Dirumah sakit
Woohyun terus menyemangati Jiae yang sedang terapi. Terlihat dia begitu antusias agar dirinya bisa berdiri dengan tenaganya sendiri, meskipun berkali-kali dia harus terjatuh.
Keringatnya terus mengucur membasahi tubuhnya, tampak lelah diwajahnya tp tak pernah dia berhenti berusaha. Dia terus berusaha menapakkan kakinya agar bisa berdiri menopang tubuhnya.
Pernah sekali, Jiae putus asa dan menyerah tapi setelah bertemu Woohyun. Rasa ingin bisa berjalan lagi kembali muncul dan malah semakin menguat. Dia ingin sekali berjalan sambil bergandengan tangan dengan Woohyun, namja yang begitu dia cintai. Meskpun dia tahu, Woohyun tak sepenuhnya mencintai dirinya.
"Aku harus kuat! Tunjukan pada Woohyun, jiae-ya!" gumam Jiae dalam hati,
Kedua tangannya berpegang pd penyangga dan dia dengan sekuat tenaga menapakkan kakinya agar bisa berdiri.
"Bagus, jiae-ssi." ucap dokter yg mendampinginya.
Jiae tak kuat lagi, dia pun terjatuh lagi. Napasnya begitu memburu.
Woohyun segera mendekatinya dan memberinya minuman.
"Minumlah, kau pasti lelah" kata Woohyun,
Jiae pun tersenyum dan menyambar minuman yg ditawarkan Woohyun.
"Gomawo.." ucapnya,
"Dok, bagaimana perkembangannya?" tanya Woohyun pd Dokter.
"Sangat bagus, otot-ototnya sudah lemas. Melihat usaha Jiae yang ingin sekali bisa berjalan, aku yakin, dia akan pulih lagi dan bisa berjalan lagi. Tetap beri dia semangat" tutur Dokter,
Mendengar hal itu, Woohyun dan Jiae pun sangat senang.
"Benarkah dok?" Tanya Jiae, antusias.
"Ne, jangan menyerah Jiae-ssi. Kalau begitu bisakah kita lanjutkan lagi usahamu, Jiae-ssi? Atau kau lelah?" tanya Dokter,
"Tidak Dokter, aku masih sanggup." jawab Jiae, bersemangat.
"Bagus, kita lanjutkan satu jam saja. Setelah itu, kau istirahatlah disini jangan langsung pulang agar ototmu tak kaget. Kami sudah menyediakan ruangannya." rinci Dokter,
"Mengerti Dok" sahut Jiae,
"Woohyun-ah, sebaiknya kau pulang saja. Bukankah kau belum makan siang?" kata Jiae pd Woohyun,
"Anni, kita makan siang sama-sama. Nanti sore kita pulang sekalian jemput Jisoo di sekolah, bagaimana? Dia mengirim sms pdku minta dijemput sepulang sekolah." jelas Woohyun,
"Ne," balas Jiae,
Setelah itu, dia melanjutkan terapinya lagi.
******
Disekolah,
Tepatnya di ruang guru, Mijoo meletakkan setumpuk tugasnya dan teman2nya dimeja guru.
Ting...
Sebuah pesan masuk terdengar dari Hpnya. Dia pun cepat-cepat keluar ruangan sembari mengambil Hp dr saku roknya. Dibukanya pesan tersebut,
"Temui aku dibalkon sekolah sekarang. Aku mohon." Dari Myungsoo.
setelah membacanya, Mijoo tak ada niatan untuk menemuinya. Dia hanya menghela nafas dan kembali kekelasnya.
*****
Sekolahpun usai,
Mijoo mengemas buku2nya dan bergegas pergi. Jisoo sekilas meliriknya dan hanya mengerutkan kedua alisnya, dia benar2 tak memperdulikan Mijoo lagi.
Tak disangka, Myungsoo sudah menunggui Mijoo didepan gerbang sekolah. Dimana Mijoo selalu menunggu supirnya.
Tak bisa menghindar, akhirnya Mijoo terpaksa menemuinya.
"Kenapa kau tak datang?" Tanya Myungsoo
"Tak ada yg ingin ku bicarakan, anni, sejujurnya aku takut mendengar apa yg ingin kau bicarakan" kata Mijoo, sinis.
"Mianhe, jeongmal mianhe mijoo-ya." Ucap Myungsoo sembari menundukan kepalanya. Mijoo tersenyum hambar.
"Geure, akhiri saja hubungan kita" ujar Mijoo pasrah, membuat Myungsoo kaget.
"Wae geure? Kenapa kau berkata seperti itu?" Tanya Myungsoo,
"Bukankah itu mau mu?" cibir Mijoo,
"Apa maksudmu?, Mijoo-ya aku ingin minta maaf karena selalu mengabaikanmu, aku tak berpikir sampai kesitu." jelas Myungsoo,
"Benarkah? Lega rasanya mendengarnya. Geunde, aku tahu kau sedang bimbang saat ini. Selain aku, Hatimu sudah menemukan cinta yg lain, aku tau itu. Sebaiknya aku menyerah. Sebelum aku merasa lelah karenanya." ujar Mijoo menahan tangisnya.
"Jangan seperti itu Mijoo-ya, Jongmal mianhe, aku ingin memperbaikinya," kata Myungsoo, memohon sembari meraih kedua tangan Mijoo.
"Kau yakin?" tanya Mijoo melepas tangan Myungsoo, "Sebaiknya kau tetapkan hatimu dulu. Jika aku mendominasi dihatimu, datang padaku." lanjut Mijoo menatap lekat mata Myungsoo.
Beberapa saat mereka saling pandang.
Myungsoo melihat mata Mijoo berkaca-kaca.
"Mijoo-ya" gumam Myungsoo, menelusuri mata sendu yeoja itu.
Tes,, air mata mengalir membasahi pipi Mijoo. Dia tak bisa membendung lagi. Mijoo sontak langsung menyekanya.
"Aishh, sial. Aku tak bisa menahannya lagi." gumam Mijoo, diapun mencoba menahan tangisnya.
Tapi bibirnya terus bergetar dan air matanya terus menetes membasahi pipinya.
"Didepanmu, aku ingin menjadi yeoja yg kuat & mengesankan. Geunde,, aku gagal. Aku tetap yeoja yg rapuh & cengeng. Aku mencintaimu & takut kehilanganmu geunde.. Aku lebih takut jika menyakitimu. Berjanjilah, kau akan kembali padaku krn hatimu sepenuhnya milikku. Bukan karena belas kasihan dari mu. " lanjut Mijoo, sembari menahan isak tangisnya.
Myungsoo terdiam, dalam pikirannya dia merasa menjadi orang yg paling jahat, yg telah menyakiti hati mereka, Kei & Mijoo.
Mijoo berbalik membelakangi Myungsoo dan bermaksud pergi tp tangan kanannya ditahan oleh Myungsoo.
"Mianhe, Mijoo-ya. "Lirih Myungsoo, Mijoo terus berusaha melepas genggaman tangannya. Myungsoo pun melepasnya.
Mijoo berlari meninggalkannya tanpa melihat sekitar jalan. Dia tak melihat mobil melaju dari sebelah kiri tepatnya ditikungan jalan. Mobil akan berbelok menuju sekolahnya. Diapun tertabrak dan jatuh pingsan. Pengendara & penumpang mobilpun langsung turun dan melihatnya. Begitu jg Myungsoo, dia bergegas lari menghampiri Mijoo yg tergeletak.
"M-mijoo-ssi! Mijoo-ssi!" pekik penumpang mobil, yg ternyata Woohyun.
"Mijoo-ya!!" teriak Myungsoo,
"Woohyun-ah, cepat bawa dia ke rumah sakit!" teriak Jiae sembari berusaha melongok ke luar jendela.
Tanpa berpikir panjang, Woohyun langsung membopong Mijoo masuk ke mobil.
"Letakkan kepalanya dipangkuanku, hati-hati Woohyun-ah" titah Jiae melihat kepanikan diwajah Woohyun.
Setelah itu, Woohyun bergegas masuk dan duduk disamping pak supir. Mobilpun melaju.
Sementara Myungsoo tak bisa berbuat apa2, dia hanya terdiam melihat Woohyun membawa Mijoo.
"Myungsoo-ah, apa yg terjadi dengan Mijoo?" tanya Kei, mengagetkannya.
"Dia tertabrak" gumam Myungsoo,
"Mwo?, ya! Kenapa kau masih disini. Palli, kita susul. Mereka pasti membawanya kerumah sakit terdekat." ujar Kei,
"Taxi!!" panggil Kei, saat melihat Taxi lewat didepannya. Diapun bergegas naik.
"Ya! Myungsoo! Palli!" teriaknya, Myungsoo pun segera naik.
*****
Dirumah sakit,
Mijoo sedang ditangani oleh dokter, sementara Woohyun bolak balik didepan ruangan. Jiae datang menghampiri bersama supirnya yg membantu mendorong kursi rodanya.
Jiae melihat Woohyun begitu cemas.
"Siapa dia?, kenapa kau begitu panik & cemas seperti itu?" kata Jiae dalam hati, sembari terus memperhatikan Woohyun yg masih bolak-balik.
"Woohyun-ah, tenang dan duduklah dulu." ucap Jiae, Woohyun menoleh dan menurutinya.
Tak berapa lama kemudian, dokter yg menangani Mijoo keluar ruangan.
Woohyun bergegas menghampirinya,
"Dokter, bagaimana keadaannya?" tanya Woohyun, khawatir.
"Tidak ada luka yg serius, dia pingsan karena terkejut. Tp bagaimana pun, dia harus dirawat dulu. Aku akan memeriksanya lg setelah, dia sadar." jawab Dokter, Woohyun pun lega mendengarnya,
"Syukurlah, dia tak apa2" ucap Jiae,
"Terima kasih Dok, apa dia sudah bisa dijenguk?" tanya Woohyun,
"Ne, silahkan. Langsung panggil aku jika dia sudah sadar" ujar Dokter,
"Mengerti Dok," balas Woohyun, diapun segera masuk keruangan dimana Mijoo dirawat. Sementara Dokter pun pergi.
Woohyun menggeser kursi agar lebih dekat dg ranjang Mijoo.
Dia terus menatap Mijoo yg berbaring dan masih tak sadarkan diri.
Jiae menyuruh supirnya utk membuka pintu dengan pelan. Dari kejauhan, dia melihat Woohyun begitu tulus menatap Mijoo. Dan Saat supirnya bermaksud mendorong kursi rodanya masuk ke ruangan, Jiae malah memintanya utk mengantarnya pulang saja.
"Ahjussi,, kita pulang saja." lirihnya,melihat Woohyun terus menatap Mijoo.
"Ne, agashi." sahutnya, sang supir pun memundurkan kursi rodanya dan menutup pintu. Dia pun membawa Jiae pergi keluar.
Tbc...