You're Mine (Eternal)(BoyxBoy...

By SaChan1st

35.1K 1.9K 202

#6 Politics 09-08-2018 #6 Japanese 03-09-2018 Ayase selalu membenci yang berhubungan dengan politik ataupun d... More

PROLOG
Ministry Of Japan
Prime Minister, Yoshihide Suga
About a Secret.
UNTIL THE END
THE IMPOSSIBLE
IMPERFECT ANGEL

First Meet

3.6K 246 40
By SaChan1st


Hollaaaa...

Udah lama ya cerita ini baru update...

XIxixixi... jangan pernah bosen nungguin ya.

Aku menunggu reaksi dan komentar kalian tentang cerita ini walaupun hanya sedikit..


Makasih banyak supportnya guys untuk cerita Love Story...


Udah yukk... CuZzzzz....


Sebuah ruangan yang besar dengan perabotan mewah dan segala barang – barang yang sama sekali tidak ada di ruangannya. Renho sedang melihat sekeliling ruang kerja milik sahabat sejak kecilnya itu yang sangat berbeda dengan miliknya. Untung saja gedung Kementrian agak sepi ketika dirinya dan Tsukasa tiba disana, jadi mereka tidak membuat curiga ketika Renho memasuki ruangan yang sangat privat milik Perdana Menteri Jepang tersebut. Matanya tiba – tiba tertuju kepada sebuah pajangan foto yang terletak di atas meja kerja Yoshihide.

Ujung alisnya terangkat ketika melihat foto tersebut, dia kenal dengan seorang wajah pria muda yang sedang tertawa bahagia itu,

"Bisakah kau tidak melihat barang – barang pribadiku, Ren?" tanya Yoshihide yang sudah masuk ke dalam membuat Renho terkejut setengah mati hampir menjatuhkan pajangan foto tersebut.

"Hentikan itu, Hide! Kau membuatku jantungan." jawab Renho tidak mau kalah dan meletakkan pajangan itu kembali ke tempatnya.

Yoshihide berjalan ke kursinya dan segera duduk lalu membuka lacinya dan mengeluarkan sesuatu.

"Ada apa kau menyuruhku kemari? Kau tahu tidak sembarang orang boleh masuk ke ruanganmu?" tanya Renho mengambil tempat duduk juga di sebuah sofa mengarah ke meja Yoshihide.

"Kau sudah tahu pasti apa yang ingin aku bicarakan padamu, Ren?" balas Yoshihide menatap Renho tajam.

Renho menghembuskan nafasnya pelan dan memundurkan punggungnya ke sandaran sofa.

"Apa yang ingin kau ketahui?" tanya Renho melipat kedua tangannya.

"Bagaimana kabar Ayase?"

"Baik. Dia terlihat ceria seperti biasa—"

"Aku tidak tahu apa rencanamu pada Ayase, Ren. Tapi aku ingatkan jangan lupakan perjanjian kita dua puluh tahun lalu. Kau kuijinkan untuk dekat dengan Ayase agar aku bisa mengetahui semua kegiatannya, tapi tidak lebih dari itu. Ingat Ren, siapa diriku bagi Ayase?" ucapan Renho dipotong oleh Yoshihide yang sudah kembali menatapnya tajam.

"Aku tidak bisa berjanji, Hide. Dia bahkan sangat benci dengan semua yang berhubungan dengan Kementrian. Lagipula aku mendapat kuasa dari Perdana Menteri Rusia, Olezka Dimitri untuk menjaga Ayase yang merangkap sebagai kakek kandung dari Ayase. Apa yang terjadi di Rusia beberapa bulan lalu?" tanya Renho membalikkan pertanyaannya.

Raut wajah Yoshihide berubah dan membuat Renho makin penasaran akan apa yang dikatakan sahabat kecilnya tersebut.

"Tidak usah kau paksakan, Hide. Ini adalah pekerjaanmu jadi aku tidak berhak bertanya padamu. Tapi aku selalu berjanji padamu untuk menjaga Ayase dan berusaha menjauhinya dengan masa lalu Onodera-sama. Bukankah kita sepakat untuk tidak melibatkannya dalam kasus tersebut? Aku harap kau segera mendapat bukti yang cukup kuat dan membersihkan nama keluarga Onodera agar daftar Perdana Menteri Jepang kembali bersih, Hide." tukas Renho panjang lebar.

"Kakek tua itu tidak mengijnkanku untuk bertemu, Ayase. Mungkin itulah penyebab kau diberikan surat kuasa untuk menjaga Ayase. Dia mengatakan tidak akan membiarkan Ayase berinteraksi denganku dan membuatnya masuk ke dalam daftar keluargaku." ucap Yoshihide agak pelan melihat ke arah pajangan foto di depannya.

"Tapi aku tidak bisa menerima hal itu. Walaupun Ayase tidak pernah mengenalku, tapi sejak kecil aku sudah mengenalnya dan melihatnya dari jauh. Kakek Dimitri tidak punya hak untuk melarangku melihat Ayase." lanjutnya.

"Kenapa kau tidak memesan sebuah hiasan bunga ke tokonya dan menyuruhnya untuk mengantarkannya kemari?" usul Renho membuat Yoshihide menatap sahabat kecilnya itu bingung.

"Kau yakin dia mau mengirim kiriman bunga ke kediaman Perdana Menteri?" tanya Hide sedikit ragu.

"Aku bisa membujuknya agar dia bisa mengantarkannya kemari. Walaupun kemuungkinan dia akan menolaknya, tapi aku—"

"Tidak. Biarkan aku sendiri yang mengunjungi toko bunganya." balas Hide memotong ucapan Renho.

"Ermm—Kau yakin, Yoshihide?" tanya Renho terlihat kaget dengan perkataan sahabatnya tersebut.

Yoshihide hanya terdiam sambil menatap ke arah figura foto yang terpajang di samping meja kerjanya.

.

.

.

"Batalkan semua pertemuanku hari ini, Kitagawa." ucap Yoshihide merapikan jasnya dan berdiri dari kursinya.

"Anda yakin Perdana Menteri? Hari ini ada rapat penting dengan Parlemen untuk membicarakan tentang hubungan diplomasi kita dengan Ru—"

"Pindahkan di lain hari. Ada sesuatu yang harus kuurus." balas Hide memotong ucapan sang Sekretaris dan langsung berlalu dari ruangannya.

Kitagawa Kaoru, Sekretaris Perdana Menteri hanya menghela nafas pelan dan menaruh bolpointnya di agenda yang selalu dia bawa kemana – mana untuk setiap jadwal Perdana Menteri yang padat. Ia tahu jika urusan ini tidak akan bisa diganggu gugat ketika menyangkut urusan keluarga.

"Kaoru? Yoshihide sudah pergi?" tanya seseorang ketika Kitagawa keluar dari ruangan Perdana Menteri.

"Mr. Murata—" Kitagawa membungkukkan diri ketika bertemu dengan Renho.

"Ya, baru saja. Perdana Menteri juga membatalkan pertemuan hari ini dengan Parlemen dan akan di adakan minggu depan sesuai perintah beliau." lanjut Kitagawa membuka buku agendanya.

Renho tersenyum sedikit ketika mengingat perkataan sahabatnya kemarin siang. Yoshihide memang tidak main – main jika sudah menyangkut tentang Ayase, pikir Renho.

"Jangan sampai Parlemen tahu kenapa Hide membatalkan pertemuannya hari ini, Kaoru. Walaupun dia terlalu bebas dengan pekerjaannya, tapi Yoshihide tahu apa yang sedang ia lakukan." tukas Renho tersenyum dan menepuk bahu pria muda itu.

.

.

ONODERA FLORIST'S.

Ayase senang toko bunganya sudah banyak dikunjungi oleh beberapa pelanggan dan banyak diminati di daerah tempat tinggalnya. Tomomi juga masih sering mengunjunginya ketika sore sudah tiba dan mereka berdua selalu menyempatkan untuk makan malam bersama. Walaupun cukup lelah karena hanya dia sendirian yang mengurusi toko tersebut. Tapi, bagi Ayase ini adalah hal terbaik yang pernah dia lakukan dalam hidupnya, membuat impian ayahnya tercapai.

"Selamat datang!" sahut Ayase ketika mendengar bunyi pintu tokonya dibuka.

Seketika saat Ayase melihat seseorang masuk ke dalam tokonya itu membuat dirinya terpaku. Melihat sosok seorang laki – laki di usianya yang menginjak tiga puluh tahun. Memakai setelan jas berwarna hitam lengkap yang sangat pas di tubuh atletisnya itu. Ayase tersadar kembali dan dia tidak menyadari pipinya merona merah karena melihat terlalu intens seorang pelanggan yang baru datang itu.

"Saya ingin membeli paket bunga mawar untuk hiasan di rumah saya." ucap pria itu dengan sopan.

"Bunga mawar apa, Tuan? Kalau boleh saya tahu?" tanya Ayase lembut menunjukkan beberapa koleksi bunga mawar miliknya.

"Rekomendasi Anda?" tanya pria itu balik.

Ayase mengambil setangkai mawar kuning dan memberikannya pada pelangga pria itu.

"Kenapa mawar kuning?" tanya pria itu lagi sambil mencium aroma dibalik bunga itu.

"Mawar ini melambangkan kekeluargaan dan keceriaan serta memberikan perasaan yang nyaman. Sekaligus itu adalah bunga favorit Alm. ayah saya." jawab Ayase tersenyum.

Pria itu sekilas tersenyum juga dan mengembalikan bunga mawar tersebut kepada Ayase.

"Baiklah. Aku ingin memesan sepuluh buket bunga mawar ini. Bisa kau antarkan ke alamat ini?" ucap pria itu sambil memberikan sebuah kartu kepada Ayase.

"Tuan Suga Yoshihide-san?" ucap Ayase mengeja nama pria tersebut.

Hide hanya tersenyum lembut ketika namanya disebut oleh Ayase.

Bunyi pintu toko berbunyi membuat Ayase terkesiap dan tersadar seperti terlena setelah mendengar nama Hide.

"Senpai?" kaget Ayase melihat Renho yang sudah datang sepagi ini.

Yoshihide menatap Renho agak tajam, tidak menyangka bahwa Kepala Sekretaris Kabinetnya akan datang kesini. Renho menyunggingkan senyumnya sedikit dan membungkukkan salam pada Hide.

"Kenapa datang sepagi ini? Bukankah sudah kukatakan tidak perlu repot untuk cepat – cepat datang kesini?" tanya Ayase cemberut.

Renho hanya cekikikan pelan dan mengelus puncak kepala Ayase yang lebih pendek darinya, membuat Yoshihide menatap garang sahabatnya itu.

"Tidak merepotkan, Ayase. Lagipula sepertinya kau sudah mempunyai transaksi yang cukup besar disini?" Renho menatap Perdana Menteri Jepang itu bergantian dengan Ayase.

"Tuan Suga-san ingin memesan sepuluh buket bunga mawar kuning, senpai." jawab Ayase senang.

"Benarkah? Terima kasih atas kepercayaan Tuan untuk membeli bunga di toko kami ini." balas Renho membungkukkan badannya kembali.

"Tak perlu sungkan. Jadi bisa saya bayar sekarang?" tanya Hide kembali menatap Ayase yang wajahnya terlihat senang semenjak Hide memesan buket sebanyak itu.

Ayase mengangguk semangat dan beralih ke meja kasir dan diikuti oleh Hide untuk membayar pesanannya. Setelah itu, Ayase langsung membuat buket – buket bunga itu dengan telaten yang berada di samping toko bunga tersebut.

"Apa yang kau lakukan disini, Ren?" tanya Hide agak berbisik supaya tidak terdengar oleh Ayase yang berada di depan mereka.

"Ayase masih mengelola toko ini sendirian. Jadi aku harus membantunya untuk mengirimkan setiap pesanan bunga yang datang." jawab Renho.

"Kenapa dia tidak menerima seorang part-timer untuk membantunya?" tanya Hide lagi penasaran masih menatap punggung Ayase yang kecil.

"Entahlah. Lagipula toko ini baru tiga hari. Jika sudah konsisten dan mempunyai beberapa pelanggan tetap, aku akan menganjurkan Ayase untuk membuka lowongan part-timer." balas Renho melirik ke arah Hide.

"Kau berani juga untuk membatalkan pertemuan penting hari ini dengan Parlemen, Hide? Kau tahu mungkin mereka akan membicarakanmu minggu depan." lanjut Renho.

Yoshihide mengabaikan pertanyaan dari sahabatnya itu dan lebih memilih keluar toko untuk berbicara dan diikuti oleh Renho dari belakang.

"Tidak usah khawatir. Kitagawa sudah mengurus segalanya. Mereka tidak akan berani untuk bergosip di belakangku. Lagipula pertemuan hari ini membahas hal yang sudah uzur." balas Hide mengendorkan ikatan dasinya.

"Maksudmu?" tanya Renho tidak mengerti.

"Mereka hanya ingin menjodohkanku dengan anak perempuan mereka agar bisa mendapat benefit dariku. Apakah mereka tidak bisa berhenti melakukan itu dan bekerja lebih baik?" Yoshihide memegang kepalanya yang sakit ketika memikirkan hal tersebut.

"Sekarang aku hanya ingin fokus kepada Ayase dan meyakinkan kakek tua itu agar aku bisa mengenalkan diriku secara pribadi pada Ayase." lanjut Hide menghela nafas pelan.

Renho terkekeh pelan mendengar ocehan Yoshihide yang seperti anak kecil.

"Apakah ibumu sudah tahu bahwa Ayase sudah kembali dari Rusia?" tanya Renho menahan tawanya.

"Tentu saja. Dia yang paling antusias menunggu Ayase kembali dari sana. Lagipula dia yang merekomendasikan Ayase untuk mengambil Jurusan Botanic karena memberitahunya tentang kesukaan Raizou-sama." jawab Yoshihide pelan.

"Lalu tentang, ayahmu—?"

"Jangan bicarakan dia. Aku harap dia tidak kembali dari Inggris dan menetap disana selama hidupnya." potong Hide dengan ekspresi yang berubah membuat Renho menelan ludahnya.

"Maafkan aku. Tapi kau harus berhati – hati, Yoshihide. Semua pergerakanmu akan selalu diawasi oleh Parlemen. Jangan sampai lengah dan tertangkap bahwa kau masih menyelidiki peristiwa dua puluh lima tahun lalu." jelas Renho mengingatkan.

Yoshihide menghela nafas pelan, "Aku tahu. Tolong jaga Ayase, Ren. Hanya padamu aku bisa menitipkan dia agar selalu aman."

"Aku masih ada pekerjaan. Tolong kirimkan buket bunga itu ke rumahku. Ibuku sudah tahu aku akan membeli bunga di toko Ayase. Jadi dia akan menyambutmu nanti ketika kau sudah sampai disana." lanjut Hide dan masuk ke dalam mobilnya dan berlalu.

"Senpai, bunganya sudah siap!" seru Ayase gembira walaupun dengan peluh dan wajah yang kotor.

Renho langsung mengambil saputangannya dan menghapus bekas hitam yang tercetak di pipi Ayase.

"Aku akan mengantarkan pesanan ini sebentar. Jika ada yang ingin memesan delivery lagi bilang saja aku akan segera kembali." ujar Renho mengambil sebuah box dan menaruh semua buket bunga mawar itu ke dalamnya dan membawa ke mobil miliknya.

"Senpai tidak mau sarapan terlebih dahulu?" tanya Ayase bingung.

"Tidak usah. Alamat pelanggan tadi cukup jauh dari sini dan aku harus berangkat sekarang jika tidak ingin terkena macet di jalan." jawab Renho mengambil kunci mobilnya dan mengecup pucuk kepala Ayase dan berlalu dari toko tersebut.

.

.

.

SUGA'S RESIDENCE.

Renho memencet tombol intercom rumah itu dan terlihat seseorang menjawab,

"Siapa ya?" tanya seseorang dari arah seberang.

"Onodera Florist. Pesanan Suga Yoshihide!" sahut Renho.

"Renho apakah itu kau?" tanya suara lembut tersebut dari dalam.

"Benar, bibi Nanase. Hide mengatakan bahwa bibi sudah tahu bahwa aku yang akan datang." balas Renho.

"Baiklah. Aku akan membukakan pintu gerbangnya." Akhirnya pintu gerbang yang besar tersebut terbuka dan terlihat sebuah mansion megah yang berdiri di daerah pemukiman itu.

Renho kembali menyetir masuk ke dalam rumah itu dan berhenti tepat di sebuah pintu utama mansion tersebut. Tak lama kemudian, muncul seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik. Renho langsung memberi salam pada perempuan itu dan membuka bagasi mobilnya memperlihatkan buket mawar kuning yang dibuat oleh Ayase barusan.

"Ini sangat indah sekali, Ren! Tak kusangka dia mempunyai talenta sehebat ini." ucap perempuan paruh baya itu dan mendekat ke bagasi mobil Renho.

Mengambil salah satu buket bunga itu dan menggendongnya. Terlihat ekspresi yang belum pernah dilihat oleh Renho sebelumnya pada ibu dari Perdana Menteri Jepang tersebut, Suga Nanase.

"Ayase masih ingat tentang bunga ini. Bukan begitu, Ren?" tanya Nanase melirik ke arah pemuda itu.

"Tentu saja, bi. Ayase tidak akan pernah melupakan kenangan yang paling indah untuknya. Aku rasa Hide juga sangat memperhatikan hal tersebut." jawab Renho menganggukkan kepalanya.

"Sejak kecil Hide tidak bisa tenang jika menyangkut tentang Ayase. Tak heran dia masih memperhatikan anak itu sampai sekarang." tukas Nanase tersenyum senang dan berjalan masuk ke dalam rumahnya, diikuti oleh Renho juga pembantu yang membawa pesanan buket tersebut.


---------------------------------------------





Huaaaa.....

Maap ya kalo makin GaJe....

Tapi aku akan mencoba untuk update tiap minggu...

Jadi support aku terus... Guysss...

Mwahhhhhhh...


Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 37.2K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
17M 753K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
276K 1.2K 15
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!
1.9M 8.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...