The Secret Admirer

By AlanaKanaya

60.7K 1.9K 614

Antara cinta dan obsesi hanya memiliki arti yang berbeda setipis helaian rambut, seperti mata koin yang tidak... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Pengumuman
Open PO
Pengumuman Akhir PO
Cuma Ngasih Tau

Bab 7

2.4K 193 51
By AlanaKanaya

"Sial!! Dasar perempuan j****g!" Ia meremas koran yang berisi berita kencan Kerelyn dan Daniel malam tadi di Little Itali lalu melemparkannya ke lantai. Cuping hidungnya kembang kempis, tangannya berkaca pinggang, ia berjalan mundar-mandir dengan napas memburu.

"Aku yang melindungingya selama ini dari semua bahaya, AKU!" teriaknya membahana di dalam rumah kosong itu.

"Tapi sekarang dia berkencan dengan pria lain, apa dia tidak belajar dari pengalaman kalau mereka hanya akan melukainya, seperti waktu dulu." Pria itu menggeram lalu menghempaskan tubuhnya di atas sofa tua bermotif bunga mawar yang sudah usang.

Kepalanya menengadah bertumpu pada sandaran sofa menatap kipas angin yang berputar dengan suara menderit, seolah terhipnotis ia terdiam beberapa saat dalam posisi itu sampai telepon genggamnya berbunyi, ia merogoh saku celananya dan dengan malas melihat layar teleponnya, seketika ia duduk tegak, senyum mengembang menghiasi bibirnya. Wanita itu, tentu saja ia tak akan bisa hidup tanpa dirinya.

"Hallo, Kerelyn, ada apa menghubungiku malam-malam? Apa kau baik-baik saja?" Suara pria itu telah kembali normal seutuhnya tak ada lagi sisa amarah yang bebereapa saat lalu terlihat.

"Tidak, aku sedang berada di luar," lanjutnya sambil menatap rumah kosong yang tak terawat itu.

"Baiklah kalau begitu, sampai jumpa nanti." Pria itu baru akan menutup teleponnya ketika ia kembali memanggil gadis berambut merah itu.

"Kerelyn tunggu! Hmm.. mengenai artikel di koran-koran apa itu benar? Kau tidak usah khawatir aku akan menjaga rahasiamu."

Beberapa detik yang menegangkan dan membuat dadanya berdetak hebat ketika menunggu jawaban dari gadis itu, dan akhirnya senyumpun terbit karena merasa puas dengan jawaban yang diterimanya.

"Jadi hanya makan malam biasa? Baiklah aku paham, tak usah khawatir." Ia menutup teleponnya dengan senyuman di wajah.

"Aaah aku tahu, dia tak akan mengecewakanku, mereka hanya makan malam bersama... tidak lebih."

Ia berjalan menuju sebuah pintu belakang yang terbuat dari kayu, dengan perlahan ia membukanya, halaman belakang itu tampak gelap dan sunyi, terlihat suram dan menakutkan, ia lalu menyeringai menatap kedepan, dalam keremangan cahaya bulan ia bisa melihat sepetak tanah yang terlindungi oleh pagar seng tinggi, menyembunyikannya dari dunia dimana terhampar kebun bunga lili putih di atasnya.

Tentu saja Kerelyn tidak akan mengecewakannya, justru akan berterima kasih padanya seandainya mengetahui berapa banyak yang telah ia singkirkan demi menyelamatkannya dari bahaya, dan sekarang orang-orang itu telah terbujur kaku di bawah kebun lili pribadinya itu, tak akan sanggup untuk melukai wanitanya.

Ia tertawa keras ketika menyadari kata terakhir, wanitanya... ya Kerelyn Howard adalah wanitanya, dan tak akan ada yang bisa melindungi perempuan itu seperti dirinya.

******

Daniel menaruh gelas minumannya di atas meja bar, saat ini ia tengah berada di The Rock, tempat ia dan teman-temannya biasa berkumpul dan menghabiskan waktu luang. Seharian ini ia disibukan dengan menjawab pertanyaan dari wartawan mengenai hubungannya dengan artis yang tengah naik daun, Kerelyn Howard.

New York memang melindungi para selebritis dari gangguan para fans, yang artinya mereka bisa berjalan-jalan dengan nyaman tanpa diganggu oleh permintaan fans untuk berfoto bersama dan lain sebagainya, tapi sayang kota itu tidak bisa melindungi mereka dari para paparazi yang mengikuti mereka seperti lebah mengikuti madu.

Mereka hanya makan malam biasa dan keesokkan harinya foto mereka berdua telah terpampang menjadi headline news, bahkan ternyata para paparazi mengikuti mereka sampai ke gedung apartemen dan akhirnya muncul pemberitaan kalau mereka berdua telah tinggal bersama.

Daniel membuang napas berat lalu kembali meminum cairan berwarna keemasan itu, ya saat ini ia sangat membutuhkan sesuatu untuk menenangkan otot-otot syarafnya yang tegang membayangkan bagaimana Kerelyn menjadi target dari semua pemberitaan itu.

"Hi, apa kau dari tadi?" Gerard baru saja datang, ia duduk di samping Daniel dan langusung meneriakan pesanan minumannya kepada Max, pemilik bar tempat mereka berada saat ini.

"Tidak, aku baru saja datang... dimana Alex?" tanyanya setelah menyadari kalau temannya yang detektif itu belum terlihat.

"Dia masih di jalan."

Daniel mengangguk mengerti, lalu kembali membuang napas berat, dan itu semua tak luput dari perhatian Gerard.

"Apa kau baik-baik saja?"

Daniel menatap Gerard sekilas sebulum menjawab pertanyaan temannya itu, " Iya, aku baik-baik saja."

"Apa ini ada hubungannya dengan artikel di koran tadi pagi?" Lanjut Gerard tanpa memerdulikan penyanggahan dari jawaban Daniel tadi.

"Iya," Daniel mengambil minumannya lalu meneguknya sampai habis.

"Jadi kau tidak baik-baik saja."

"Aku baik-baik saja, G, hanya saja... Kerelyn yang tidak baik-baik saja."

Gerard mengangkat alisnya sambil memandang Daniel, "Kenapa dia?"

"Apa kau lupa, siapa dia? Dan aku yakin sekarang dia sedang dikejar-kejar para wartawan sialan itu!"

Gerard kembali mengangkat alisnya melihat Daniel begitu marah membayangkan Kerelyn dikejar-kejar wartawan, apa temannya itu lupa kalau itu merupakan salah satu resiko menjadi seorang artis?

"Apa kalian berkencan?" Gerard bertanya dengan penasaran membuat Daniel seperti ingin menelannya hidup-hidup dan itu membuat pria berkaca mata itu terlihat senang.

"Sial, G, apa kau sekarang ganti profesi menjadi seorang wartawan?"

Gerard mengangkat bahunya santai, " Pekerjaan cadangan kalau aku sudah tak laku lagi sebagai IT."

Daniel mendengus tertawa mendengar perkataan Gerard yang tak mungkin itu.

"Jadi katakan padaku, apa kalian berkencan?"

"Tidak." Akhirnya Daniel menyerah dan menjawab pria yang kini terlihat tersenyum penuh kemenangan sambil meneguk minuman yang sama dengannya.

"Apa kau jatuh cinta padanya?" Daniel membelalakkan mata tak percaya dengan pertanyaan temannya yang menyeringai kearahnya dengan santai.

"Man, apa yang kau bicarakan? Apa kau lupa siapa dia? Dia, Kerelyn Howard, artis yang sedang naik daun," ujar Daniel sambil menggelengkan kepala seolah pertanyaan Gerard itu adalah pertanyaan terbodoh yang ia dengar hari ini.

"Terus, kenapa kalau dia artis yang sedang naik daun?" Gerard lagi-lagi bertanya dengan santai dan untuk pertama kalinya ia sangat membenci ketenangan sahabatnya itu.

"Dengar, G, dia seorang artis terkenal sedangkan aku.. aku hanya pria bisa."

"Kau bukan pria biasa, kau masuk dalam jajaran Pria Paling Seksi di belakang kamera, jadi kau sama terrkenalnya dengan Kerelyn, dan, D, pertanyaanku harusnya hanya kau jawab dengan ya dan tidak saja."

Gerard mengerutkan kening mengingat kejadian kemarin dimana dia melakukan hal yang sama, yaitu hanya menjawab ya dan tidak, dan saat itu adalah saat-saat paling mengenaskan dalam hidupnya.

Gerard menggelengkan kepala mencoba menghapus kejadian kemarin, " Dan itu sangat sederhana." Sial ia kini sudah seperti Alexa ketika mengatakan itu hanya sederhana.

Daniel terdiam beberapa saat, "Tidak," jawabnya dengan nada seyakin mungkin, tapi kenapa hatinya mengatakan kalau itu bukan jawaban yang benar? Hei, kenapa rasanya ia seperti sedang berbohong karena ketahuan mencuri? Daniel kembali meneguk minumannya sampai habis, sepertinya dia memerlukan minuman yang lebih banyak lagi.

"Ápa yang sedang kalian bicarakan?" Suara berat milik Alex mengejutkan keduanya, mereka menatap pria berambut godrong, rahangnya yang kokoh tertutup janggut dan jambang, mata birunya seperti biasa tajam menyisir sekekeliling sebelum akhirnya dengan tenang duduk di samping kedua sahabatnya.

Malam ini ia terlihat mencolok dengan jaket kulit hitam, kaos hitam dan celana jeans sobek, berbanding terbalik dengan kedua temannya yang mengenakan kemeja tangan panjang yang digulung 3/4 dan celana kain.

"Apa kau membaca koran tadi pagi?"

Seketika Alex menyeringai ketika mendengar pertanyaan Gerard, "Jadi apa kalian berkencan?"

Daniel terlihat putus asa ketika mendengar pertanyaan yang sama dalam kurun waktu kurang dari satu jam.

"Ya Tuhan, aku baru tahu kalau aku berteman dengan para penggosip."

"Jadi kalian tidak berkencan," ucap Alex mengerti di balik perkataan sahabatnya itu, "Apa kau jatuh cinta padanya?"

"Ya Tuhan! Ada apa dengan kalian berdua?" Daniel kembali terlihat putus asa ketika kembali mendengar pertanyaan yang sama, dia berteriak meminta Max membuatkan minumannya lagi.

"Dengar, aku tidak jatuh cinta padanya, ok? Aku... aku mungkin menyukainya, itu saja tidak lebih."

Alex dan Gerard hanya menatapnya dengan santai sambil menyeringai penuh makna, yang membuat pria bermata hitam itu terlihat gusar karena memahami arti tatapan itu.

"Sial! Kalian tak percaya padaku?"

Keduanya kini menggelenngkan kepala, "Dengar, D, dari tadi aku melihatmu sangat mengkhawatirkan Kerelyn karena dia di kejar-kejar wartawan tentang gosip kalian berdua."

"Itu wajar, karena aku yang menyebabkan gosip itu terjadi."

"Kalau gosip itu tidak benar kenapa kau secemas ini?" pertanyaan Alex itu sukses membuat Daniel terdiam tak bisa menjawab pertanyaannya dengan pasti.

"Kau tahu profesi Kerelyn itu apa, dan dikejar-kejar wartawan itu sudah menjadi bagian dari pekerjaannya, dan apa kau lupa kalau dia memiliki team managemen yang akan mengurus masalah ini?" lanjut pria bermata biru itu sambil mengambil gelas minumannya di atas meja bar.

"Kalau ini tidak benar, dia dan juga kau cukup bilang kalau kalian hanya sedang makan malam bersama teman, dan mengenai tinggal bersama, aku yakin wartawan telah mengkonfirmasi ini pada pihak managemen gedung dan mereka akan memberitahu kalau kalian hanya bertetangga saja. Jadi apa sebenarnya apa yang kau khawatirkan?"

"Aku hanya... hanya..." Daniel tak bisa melanjutkan ucapannya dan itu membuatnya telihat lebih putus asa, "Ah, sial! Aku benci kalian berdua!"

"We love you too, D," ucap Gerard sambil tertawa melihat sahabatnya menderita karena baru menyadari perasaannya.

"Apa yang sedang kalian tertawakan?"

Mereka bertiga membalikan badan ketika mendengar suara lembut yang sudah mereka kenal, di sana berdiri Alexa, Raina dan juga Kerelyn, perempuan yang dari tadi menjadi objek pembicaraan.

Daniel hanya bisa menganga melihat perempuan yang malam ini terlihat santai dengan pakaian casualnya, sama seperti adik dan sepupunya.

"Kerelyn, apa yang kau lakukan di sini?" Daniel turun dari kursinya sambil tersenyum tak percaya perempuan itu ada di sana.

"Bukankah kau yang menyuruhnya menjemputku?" Kerelyn terlihat bingung, tadi Alexa mengatakan kalau dia disuruh Daniel untuk menjemputnya.

Daniel kini menatap Alexa yang hanya mengangkat bahunya santai tak berdosa.

"Ah iya, aku tadi memang memintanya untuk menjemputmu, aku..." Daniel mencoba mencari alasan, tapi sial otaknya sedang tak mau berpikir.

"Daniel sangat khawatir seharian ini kau pasti sangat sibuk menghadapi pertanyaan wartawan karena gosip itu, dia ingin kau bersenang-senang dan melupakan semua kejadian hari ini," ucap Gerard yang membuat Daniel mengangguk sambil tersenyum.

"Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa menghadapi mereka, lagi pula ada Eddy yang akan menghadapi mereka semua."

Daniel mengangguk sambil tersenyum, ia menatap Alex dan Gerard yang tersenyum mengejeknya seolah berkata, 'Sudah ku bilang!'

Suara deheman seseorang mengalihkan perhatian Daniel yang langsung tersenyum sambil merentangkan kedua tangannya.

"Wow, lihat ini siapa yang datang?" Daniel memeluk gadis itu lalu mengecup pipinya, seperti yang biasa ia lakukan kepada si kembar.

"Kau tahu aku datang kemarin, dan kau bahkan belum menemuiku?" ucap Raina sambil cemberut.

"Maafkan aku, rencananya hari ini aku akan menemuimu tapi... hari ini aku sibuk," jawab Daniel dengan menyesal.

"Rain, kau sudah mengenal Gerardkan... sang Superman," ucap Alexa sambil tersenyum menatap Gerard yang terlihat bingung, kenapa gadis itu memanggilnya Superman.

"Dan sekarang aku akan mengenalkanmu pada Alex, dia... wolfverine."

Alex hanya bisa memutar bola matanya mendengar sebutan baru Alexa untuknya, ia menjabat tangan Raina yang sepertinya tengah menahan tawa.

"Jadi sekarang aku Wolfverine, setelah kemarin aku jadi Zombie?" tanyanya sambil menatap Alexa yang tengah menatapnya sambil berpikir, dia kemudian mengangguk yakin.
Aa
"Iya, kau seperti zombie Wolfverine," jawab Alexa santai yang membuat semua orang menahan tawanya.

Mereka semua kini duduk di sofa coklat yang membentuk setengah lingkaran yang berada di pojok ruangan. Kerelyn duduk di samping Daniel yang langsung merangkulnya dengan posesif setelah melihat beberapa pria menatap gadis itu dengan tatapan merayu, dan demi Tuhan, dia ingin sekali menusuk mata mereka semua.

Perlakukan Daniel itu tentu saja membuat Kerelyn senang, bahkan dia kini dengan santai bersandar di bahu pria itu, dengan lembut Daniel mengelus-elus lengan Kerelyn, mereka bahkan telalu larut dalam kedekatan itu hingga tak memerhatikan sebenarnya apa yang tengah di bicarakan oleh yang lainnya.

Hanya kedekatan seperti itu telah memacu adrenalin keduanya, dan untung saja saat ini mereka berada di tempat umum dan tidak hanya berdua, Alex dan Alexa seperti biasanya mulai berdebat, dan perdebatan kali ini menyangkut X-Man, sedangkan Gerard terlihat putus asa karena Raina lagi-lagi mengajaknya berbicara dengan bahasa Indonesia.

Dan dia tak bisa konsentraasi sepenuhnya tentang apa yang mereka semua bicarakan ketika wangi lavender dan sitrus wanita yang kini terlihat nyaman bersandar padanya mengisi indra penciumannya. Begitu juga dengan Kerelyn, jantungnya berdetak kencang, dia seperti anak ABG yang sedang jatuh cinta, yang merasa sangat senang hanya dengan bergandengan tangan. Dan sekarang ia bukan hanya berpegangan tangan tapi setengah badannya bersandar di dada pria yang kini tangannya melingkar di pinggangnya.

"Kenapa kalian tidak pulang saja?"

Mereka berdua tersentak kembali kedalam dunia nyata ketika suara Alex terdengar, seperti orang linglung mereka mentap semua orang yang kini tengah mentap mereka sambil tersenyum menggoda.

"Dia benar, sebaiknya kalian pulang dan... lakukan apa yang mau kalian lakukan," lanjut Gerard yang membuat pipi Kerelyn memerah.

"Aku janji tak akan melaporkannya pada Mom," ucap Alexa berusaha terlihat serius.

Wajah Kerelyn sekarang benar-benar memerah, berbeda dengan Daniel yang masih terlihat santai walaupun dalam hati ia mengutuk sahabat dan adiknya atas kejujuran mereka, dan sialnya ia memang sangat ingin pergi dari sana dan hanya berduaan saja bersama dengan perempuan yang telah membuatnya kehilangan konsentrasi untuk pertama kalinya.

"Baiklah, kami akan pulang... ke apartemen masing-masing... kalian dengar itu? Kami akan pulang ke apartemen masing-masing."

"Iya tentu saja, kami mendengarnya... kau tenang saja, kami akan menjadi saksi kalau kalian pulang ke apartemen masing-masing," ujar Gerard yang dapat anggukan dari Alex.

Setelah merasa yakin akhirnya mereka berdua bersia-siap pergi tapi ketika mereka baru melangkah Alex kembali memanggil Daniel.

"D, pastikan malam ini kau tidak berolah raga dan mandi air dingin lagi, atau kau akan sakit."

Daniel membelalakan mata mendengar seruan sahabatnya yang hanya tersenyum miring, dan dia berjanji akan membunuh pria bermata biru itu nanti, dia baru membalikan badan ketika kembali mendengar suara detektif NYPD itu.

"Lexi, sepertinya kau kalah kali ini."

"Maksudmu dia telah menyadarinya?"

"Dan Gerard menjadi saksiku."

"Hei, itu tidak sah, aku tak mendengarnya."

"Tenang saja aku telah merekamnya."

Daniel mengumpat dalam hati, "Oh sial, mereka melakukan taruhan!" Tapi kali ini ia akan membiarkannya, mereka beruntung karena kali ini ada yang lebih utama daripada berdepat dengan pasangan Yom and Jerry, yaitu berduan dengan gadis berambut merah.

Dengan posesif Daniel merangkul bahu Kerelyn dan mereka mulai berjalan keluar dari bar itu, beberapa pasang mata terang-terangan menatap ke arah mereka tapi mereka sudah tak peduli lagi yang perlu mereka lakukan saat ini adalah keluar dari sana, dan menikmati saat-saat berdua mereka.

Udara malam langsung membelai wajah keduanya, mereka berjalan menuju tempat parkir, tangan Daniel masih merangkul bahu Emily mesra dan sekarang tanpa ragu tangan gadis itu melingkari pinggang pria dengan tinggi 188cm itu. Mereka saling menatap mesra untuk kemudian tersenyum.

Mereka kini telah berada di lapangan parkir ketika sebuah mobil Mercy hitam mewah berhenti tepat di hadapan mereka yang terlihat terkejut. Perlahan pintu itu terbuka lalu turunlah seorang pria dengan setelan rapi buatan para designer ternama, jari tangannya di hiasi cincin emas yang berkilauan dan sebuah gelang rantai berukuran besar melingkari pergelangan tangannya.

Wajahnya yang tampan dan tercukur rapi kini tersenyum sinis ke arah Kerelyn yang membeku, wajahnya memucat, matanya terbelalak menatap sosok pria yang pernah melukainya dulu. Mimpi buruknya telah kembali.

*****

Update terakhir sebelum libur lebaran \^.^/

Buat semua yang merayakan Lebaran, dengan tulus secara pribadi saya mengucapkan

Selamat Idul Fitri
Mohon Maaf Lahir & Bathin
Maaf kalau ada kata" yg menyakiti teman" semua, dan semoga amal ibadah puasa kita di terima Allah SWT... Aamiin

Yang mudik hati" di jalan ya, jgn lupa pulang nanti bawa oleh" yg banyak #Loh(?) Kkkk just kidding :*

Thank u for reading

Love
Alana Kanaya

Continue Reading

You'll Also Like

9.8K 933 18
Menikah hanya karena dasar saling cinta belum tentu bahtera rumah tangga akan awet. karena perasaan cinta punya tanggal kadaluwarsa, menikahlah jika...
Mine |JESBIBLE| By cyra

Mystery / Thriller

17.8K 1.6K 19
Jespipat Tilapornputt, psikopat gila berkedok CEO. Dia lebih kejam daripada ayahnya. Tidak hanya membunuh, tapi dia lebih suka bermain-main dengan ko...
3.1M 222K 28
SELESAI ✔️ "Lo nggak akan bisa keluar dari hidup gue setelah ini. Lucy, lo milik gue. Satu-satunya." - Dean Caldwell Daren Hidup Lucy awalnya baik-ba...
MONSTERS? [ END ] By rachel

Mystery / Thriller

5.9K 636 40
" Aku membutuhkan darahmu sayang, untuk hidup ku " - monsters. *** Di malam hari, banyak manusia yang menghilang karena muncul suara seruling yang t...