The Secret Admirer

By AlanaKanaya

60.7K 1.9K 614

Antara cinta dan obsesi hanya memiliki arti yang berbeda setipis helaian rambut, seperti mata koin yang tidak... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 7
Pengumuman
Open PO
Pengumuman Akhir PO
Cuma Ngasih Tau

Bab 6

2.4K 186 75
By AlanaKanaya

Senyum mengembang dari bibir merah gadis berambut hitam sebahu itu, tubuh tinggi semampainya berbalut skiny jeans biru tua dengan atasan kemeja putih yang lengan panjangnya digulung hingga bawah sikut memerlihatkan pergelangan tangan kirinya yang dihiasi berbagai macam gelang yang terbuat dari perak, kulit dan anyaman tali kur yang biasa digunakan oleh anak-anak pencinta alam, sedangkan pergelangan kanannya dihiaasi oleh jam tangan dengan tali yang terbuat dari kulit dan perak selebar 3cm.

"Selamat datang di New York, Raina Gunawan.' Ia berujar pada dirinya sendiri sambil tersenyum lalu membuka kaca mata hitamnya untuk melihat kemegahan bandara JFK. Matanya terlihat takjub melihat salah satu bandara tersibuk di dunia, "Wow...!" Ia memutar tubuhnya 180 derajat tak memedulikan pikiran orang-orang yang mungkin akan menganggapnya kampungan. Hei... siapa yang peduli, mereka tak akan bertemu lagi. Kecuali dengan seseorang yang kini tengah menunggunya sedaritadi sambil menikmati es Americanonya, pria berkacamata itu diberi tugas oleh Daniel untuk menjemput sepupunya yang baru pertama kali datang ke New York.

Awalnya Daniel yang memiliki tugas itu tapi tiba-tiba saja dia ada rapat penting yang tidak bisa ditinggalkan. Emily yang notabanenya calon pengantin tidak diperbolehkan keluar rumah oleh ibunya, katanya itu salah satu adat kebiasaan orang Indonesia yang melarang calon pengantin keluar dari rumah menjelang hari pernikahan, bahkan ia dilarang untuk bertemu calon suaminya yang tentu saja membuat Dylan uring-uringan selama beberapa hari terakhir ini. Gerard berpikir apa mungkin hari ini hari sibuk sedunia? Ketika tiba-tiba saja Alexa, Theo, Dylan bahkan Calista punya kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan untuk menjempur sepupu keluarga Winchester ini. Sialnya lagi, Alex yang bisa akan dengan senang hati menjemput seorang gadis, juga tengah sibuk melakukan penyamarannya.

Jadi disinilah ia berada saat ini dengan tangan kanan memegang gelas yang berisi es americano dan tangan kiri memegang kertas yang bertuliskan nama gadis itu. Alis matanya terangkat ketika seorang gadis yang mendorong troli berisi koper dan beberapa tas mendatanginya dengan senyum mengembang. Beberapa saat Gerard hanya diam mematung menatap gadis cantik dengan kulit kuning langsat, sampai akhirnya dia menyadari kalau gadis itu adalah sepupu Daniel dari Indonesia.

"Raina?" tanyanya untuk memastikan tebakannya benar.

"Iya," jawabnya singkat sambil mengulurkan tangan mengajak Gerard untuk bersalaman.

"Oh, hai... Gerard," balas Gerard sambil menerima uluran tangan gadis itu yang kembali tersenyum. Aah, keramah tamahan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia, ucap Gerard dalam hati, "Apa-kabal?" tanyanya menggunakan bahasa Indonesia yang terbata-bata hasil les singkat dengan Alexa tadi. Mau tidak mau Gerard menerima les singkat itu karena kembaran Emily itu mengatakan kalau sepupunya tidak bisa bahasa Inggris.

"Baik... kau bisa bahasa Indonesia?"

Gerard tersenyum bersyukur dalam hati karena tadi Alexa mengajarinya dengan pertanyaan yang sama, bahkan adik Daniel itu memberitahu apa yang harus diucapkan sebagai jawaban.

"Iya, tentu saja!" Gerard berkata dengan keyakinan penuh dan ternyata tidak sia-sia karena mata Raina kini terlihat berbinar bahagia yang membuatnya bangga karena pelatihan singkatnya tak sia-sia, dan itu membuktikan kalau dia benar-benar jenius!

"Waah, bagus... aku tidak menyangka kalau akan bertemu dengan orang yang bisa berbahasa Indonesa di sini... apa sepupu-sepupuku yang mengajarimu?" tanya Raina antusias sambil menatap Gerard dengan mata bulatnya yang berbinar.

"Oh sial!" Gerard mengutuk dalam hati... Alexa tak mengajarinya percakapan ini!

"Iya," jawab Gerard sambil tersenyum berusaha bersikap normal, untung saja ia ingat saran Alexa.

"Ingat, G, kalau kau tidak mengerti apa yang dia ucapkan cukup tersenyum saja... atau kalau dia bertanya sesuatu yang kau tidak pahami cukup jawab iya atau tidak, apa kau paham?"

Dan lagi-lagi saran 'guru'nya itu berhasil, kini mata Raina menatapnya takjub yang membuat Gerard tersenyum bangga.

"Ok.. kita pellgi sekallang." Gerard telah menghapal kata-kata itu sebanyak ratusan kali selama di perjalanan menuju bandara, walaupun Alexa memarahinya karena dia tidak bisa menyebut huruf R tapi akhirnya ia mendapat pujian karena sudah berhasil mengatakannya dengan cukup lancar, dan seharusnya Alexa melihatnya bagaimana ia mengucapkannya dengan lancar dan percaya diri. Ah seharusnya ia merekamnya tadi dan menunjukannya pada Alexa karena ia yakin gadis itu tidak akan memercayainya.

Dengan percaya diri penuh Gerard mengambil alih mendorong troli Raina menuju tempat parkir lalu memasukkan barang bawaan gadis itu ke dalam bagasinya, bahkan ia membukakan pintu penumpang untuknya lalu berjalan memutar menuju kursinya dibelakang kemudi. Kini mereka telah siap dalam mobil Ford hitam milik Gerard dan mulai membelah keramaian kota New York.

"Apa kau tahu kenapa New York dijuluki Big Apple?" Raina bertanya memecah keheningan dan rasa canggung yang mengisi udara di dalam kendaraan itu, tapi pertanyaan gadis itu membuat Gerard sedikit mengerutkan alis karena tidak mengerti apa pertanyaannya.

"Tidak," jawab Gerard sambil tersenyum berusaha bersikap normal yang membuat Raina mengangguk mengerti. Mereka berdua kembali terdiam dan suasana canggung kembali menyeruak. Dalam hati Gerard mengutuk semua orang dengan kesibukannya hingga ia terjebak di dalam situasi seperti ini. Gerard baru akan mencoba mengajak gadis itu berbicara dengan bahasa inggris sederhana ketika ia kembali mendengar suara lembut disebelahnya mengajukan pertanyaan.

"Gerard, katakan padaku apa kau mengenal calon suami Emily?"

Gerard bahagia karena gadis itu kembali bersuara walaupun ia tak mengerti apa yang diucapkannya tapi minimal suasana tidak akan begitu canggung, seperti yang diajarkan Alexa ia hanya cukup menjawanb iya dan tidak, "Iya," jawab Gerard dengan wajah yakin.

"Apa dia tampan?"

"Tidak."

"Maksudmu dia jelek?" Raina membelalakan matanya, yang membuat Gerard berpikir mungkin dia salah menjawab. Ok, sepertinya 'Tidak' adalah jawaban yang kurang baik dan akhirnya pria itu memutuskan hanya akan menjawab iya saja.

"Iya."

"Apa, dia sangat... jelek?"

"Iya."

Raina kembali membelalakan matanya tak percaya yang membuat Gerard putus asa karena dia yakin jawabannya kali ini salah.

"Jangan katakan kalau dia sudah tua?"

Gerard terdiam beberapa saat, kali ini ia harus memikirkan jawaban terlebih dahulu.

"Ti-dak," jawab Gerard ragu tapi akhirnya bisa bernapas setelah senyum kembali terbit di bibir merah perempuan dengan rambut indah itu.

"Oh syukurlah... sebanarnya tidak apa-apa kalau tidak tampan yang penting dia baik dan sayang sama Emily." Raina tersenyum sambil menatap Gerard yang juga ikut tersenyum dan bernapas lega karena kali ini tidak ada pertanyaan yang membuat pria itu putus asa.

"Dia menyayangi Emily kan?" Raina kembali bertanya yang membuat Gerard membuang napas berat.

"Tidak." Dan Gerard kembali putus asa ketika ia melihat Raina membelalakan mata bulatnya menandakan kalau jawabannya salah.

"Maksudmu, pria itu tidak menyayangi, Em?"

"Iya," jawab Gerard lemah yang membuat Alexa menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Jadi pria itu tidak menyayanginya? Kalau begitu kenapa Emily mau menikah dengannya? Oh Em, yang malang... ketika dia menghubungiku, dia begitu bahagia layaknya orang yang jatuh cinta dan aku bahagia untuknya, aku pikir dia telah menemukan cinta sejatinya... apa ini cinta sepihak? Tapi kalau dia tidak menyayangi Em, kenapa pria itu mau menikahinya? Apa dia hanya memanfaatkan Em, saja? Lihat saja aku tak akan membiarkan pria kurang ajar itu menyakiti sepupuku, aku akan memberi pelajaran padanya kalau dia berani menyakiti Emily."

Gerard hanya bisa menganga bingung mendengar ucapan gadis itu yang berapi-api tanpa sepatah katapun yang dia mengerti.

"Ya Tuhan, kenapa gadis ini tak berhenti bicara?" Suara Gerard terdengar putus asa yang membuat Raina mengalihkan pandangan kearahnya sambil mengangkat alis matanya yang hitam.

"Seharusnya ini tugas yang mudah hanya menjemput seorang gadis, tapi ternyata ini lebih sulit daripada meretas keamanan Phentagon." Raina mengenyit ketika mendengar kalau dia lebih menyusahkan daripada merentas keamanan Amerika? Dia sudah membuka mulutnya untuk membantah ucapannya ketika ia kembali mendengar pria itu mengeluh.

"Dan, hei! Ini tahun 2015, semua orang di dunia bisa bahasa Inggris... ok tidak semuanya, tapi minimal mereka mengerti 'How are you', apa sekolah di Indonesia tidak mengajarkan bahasa Inggris? Lexa bilang sederhana cukup jawab iya atau tidak, dan sial! Ini tidak semudah itu... aku putus asa setiap melihat matanya yang bulat, hitam dan indah itu terbelalak karena jawabanku salah."

Diam-diam Raina menahan senyumnya mendengar pria yang terlihat tampan dengan kacamatanya itu mendumel dengan putus asa. Sekarang dia mengerti mengapa Gerard hanya menjawab iya dan tidak saja, dan rupanya sepupunyalah dibalik semua ini. Ok dia akan ikut dalam permainan Alexa.

"Jadi sebenarnya kau tidak bisa bahasa Indonesia? Hmmm baiklah... kau tahu, Gerard, kau terlihat tampan dengan kacamatamu itu... kau terlihat seperti Clark Kent, apa kau Superman yang sedang menyamar?"

"Clark Kent? Superman? Iya, Clark Kent... Superman," jawab Gerard sambil mengerutkan kening berpikir kenapa gadis itu tiba-tiba membahas Superman? apa mungkin dia menyukai super hero itu?

"Oh jadi kau Superman... kalau begitu apa aku Louis Lane?"

"Tidak."

"Tidak? Hei aku tak kalah cantik dari Louis Lane." Raina protes sambil tersenyum mendengar jawaban asal dari Gerard yang kini terlihat semakin bingung, "Kau terlihat menggemaskan kalau sedang bingung begitu... jadi, Superman, apa kau sudah punya pacar?"

"Iya."

"Ckk... kau mengecewakanku, tapi tentu saja pria sepertimu akan aneh kalau tidak memiliki kekasih... apa kekasihmu cantik?"

"Tidak."

"Hei, kalau dia jelek sebaiknya kau putus dengannya dan.. berpacaran denganku, apa kau mau?" Reina menatap Gerard dengan antusias.

"Iya." Gerard sudah tak perduli lagi dengan jawaban yang ia berikan, ia hanya akan mengikuti sesuai interksi 'guru' bahasanya, ia hanya akan menjawab iya dan tidak saja.

"Iya?" Reina tertawa sambil bertepuk tangan yang membuat Gerard terkejut melihat aksinya itu, "Oh bagus, aku baru sampai ke New York satu jam lalu dan sekarang sudah memiliki kekasih yang sangat keren seperti Superman," lanjutnya sambil tertawa.

"Apa dia sudah gila? Kenapa dia tertawa sambil tepuk tangan seperti itu?" Gerard meringis sambil menggelengkan kepala.

"Oh tenang saja Kang mas, aku tidak gila... Mamah pasti syukuran sekarang kalau aku bilang aku sudah mempunyai kekasih." Raina kembali tertawa mengingat ibunya yang giat mencari jodoh untuknya, tapi selalu berakhir dengan kegagalan.

"Mah, menantumu bule, Mah!" Seru Raina sambil tertawa yang membuat Gerard tersentak kaget.

Perjalanan dari JFK ke West Village dimana rumah keluarga Winchester berada terasa panjang dan berat bagi Gerard tapi tidak bagi gadis dengan senyum manis itu, ia begitu menikmati perjalananya dengan menggoda Gerard yang bahkan tidak tahu kalau dirinya tengah di goda.

Raina keluar dari mobil Ford hitam dengan segar dan senyum mengembang tak terlihat sisa jetlag akibat perjalanan jauh yang baru saja ditempuhnya, sedangkan Gerard berjalan dengan lesu seolah baru saja mengalami perjalanan jauh mengarungi Samudra tanpa batas.

"Raina!" Seru Mrs. Winchester sambil merentangkan tangan menyambut keponakannya di depan pintu rumah yang membuat gadis itu berlari kedalam pelukannya.

"Tante, apa kabar?"

"Baik sayang.. bagaimana perjalananya? Menyenagkan?"

"Sangat menyenangkan," jawab Raina sambil melirik Gerard yang tengah membawa tas dan kopernya.

"Rain!" Emily berlari dari dalam rumah setelah mendengar ibunya memanggil nama sepupunya, senyum mengembang dari bibirnya ketka ia melihat saudara yang sudah lama tak bertemu.

"Ya Tuhan, Rain, kau terlihat sangat cantik!" Emily memeluk sepupunya itu dengan hangat.

"Kau juga, kau semakin cantik... dan sebentar lagi kau akan menikah... aaaahhh!!!"
Mereka berdua berteriak bahagia sambil melompat-lompat dengan tubuh masih saling berpelukkan yang membuat Mrs. Winchester tersenyum bahagia, tapi tidak dengan Gerard yang kini menganga tak percaya kalau gadis itu bicara bahasa inggris dengan fasih!

"K-kau?" Gerard menunjuk Raina dengan mata membelalak tak percaya.

"Gerard, ada apa?"

Gerard tak menghiraukan pertanyaan Emily, matanya masih fokus menatap Raina yang tersenyum manis kearahnya, "Kau... kau bisa bahasa inggris?"

"Gerard, apa yang kau bicarakan? Tentu saja dia bisa bahasa inggris, dia menyelesaikan kuliah S1-nya di Harvard."

Gerard kini menatap Emily tak percaya sambil menggelengkan kepala, dia kembali menatap Raina yang masih tersenyum bak malaikat tak berdosa.

"Tapi, tadi... Lexa..." Gerard tak meneruskan kalimatnya setelah menyadari kalau dia telah masuk kedalam permainan Alexa, "Ah, sial! Seharusnya aku tahu!" Gerard hanya bisa tersenyum kecut menyadari kebodohonnya. Dan Raina merasa kasihan melihatnya, tapi juga menyenangkan.

"Sebaiknya kita masuk, kau pasti sangat lapar, Rain, Tante sudah menyiapkan makanan untukmu. Gerard, kau ikut makan dulu sebelum pulang!" Seru Mrs. Winchester sambil merangkul ponakannya masuk ke dalam rumah, meninggalkan Gerard yang masih meratapi nasibnya.

"Lexa... lihat saja aku akan membalasmu!" Geramnya sambil masuk ke dalam, karena bagaimanapun masakan ibu si kembar terlalu sayang untuk dilewatkan dalam kondisi apapun.

******
Kerelyn menatap pantulan dirinya di depan kaca, "Oh tidak, gaun ini membuatku terlihat seperti nanas." Ia membuka dres berwarna kuning dengan moyif polkadot hitam lalu melemparnya ke atas kasur dimana telah berserakan pakaian lainnya yang bernasib sama. Entah kenapa malam ini sepertinya tidak ada satupun pakaian yang cocok di tubuh langsingnya. Ia kembali membuka lemari pakaiannya dan akhirnya membuang napas berat ketika hanya tersisa beberapa helai gaun saja di dalam lemarinya.

"Sial, seharusnya aku pergi beli pakaian tadi!" Ia berbalik lalu menjatuhkan tubuhnya di atas tumpukan pakaian yang berserakan di atas kasurnya.

"Ayolah, Kerelyn, ini hanya makan malam biasa bukan kencan!" Ia berusaha mengingatkan dirinya sendiri lalu kembali bangkit dari tidurnya kemudian duduk bersila dengan hanya menggunakan pakaian dalam berendanya, "Kau bahkan belum tahu kemana Daniel akan membawamu untuk makan malam... jadi yang harus kau lakukan hanya berdandan yang cantik dan buat dia tertarik padamu." Kerelyn mengangguk puas dengan pemikirannya sendiri.

Dan setelah kembali bergulat dengan pemilihan pakaiannya ia akhirnya menyerah dengan hanya menggunakan celana panjang coklat dan sebuah blus sederhana, ia mnggenakan kalung manik-manik sebagai hiasan dan sepertinya Daniel puas dengan penampilannya itu. Jadi disinilah mereka berada saat ini di sebuah restoran Italia yang terletak di Little Itali, restoran yang cukup terkenal dengan Saltimbocca-nya.

"Apa kau yakin tidak mau mencoba ini?" Daniel menunjuk Saltimbocca yang ia pesan tadi, dan demi Tuhan, Kerelyn hampir saja meneteskan air liurnya ketika melihat hidangan yang dimasak dengan gabungan daging ayam, prosciutto ham, bayam dan keju mozzarella itu tersaji diatas piring dan di hias dengan sangat cantik. Tapi tidak, ia harus puas dengan pasta Primavera miliknya saja, mengingat ia harus menjaga bentuk tubuhnya jadi ia hanya memesan hidangan vegetarian kombinasi sayuran dan pasta dengan berbagai macam saus cerah layaknya warna mesim semi itu.

"Tidak, terimakasih," jawabnya singkat.

"Aku heran kenapa perempuan suka sekali makan rumput."

Kerelyn tertawa mendengar ucapan Daniel yang kini tengah menikmati makanannya yang superlezat itu, "Yeah, tapi rumput ini bisa membuat penampilan kami tetap cantik."

"Kau hanya perlu pergi ke salon kecantikan untuk tampil cantik dan berolahraga untuk menjaga berat badanmu.. Jadi Kerelyn, ayo kita menikmati hidup." Daniel menyodorkan garpu dengan saltimboccanya tepat di depan mulut perempuan itu, Daniel memberi perintah dengan matanya agar ia membuka mulutnya, walau ragu tapi akhirnya dengan terpaksa Kerelyn menurutinya dan sejurus kemudian matanya terbelalak ketika merasakan kenikmataan dari makanan itu.

Daniel tersenyum puas melihat ekspresi wajah perempuan yang duduk di hadapannya itu, " Enak bukan?" Kerelyn mengangguk dengan semangat membenarkan perkataan pria yang kini menatapnya sambil tersenyum.

"Kerelyn tidak ada salahnya kau sekali-kali makan makanan seperti ini.. lupakan ke khawatiranmu tentang menjaga berat badan dan penampilanmu, sekali-kali kau perlu keluar dari batasan-batasan itu dan menikmati hidup."

Kerelyn terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk, "Kau benar... aku akan mencobanya, tapi... kita harus merahasiakan ini dari Eddy, kalau dia mengetahui aku makan-makanan seperti itu.. hmm dia akan mengurungku di gym." Kerelyn meringis membayangkan hal itu.

"Tenang saja, kalau sampai itu terjadi aku akan membebaskanmu."

Mereka berdua tertawa kemudian melanjutkan makan malamnya dengan suasan bahagia, diselingi obrolan-obrolan ringan dan canda tawa. Malam ini Kerelyn merasakan kebebasan yang selama ini tak pernah ia rasakan. Selama ini ia harus menjaga imagenya sebagai seorang artis ketika di depan umum, jadi apapun yang ia lakukan harus sesuai rencana yang telah diatur oleh managernya bahkan ketika berbicara ia harus sangat hati-hati karena takut seseorang mendengarnya dan akan menjadi topik berita keesokkan harinya. Tapi tidak malam ini, ia tak peduli ketika orang-orang menatap mereka berdua yang tertawa terbahak-bahak ketika Daniel menceritakan lelucon-leluconnya, ia tak peduli seandainya berat badannya bertambah karena ia memakan satu porsi saltimbocca setelah ia menghabiskan pasta miliknya. yang ia tahu saat ini terlalu indah jika diisi dengan hanya mengkhawatirkan berat badan dan imagenya sebagai artis.

******
Haiii.. akhirnya selesai juga.. ok kencan Daniel ma Kerelyn di sambung next part ya :D

Kalau ada yg nanya double A, Alexnya lg tugas negara dulu jd part ini mereka absen dl ya kkkkk

Thank u for reading
Love
Alana K

Continue Reading

You'll Also Like

531K 30.6K 39
[WARNING⚠⚠ Ada banyak adegan kekerasan dan Kata² Kasar, mohon bijak dalam membaca] ••• Achasa seorang gadis cantik keturunan mafia rusia yang tidak s...
3.1M 222K 28
SELESAI ✔️ "Lo nggak akan bisa keluar dari hidup gue setelah ini. Lucy, lo milik gue. Satu-satunya." - Dean Caldwell Daren Hidup Lucy awalnya baik-ba...
MONSTERS? [ END ] By rachel

Mystery / Thriller

6K 638 40
" Aku membutuhkan darahmu sayang, untuk hidup ku " - monsters. *** Di malam hari, banyak manusia yang menghilang karena muncul suara seruling yang t...
207K 5.8K 50
[Budayakan VOTE Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertin...