REASON [COMPLETE]

By yulifel

443K 23K 394

Note : Ini cerita pertama saya. Jika ada kalimat tidak enak atau bahkan tidak nyambung sama sekali. Harap mak... More

Opening
1
2
3
4
5
6
7
8
10
11
#12 Edisi MC
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27 - BACK
28
29
30
31
32 - Edisi Rangga Photo
33
34
35
36
37
38
39 - Ending
Extra Part!
-Suara Rangga-
LoHa!
Ini Suara, Mep
Terimakasih
Sequel Guys!!
Happy Q & A
Happy Q & A (Part 2)
Rangga Pov *Prom
Gantian, Melody Aja
The Beautiful Nerd Girl

9

9.5K 564 6
By yulifel

"Gue tadi cuma mau bilang kalau gue gak bisa ngelindungin lo hari ini, tapi besok bisa" Rangga tersenyum menatap kearah Melody, pipi gadis itu merona. Rasanya Rangga ingin terbahak tapi tidak bisa karena wajah babak belurnya membuatnya kesakitan, bahkan untuk sekedar tersenyum dia memaksa. "Satu lagi melody sayang, mau gue kena anemia atau segala penyakit apapun gak masalah asal gue masih bisa liat lo so fine"

Deg. Jantung Melody berhenti sesaat, beberapa detik kemudian gadis itu tersadar akan sebutan sayang.

"Sayang-sayang pala lo peang" Melody menoyor kepala Rangga pelan.

"Peang gue udah ninggal, jangan disebut sebut ah"

"Ishh itu eang!"

"Hehe iya tau" Rangga tersenyum diikuti oleh senyum sipul Melody diujung bibirnya.

Setengah jam kemudian.

"Melody" Eza berteriak dan masuk kedalam ruang uks bersama Firza dan Remi.

Melody mendongak, dia menaruh mangkuk berisi bubur yang ia beli dari kantin beberapa menit yang lalu.
"Lo gakpapa kan" Eza memeluk Melody, diikuti Remi yang juga memeluknya. Melody mengangguk, mengisyaratkan bahwa dirinya tidak apa-apa, kemudian menatap Firza yang sudah mengelus rambut Melody.

"Syukurlah" Mendengar penuturan Firza, Melody tersenyum lagi.

"Gue enggak dipeluk gitu" Rangga merentangkan tangannya, mencoba mengehentikan tatapan Melody dan Firza.

"Dih enak aja" Eza memeletkan lidah. "Ih mangkanya jangan berantem-berantem, tuhkan wajah lo jadi makin jelek" Tambah Eza berhasil membuat Remi terkekeh pelan.

"Ganteng gini kaya lee min hoo dibilang jelek" Rangga memandang keatas, alisnya berkerut, mencoba menyamakan gaya dengan aktor korea yang disebutnya.

"Idih amit-amit. Oppa gue tuh, jangan disama-samain ah sama lo" Eza menggeliat geli, artis itu sering ia sebut saat dulu sering bermain bersama Rangga dan Melody.

Melody terkekeh mendengar mereka berdebat, diikuti oleh Remi yang sejak tadi menyenggol lengan Firza karena bengong melihat keakraban yang aneh dari mereka.

"Mel udah makan?" Tanya Firza mengalihkan pandangan kembali kearah Melody.

"Udah tuh" Bukan Melody yang menjawab tapi Rangga yang sudah memajukan dagunya menunjuk dua bungkus bubur kacang ijo diatas meja.

Firza memandang Melody dengan tatapan ingin pergi. Melody mengangguk kemudian pergi meninggalkan Rangga, Eza dan Remi didalam ruangan.

"Lo beneran udah makan" Tanya Firza lagi. Mereka sedang bertengger ditembok uks.

"Udah kok"

"Lo gakpapa kan" Ucap Firza, tangannya menyentuh pelan pipi lebam Melody.

"Udah gakpapa kok santai" Melody menyeringai kuda, pipi atasnya menggembung seperti bakpau.

"Hhmm" Firza manggut-manggut, seperti ada yang ingin ia katakan. "Mel"

"Iya"

"Lo udah lama kenal sama tu cowok"

"Siapa? Rangga"

"Iya siapalah itu"

"Emm enggak, baru tadi" Jawab Melody berbohong, dia tidak bisa begitu saja menceritakan bahwa dia sangat kenal dengan Rangga. Cukup Remi, tidak untuk yang lain, Melody butuh waktu.

"Baru tadi tapi kok lo nolongin dia"

"Gak salah kali nolongin orang" Melody tersenyum, kali ini dia menatap mata Firza.

"Iyasih, tapi sampe lo bela-belain ditonjok. Aneh aja" Firza menyeringai, masih penasaran dengan jawaban Melody.

"Udahlah gak usah dibahas. Kelas yuk" Melody bergerak menjauhi uks diikuti oleh Firza. Tidak lama Remi keluar dari uks.

"Eh tungguin" Remi mensejajarkan langkahnya dengan Melody dan Firza.

"Eza mana" Tanya Melody.

"Mau jagain Rangga katanya"

"Oh" Melody manggut-manggut.

"Eza beneran pacaran sama Rangga" Tanya Firza, kali ini pertanyaannya membuat Melody menelan ludah dan cepat-cepat memberi kode cubitan ke lengan Remi, takut gadis itu keceplosan.

"Iya" Jawab Remi. "Kalau gak, ngapain repot-repot dijagain" Tambahnya dan berhasil membuat Melody mengelus dada.

---

WC Wanita. Masih pertengahan pelajaran, tapi perut Melody sudah melilit dan harus izin keluar kelas. Melody mendesah pelan, ditatapnya kaca besar didepannya, menyentuh pipi lebamnya berkali-kali sambil nyengir sendiri.

"Ah udah. Jadi kepikiran dia mulu" Pekik Melody pelan pada diri sendiri kemudian keluar dari toilet.

"Melody" Suara rendah dibelakang punggungnya meneriaki.

"-eh" Saat Melody menoleh ia sempat kaget, langkah kakinya mundur selangkah menjauhi cowok itu. Tampilannya kacau, wajahnya berantakan, bajunya tidak dikancing, ada kaos abu-abu yang terlihat disana bahkan ada percikan darah juga dikerah bajunya, sama seperti Rangga.

"Jangan takut" Dion, cowok itu yang tadi sempat menonjoknya karena melindungi Rangga "Gue cuma mau bilang sorry" Ucap Dion lagi menggaruk tengkuknya yang berdarah akibat bergeseran dengan aspal lapangan.

"Fine" Melody tersenyum paksa, dia ingin cepat pergi darisana tapi tidak bisa karena pergelangan tangannya digenggam oleh Dion. Mata Melody menajam, takut tonjokan itu kembali melayang kepipinya.

"Beneran gue minta maaf masalah yang tadi" Kata Dion lagi, tangannya melepas pergelangan tangan Melody.

Melody jadi tidak enak, serba salah dan bingung harus berbuat apa. Dion tau namanya saja sudah membuat gadis itu bingung, belum lagi sifat lembutnya yang berbeda 180 derajat saat melihatnya tadi dilapangan. Melody mengangguk, kali ini dengan senyum yang tidak dipaksa.

"Udah gue maafin kok. Urusin aja wajah lo, tuh" Melody menunjuk wajah Dion. Yang ditunjuk hanya menyeringai kuda.

"Gue duluan ya Mel. Sorry lagi" Dion berlari menjauhi Melody dengan senyum sumringah. Melody bingung melihat tingkah cowok itu. Entah ada angin apa, tapi Melody sempat terkekeh melihat perbedaan gaya bicaranya.

---

"Di ruang rindu kita bertemu.." Suara nyanyian dari arah dapur berhasil membuat Melody turun dari lantai dua.

Suara itu seperti sengaja dikeraskan, Melody mendekat dan mendapati Rangga sedang mencuci piring diwastafel dapur sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Melody menutup mulutnya menahan tawa, celana pendek biru dan baju bola yang dipakai Rangga sudah sempit, jadi saat ia kenakan kau bisa bayangkan sendiri sispek ditubuhnya terlihat jelas. Melody tau itu baju bola yang dibelikan Reno 2 tahun yang lalu, baju itu memang kesayangan Rangga.

"Eh ada peri. Dateng dari mana" Ujar Rangga saat menyadari kedatangan Melody. Matanya melihat keatap rumah.

Melody spontan mengatup mulutnya supaya tidak ketahuan sedang menertawai Rangga. Gadis itu tidak menjawab, dia hanya berjalan melewati Rangga dan mengambil secangkir gelas kemudian diisi air putih lalu meneguknya.

"Perinya gak bisa ngomong sayang banget"

"Ishh" Melody menjitak kepala Rangga dengan lototan mata seperti biasa.

"Dih perinya galak"

"Cuci yang bersih" Melody sengaja menaruh gelasnya didepan Rangga. Pemandangan yang jarang ia lihat, tuan muda besarnya mau mencuci piringnya sendiri. Saat tahu Sendra pergi, bi Inem izin mengambil cuti liburan pada Rangga dan Melody, dan mereka dengan senang hati memperbolehkannya pergi, karena sejak dulu bi Inem memang dilarang pulang kampung oleh Sendra. Melody ingat saat itu Sendra bilang kalau kerja ya kerja harus menuruti apa yang saya katakan, saya nyonya besar dirumah ini. Disaat Sendra pergi, seperti inilah yang menjadi kesempatan emas bi Inem untuk mengunjungi sanak saudaranya dikampung.

"Apasih yang enggak buat lo" Melody semakin melirik Rangga yang menyudahi cuci piringnya.

"Najis" Balas Melody mencemooh.

"Nanya enggak"

"Enggak!"

"Nanya deh"

"Dih maksa"

"Itu sama si bule onta makin akrab aja"

"Namanya firza, bukan bule onta" Melody mendengus kemudian melanjutkan. "So, masalah buat lo"

"Masalah lah"

"Kenapa masalah?"

"Ya kan lo calon bini gue"

"Bini? Apatuh"

"Istri, calon PENDAMPING" Ucap Rangga menekan kata pendamping.

"Ish ogah!"

"Ogah itu yang biasa buat ngurek kuping gue" Rangga memainkan bibir merahnya, Melody melirik cowok itu lagi.

"Itu katenbat begok!" Melody menendang lutut Rangga karena kesal. Cowok itu memekik kesakitan, memegang tengkuknya kemudian berlari kecil mengikuti kepergian Melody.

Melody mengeluarkan motor mio soul hitam dari dalam garasi, motor itu sedikit usang karena lama tidak dipakai. Cewek itu membersihkan debunya dengan kemoceng yang ia ambil dari belakang garasi. Rangga duduk diteras rumah sambil menyuap kacang mete didalam toples.

"Ngapain sih" Tanya Rangga, mulutnya penuh dengan kacang.

"Lo gak bisa liat gue lagi apa! Pake nanya lagi"

"Yailah judes amat mbak" Rangga berdiri, berjalan kearah Melody. "Loh-loh mau kemana?" Rangga mempercepat langkahnya menuju Melody yang sudah menstater motornya.

"Mau cabut bye!"

"Ikut"

"Gak! Minggir sanah" Tubuh Rangga mengahalangi jalan sehingga motor soul itu tidak bisa bergerak. Melody mengegas-ngegas tapi tidak menaikkan gas motornya, Rangga tetap diam ditempat.

"Mau kemana dulu"

"Mau beli makan elah"

"Buat apa"

"Ya buat dimakan lah. Rangga, buset minggir gak atau gue tabrak nih!" Melody semakin mengegas motornya dan tidak sengaja bergerak kedepan dan BBUKKKK!

"Rangga aduh!!! Hey bangun" Melody menstandarkan motornya, berjongkok ke tubuh Rangga yang terjatuh didepan motor lalu menepuk-nepuk pipi Rangga, wajah itu masih terlihat berantakan. "Lo pingsan. Rangga jangan dong" Melody panik.

"Aduh" Terdengar Rangga memekik kesakitan, matanya terbuka. Untung saja cowok itu tidak pingsan.

"Astaga, bikin kaget aja. Lo gakpapa kan" Melody memeriksa seluruh badan Rangga, tangannya meraba kaki Rangga yang sama sekali tidak lecet.

"Sakit nih"

"Mana yang mana"

"Nih" Rangga menunjuk dadanya. Astaga!!

"Rangga gak lucu ih" Melody bangkit kemudian mengambil motornya dan memasukkan kedalam garasi. Saat ia berkata akan membeli makan ia berbohong, ia hanya ingin membeli obat merah untuk Rangga karena persediaan dirumah sudah habis. Melihat wajah Rangga sekarang, dia hanya bisa pasrah karena tidak bisa mengobati, itupun karena ulah Rangga sendiri yang menghalanginya.

"Melody, yailah ngambek lagi" Rangga masuk mengekori Melody.

Melody menoleh kebelakang, Rangga mematung.

"Duduk dikursi, jangan kemana-mana" Ujar Melody tegas membuat Rangga menaikkan alis menatap bingung. Tapi cowok itu menuruti Melody untuk duduk di kursi ruang tamu.

Melody membawa kotak obat, meski ia tahu tidak ada betadin disana, tapi setidaknya luka diwajah Rangga harus diobati. BRAKKK! Melody menaruh kotak p3k diatas meja dengan keras sampai Rangga berjingkat, lalu Melody pergi menuju dapur. Membuka kulkas dan mengeluarkan bongkahan es batu yang ditaruhnya kedalam baskom, ada sapu tangan juga didalam baskom itu.

"Keep silent!" Melody duduk disebelah Rangga, mengambil sapu tangan yang sudah ia masuki bongkahan es batu kecil.

"Aw" Rangga memekik kesakitan saat dinginnya es batu menyentuh rahang Rangga yang lebam. "Duh sakit-sakit Mel". "Duh, aw". "Gila sakit Mel".

"Ish diem apa" Melody menjitak kepala Rangga gusar. Cowok didepannya ini sama sekali tidak bisa diam, kalau tidak tangannya memainkan kotak p3k, kakinya diayun ayunkan kedepan sampai menendang kaki Melody, belum lagi saat dia memekik kesakitan rasanya seperti anak bayi yang sedang merengek.

"Mep" Seru Rangga pelan saat Melody mengganti es batu yang sudah sedikit meleleh ditangannya.

"Lo manggil siapa?"

"Maksut gue Mel. Elo" Rangga mengganti eksen bicaranya karena merasa keceplosan.

"Oh gue"

"Aduh" Rangga memekik kembali saat kain dingin itu kembali menyentuh lukanya. "Gue mau ngomong"

"Apa"

"Gue kangen banget sama lo Mel" Ucapan Rangga sepersekian detik itu membuat Melody mematung menghentikan aktifitasnya.

Melody diam, tidak berusaha menggubris, debaran jantungnya kembali tidak normal. Jika pipinya tidak lebam mungkin sekarang sudah terlihat seperti kepiting rebus yang merah.

"Apa boleh gue.."

"Terusin sendiri gue ngantuk" Melody langsung menaruh kain itu kedalam baskom, kemudian pergi bergitu saja meninggalkan Rangga.

"Apa boleh gue suka sama lo Mel. Apa boleh gue cinta sama lo" Teriakan Rangga menggema diseluruh ruangan. Tidak mungkin Melody tidak mendengar. Yang pasti sekarang Melody sedang mematung ditangga, tidak melanjutkan jalan, bahkan meresponpun tidak.

***

Hello hai. Gimana nih kelanjutannya makin gaje gak? Enggak kali ya hehe. Duh mampet nih inspirasi gue. Tokoh Melody harus gimana ya ngadepin Rangga? Wah Rangganya agresif banget gerak cepet wkwk.

Yuk lanjutin baca cerita gue, jangan lupa vote ya teken bintang itu tuh biar berkah. Jangan lupa kritik dan sarannya.

Thanks for all. Respon positif oke!

Continue Reading

You'll Also Like

72.3K 5.3K 40
{Jangan Lupa Follow Authornya dulu yaw} Complete / belum revisi --------- Mencintai atau Dicintai?~ Tentukan pilihan mu! Rania hanya seorang gadis po...
491 69 28
PENGEN KEMBALI KE MASA LALU untuk memperbaiki hubunganmu dengan sang mantan? Tenang, itu bukan 'seandainya' lagi. Seandainya kalian nggak putus, sean...
1.1M 91.9K 50
"Qi, bisa gak jangan kekanak-kanakan?! Kalo gue salah, kasih tau gue! Biar gue perbaiki!" Are tidak mengerti dengan perubahan sahabatnya akhir-akhir...
83.3K 6.6K 44
Kakak Kelasku Akan Mati | Ambrose Death Call Gianna bisa mendengar lonceng kematian. Mungkin kau akan kebingungan apa itu. Namun singkatnya, loncen...