Sword Master aka Pedang Tuan...

By JadeLiong

39.8K 709 54

Sam Sauya (Tuan Muda ketiga) dari keluarga Cia, Cia Siauhong adalah jago pedang nomor satu di kolong langit... More

Bab 1. Jago Pedang Kenamaan
Bab 2. Pedang Pembunuh Manusia
Bab 3. Ko-jin yang Menakutkan
Bab 4. Perkampungan Pedang Sakti
Bab 5. Suka Duka Seorang Gelandangan
Bab 6. Pantang Menyerah
Bab 7. Orang yang Nekad
Bab 8. Siapakah A-kit?
Bab 9. Duel
Bab 10. Pedang Si A-kit
Bab 11. Pembunuh Hitam
Bab 12. Serba Bertentangan
Bab 13. Nama dari Toa Siocia
Bab 14. Sam Sauya
Bab 15. Benang Cinta yang Tak Mudah Putus
Bab 16. Senjata Dalam Buntalan
Bab 17. Beradu Kepandaian
Bab 19. Keturunan Keluarga Kenamaan
Bab 20. Pemberani Tak Akan Jeri
Bab 21. Membunuh Tiada Ampun
Bab 22. Hukum yang Tegas
Bab 23. Darah Mengalir di Hong-ki-piaukiok
Bab 24. Kemunculan yang Tak Terduga
Bab 25. Rahasia Besar Hong-Ki-Piaukiok
Bab 26. Terluka Parah
Bab 27. Tiga Hari yang Penuh Keanehan
Bab 28. Kelompok Kaum Penjudi
Bab 29. Bertaruh Pedang
Bab 30. Antara Hidup dan Mati
Bab 31. Takdir
Bab 32. Pedang Yan Cap-sa
Bab 33. Tindakan yang Terencana
Bab 34. Hari Terakhir
Bab 35. Jurus ke Lima Belas
Bab 36. Sisa Hidup yang Murung
Bab 37. Penutup

Bab 18. Senyuman di Balik Pisau

629 18 0
By JadeLiong

Daun jendela tidak bergerak, pintupun terbuka sendiri tanpa hembusan angin.

Lewat lama sekali, pelan-pelan Hoa Sau-kun baru berjalan masuk lewat ke dalam.

Empat puluh tahun berselang, sudah beratus-ratus kali pertarungan yang pernah ia alami, entah sudah berapa kali pula dipecundangi orang.

Hingga kini ia masih dapat hidup, hal ini disebabkan ia adalah seorang manusia yang selalu waspada dan berhati-hati.

Ditatapnya Tiok Yap-cing dengan dingin lalu katanya:

"Sebenarnya aku tak pantas datang, tapi sekarang telah datang, kata-kata semacam itu semestinya tak pantas kudengar, tapi sekarang telah kudengar, maka dari itu akupun ingin bertanya kepadamu, sesungguhnya manusia macam apakah kau ini? Perhitungan apa yang sesungguhnya telah kau rencanakan dalam hatimu?"

Tiok Yap-cing tersenyum, sahutnya:

"Aku tahu bahwa pada malam ini Hoa sianseng tentu tak dapat tidur, kau tentu masih teringat dengan pertarungan pagi tadi, maka sedari tadi aku sudah berencana untuk menghantar arak wangi bagi Hoa sianseng untuk menghilangkan kemasgulan dan kekesalan hatimu!"

Jawaban yang sama sekali tiada hubungan dengan apa yang ditanyakan tadi, seakan-akan ia tidak mendengar apa yang diucapkan Hoa Sau-kun barusan dan telah membebaskan dirinya secara mudah dari semua tuduhan yang dilontarkan kepadanya tadi.

Betul juga, paras muka Hoa Sau-kun segera berubah hebat, dengan suara lantang bentaknya:

"Kenapa aku tak bisa tidur? Kenapa aku musti menghilangkan kemasgulan dan kemurungan?"

"Sebab Hoa sianseng adalah seorang kuncu, seorang laki-laki sejati!"

Tiba-tiba senyuman di bibirnya berubah menjadi penuh kelicikan dan sindiran, ia menambahkan:

"Cuma sayang, kaupun bukan betul-betul seorang kuncu sejati!"

Sepasang tangan Hoa Sau-kun telah gemetar keras, jelas ia sedang berusaha keras untuk mengendalikan hawa amarahnya.

"Siapakah yang menang dan siapa yang kalah dalam pertarungan pagi tadi, aku pikir kau pasti lebih jelas dari pada siapapun"

Tangan Hoa Sau-kun gemetar semakin keras, tiba-tiba ia menyambar separuh guci arak di meja dan sekaligus meneguknya sampai habis.

"Jika kau adalah seorang kuncu sejati, kau sudah mengakui kekalahanmu ketika berada di hadapan binimu tadi"

Hoa Sau-kun mengepal sepasang tangannya kencang-kencang, kemudian katanya dengan suara gemetar:

"Lanjutkan kata-katamu!"

"Bila kaupun seperti aku, seorang manusia siaujin yang tulen, maka tak akan kau pikirkan persoalan semacam itu dalam hati, sayang sekali kaupun bukan seorang siaujin tulen, oleh karena itu hatimu baru menderita dan tersiksa karena merasa malu, menyesal dan merasa dirimu telah berbuat kesalahan kepada Cia Siau-hong!"

Setelah berhenti sebentar, dengan suara dingin ia melanjutkan:

"Maka dari itu bila sekarang ada orang bertanya kepadamu, manusia macam apakah sesungguhnya dirimu, maka tiada halangan bagimu untuk memberitahu kepadanya bahwa kau bukan saja seorang kuncu gadungan, kau merupakan juga seorang munafik!"

Hoa Sau-kun menatapnya tajam-tajam kemudian selangkah demi selangkah maju menghampirinya sambil berkata:

"Benar, aku adalah manusia munafik, tapi aku toh sama saja dapat membunuh orang!"

Tiba-tiba suaranya menjadi kabur dan tidak jelas, sorot matanya ikut membuyar dan menjadi sayu dan kuyu.........

Menyusul kemudian iapun roboh terkapar di tanah.

Dengan terkejut Ciu Ji sianseng memandang ke arahnya, dia ingin bergerak namun tidak bergerak sedikitpun.

"Bukankah kau tidak habis mengerti kenapa secara tiba-tiba ia bisa roboh terkapar?", tanya Tiok Yap-cing tiba-tiba.

"Dia mabuk.......?"

"Dia sudah merupakan seorang kakek yang bertubuh lemah, apalagi minum arak begitu cepat, seandainya dalam arak itu tidak kucampuri dengan obat pemabuk, mungkin ia masih belum roboh juga"

"Obat pemabuk?", seru Ciu Ji sianseng dengan paras muka hebat.

"Walaupun obat pemabuk jenis ini berbau keras dan rasanya getir, namun bila dicampurkan ke dalam arak Tiok Yap-cing yang berusia tua, maka tidaklah gampang untuk membedakannya, aku telah mencobanya beberapa kali dan setiap kali rasanya cukup mendatangkan hasil yang diharapkan"

Tiba-tiba Ciu Ji sianseng membentak gusar, dia ingin menubruk ke depan, tapi tubuhnya segera menumbuk meja hingga jatuh tertelungkup.

Tiok Yap-cing tersenyum, katanya:

"Padahal kaupun mestinya dapat membayangkan sendiri sebagai seorang siaujin semacam aku, masa dapat memberikan arak sebagus ini untuk dinikmati orang lain?"

Ciu Ji sianseng yang tergeletak di tanah berusaha untuk berpegangan di sisi meja dan bangun berdiri, tapi baru saja bangun kembali ia sudah roboh ke tanah.

"Sesungguhnya akupun musti berterima kasih kepadamu", kata Tiok Yap-cing kembali, "Hoa Sau-kun sudah tersohor karena ketelitian serta kewaspadaannya, andaikata ia tidak melihatmu minum arak tersebut, tak nanti dia akan minum juga arak tersebut, siapa tahu justru karena kau minum arak amat lambat, maka obat pemabuk itu baru bekerja pada saat ini........"

Ciu Ji sianseng merasa ucapannya itu kian lama kian bertambah jauh, orang yang berdiri di hadapannya pun makin lama semakin jauh, kemudian apapun tak terdengar lagi olehnya, dan apapun tidak terlihat lagi olehnya.

Tiba-tiba Ki Ling menghela napas panjang, katanya sambil tertawa getir:

"Sebetulnya aku mengira ambisimu tak lain hanya ingin menjatuhkan Toa-tauke belaka, tapi sekarang.........sekarang bahkan aku sendiripun tak tahu manusia apakah sebetulnya dirimu ini dan apa saja yang kau rencanakan dalam hatimu?"

"Ya, selamanya kau tak akan tahu!", Tiok Yap-cing tertawa.

ooo)O(ooo

Ketika Cia Hong-hong terbangun dari impian buruknya, seluruh badannya basah kuyup oleh keringat dingin.

Dalam mimpinya ia saksikan suaminya pulang dan berdiri di depan pembaringan dengan tubuh berlumuran darah, darah itu menindih tubuhnya hingga membuat ia tak sanggup bernapas.

Ketika ia tersadar kembali hanya kegelapan yang menyelimuti sekitar tempat itu, lampu yang disulut suaminya tadi kini telah padam.

Continue Reading

You'll Also Like

20.6K 1K 15
cerita ini adalah cerita nyata yang di alami oleh yanti yang merasakan kematian tante nya itu banyak keganjilan terutama dengan hal mistis mau tau k...
1M 115K 52
[PRIVATE ACAK! SILAHKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "NENEN HIKS.." "Wtf?!!" Tentang kehidupan Nevaniel yang biasa di panggil nevan. Seorang laki-laki yan...
656K 5.5K 18
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
29.4K 541 37
perjalanan seorang wali Allah.