasi artis kami. Aku mohon. Naiklah." Panitia dari tim Prince keberatan.

Alia yang sempat senang memiliki kesempatan naik ke panggung jadi mengkerut kembali, dia tak mau reputasi Prince jatuh dan hancur karena penolakan kakaknya.

"Naiklah kak, demi aku," bisiknya menyerahkan bola.

"What??!" Naina langsung menoleh ke arah panggung, dimana Prince tengah menatapnya dengan senyuman.

Bersambung...

Continue Reading

You'll Also Like

399K 22.3K 29
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
242K 16.6K 39
Ya Tuhan bila saja ada kesempatan kedua ... aku pasti akan ... Pernahkan kalian berpikir semacam ini? Apa yang akan kalian lakukan bila diberikan kes...
625K 27.3K 42
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
1.5M 138K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...