Call Me Mommy

By Avissashira

334K 21.5K 489

3 orang yang belum pernah mengecewakan Ali: Bundanya, Kenids dan Prilly. 6 tahun terpisah karena keegoisan or... More

Prolog
1. Masih sama
2. Kenids: Kenids kecewa dad.
3. Shila: Lo ayah Kenids
4. Jepang-Indonesia
5. Liand BACK!
6. Ali: good night sweetheart
8. White Rose
9. Welcome to my life, Prill.
10. Kenids?
11. I love you, dad.
tambahan (+)
13. Saudara Kenids
14. failed
15. akhir...

12. Liand Back (2)

16.5K 1.1K 21
By Avissashira


SELAMAT PUASA GENGS!!

SELAMAT BUAT: 1. Indah1107
2. Bellanaefenddi
(Maaf kalau salah)
3. Tanstories_
4. Ranstories_
5. Salsabillaferayuda

(Maaf kalau penulisan nama salah)

Note: pemenang itu buat yang mau aja (silahkan komentar di teks itu). Buat yang gak menang, gpp! GOTCHA! aku udah makasih banget sama kalian yang mau terus coment CMM!

dan nantikan story selanjutnya yang FIX aku bikin semua pemainnya dari kalian (kecuali Ali-Prilly) JADI TETAP COMMENT YAAAA

[×][×]

Kenids termenung sendiri di ruangan pribadi Dino dulu. Entah kenapa Kenids merasa sepi saja saat uncle brengsek itu meninggalkan Jakarta. Iya, sekang sudah hampir 2 bulan Dino tidak lagi bekerja di kantor Ali. Sepi, garing, bosan, flat kini mulai Kenids rasakan. Dulu, Dino yang selalu menemaninya saat Kenids merasa bosan, selalu mau mendangarkan celotahan tentang spongebob dan selalh mau mendengarkan kisah naif Mila.

Sekarang? Sunyi. Ali tidak bisa selalu menemani Kenids kapanpun. Kenids tahu kalau pekerjaan ayahnya bukan masalah yang enteng. Pasti perlu ketelitian dan fokus agar usahanya terus berjalan dengan baik. Ditambah sekarang, sekretaris Ali sudah mengundurkan diri. Pastinya pekerjaan akan lebih sulit.

Maya? Ia juga mengundurkan diri tanpa sebab yang jelas. Terakhir Kenids bertemu pada saat Ali mengenalkan Shila sebagai ibunya.

Suara orang sedang bercakap-cakap mulai terdengar dibalik pintu ruangan Dino-dulu. Kenids mendongak menatap siluet 2 orang dari pintu kaca buram Dino. Kenids terpenjat, senyumnya terukir begitu menawan; pikirannya bergunca berharap orang itu uncle Dino yang akan kembali menemaninya dan membantu pekerjaan daddy.

Pintu terbuka namun belum melihatkan orang di balik pintu. Dengan langkah cepat Kenids turun dari kursi lalu berlari menghampiri.

"Uncle Dino!!! I miss you!!! Mis-- uncle Liand?"

Kenids mengejapkan matanya perlahan. Berharap kalau semuanya bukan lah mimpi siang bolong yang tertunda. Liand menatapnya dengan senyuman, mengacak rambut anak kecil yang berdiri menatapnya itu. Dengan senyuman pula Ali mengangkat Kenids kedalam gendongannya, terseny sembari mengenalkan Liand sebagai sekretaris barunya.

"Nice to meet you again uncle, how are you?" Ujar Kenids lalu tersenyum senang.

Dalam hatinya ada perasaan bahagia di satu sisi namun perasaan untuk sedih jauh lebih besar. Jika disuruh memilih, ia tak berharap jika Liand akan kesini untuk menemaninya, jauh-- kini ia sangat membutuhkan Dino dan berharap akan kembali seperti dulu; bermain bersama dan bercerita.

Kangen tentu perasaan itu ada, namun Kenids mencoba untuk menepisnya. Uncle Dino sibuk kerja buat keluarga; begitu pesan Ali yang selalu membuat Kenids berusaha tegar.

"I'm fine, and you?"

"Fine."

Kenids berontak sedikit minta turun dari gendongan Ali. Dengan senang ia menurunkan Kenids dari gendongannya. Senyum Ali kembali mengembang menatap Liand yang ada didepannya.

"Ini ruangan lo! Selamat datang di PT. SyariefInd. Selamat bekerja!"

Liand mengangkat dua alisnya disertai senyum menggoda. Ditepuknya pelan bahu Ali dengan seksama; semuanya akan baik bersamaku.

[×][×]

Peluh Prilly mengalir menyusuri pipi chubbynya lalu jatuh ke tanah. Sesekali diusapnya peluh itu dengan lengannya. Tangan bersarung Prilly dipenuhi dengan tanah-tanah serta pupuk yang kini melebur. Teriknya matahari jam 9 kini sudah dengan aktif memantulkan cahayanya ke wajah Prilly.

"Bagus!!! Bibitnya dimana?" Teriak Prilly dari luar toko.

"Di sendong! Dekot kerandong!" Jawab Bagus ikut berteriak dari dalam toko.

Prilly bangkit sambil berdecak kesal. Terlalu lama bicara dengan Bagus bisa membuatnya murka. Kosa kata yang sukit dipahami membuat Prilly selalu geram.

"Dimana?" Tanya Prilly sekali lagi.

"Emprill, dekot kerendong!" Sahut Bagus.

"Kerendong apa coba! Bisa gak pakai kosakata sesuai KBBI! aku pusing," umpat Prilly geram.

Mungkin Prilly kelelahan hingga membuat moodnya jelek pagi ini. Dari jam 5 dini hari ia sudah merapikan segala persiapan toko dan mulai menanami bibit-bibit baru.

"Ish! Keranjang!"

Prilly mencibir sekilas lalu mengambil bibit yang terletak samping keranjang bunga. Kembali lagi, ditanamnya bibit-bibit bunga.***

Prilly menepuk-nepuk tangannya seolah membuat kotoran yang ada di telapak tangannya. Setelah itu ia beranjak masuk ke dalam toko menghampiri Bagus.

"Nanti tiap sore bunganya di siram ya,"

"Ye," jawab Bagus singkat.

Prilly mengamit handphone yang ada diatas bar. Sudah kebiasaan Prilly untuk mencek ponselnya dan sosial medianya sejam sekali.

Mornin beib, siap bertemu dengan ku lagi?

Seketika bibir Prilly terbentuk lengkungan kebawah. Baru pagi Ali sudah mengabarinya, bahagia tentu.

Morn too. Siap!!!

Senyum Prilly mengembang; mungkin ini memang no. Ali, kemarin Ali sempat meminta nomer Prilly.

Prilly kembali menaruh handphonenya ke atas bar, bergegas ke belakang untuk mandi yang kesekian kalinya-pada pagi ini. Langkah Prilly terhenti saat mendengar notif line masuk di handphonenya.
Prilly mengurungkan niatnya lagi untuk kebelakang; melihat sembentar boleh kali ya? Hanya penguluran waktu untuk beberapa detik.

Gue mau satu tangkai bunga aster dong, Prill. Anter ke kantor gue ya...

Prilly tersenyum lembut. Dari Maya, iya, dia tahu kalau sekarang Prilly ada di Jakarta. Ibu jarinya kini kembali menari diatas layar LCD handphonenya.

Kirim aja alamat kamu. Asternya sisa ada warna putih, gapapa 'kan?

Tak lama setelah itu, satu pesan kembali masuk berisi alamat sebuah kantor. Prilly tersenyum lagi, mungkin sekarang memang jalan hidupnya untuk menjadi anak metropolitan. Bergelanyut mesra diantara kesibukan Jakarta. Tak apa, jalani saja yang ada. Selama itu masih halal? Tak apa, bukan?

"Bagus, siapin satu aster. Bikin hand buket. Aku mau mandi terus anter itu ke alamat pelanggan. Cepet ya."

"Ye,"

[×][×]

Disinilah sekarang Prilly berada, di depan post satpam sebuah perusahaan -sepertinya- besar. Ditandai dengan gedung pencakar langit, barisan mobil-mobil mewah yang menghiasi parkiran, dan kesibukan orang-orang yang di dalamnya. Prilly yakin, perusahaan ini pasti dimiliki oleh orang sukses.

"Ayolah, aku gak bawa bom kok. Cuma bawa aster doang. Takut amat sih," bujuk Prilly. Sungguh sekarang moodnya melebihi dari kata sebal. Sekiranya sudah hampir 15 menit ia membujuk satpam tua ini. Begonya Prilly, ia tak membawa handphone untuk menghubungi Maya.

"Sabu, gitu? Narkoba,"

"Astagfirullah pak! Gak ada ya... nggak mungkin banget saya gitu!" Protes Prilly tidak terima. Mood buruknya kini sudah melebihi level 100% hanya karena satpam tua kumisan didepannya.

"Ya siapa tau,"

Prilly memutar bola matanya. Pertimbangannya; mau pulang terus ngabarin Maya?-- gak mungkin. Mau masuk- diomelin satpam. Prilly mengeluh lagi, haus, capek, coba saja ada Ali mungkin sekarang ia sudah merengek habis-habisan; sama seperti Prilly 6 tahun yang lalu.

Tapi....

Maya bukannya satu kantor sama Ali, ya? Pikir Prilly. Dan... Ali 'kan boss nya Maya. Jadi...

Prilly buru-buru bangkit dari posisi selonjorannya di trotoar. Dengan langkah cepat ia menghampiri satpam yang tadi menuduhnya tidak-tidak.

"Saya pacar tuan Ali! Boss disini!" Ujar Prilly percaya diri. Bahkan dalam batinnya pun Prilly tertawa saat ia begitu pede mengucapkan kalau dia pacar boss besar perusahaan ini.

"Kamu makin sakit ya, nak. Boss Ali udah punya istri sama anak. Oh-- apa jangan-jangan kamu---"

"Sumpah ya pak! Bapak su'uzon mulu sama saya dari tadi!"

"Yaudah tunggu aja disana, sampai ada orang yang kamu kenal keluar."

Prilly kembali mendengengus kesal. Beribu umpatan dalam benaknya sudah terlontar untuk satpam buncit, kumisan, dan tua ini.

Merasa bosan, Prilly menyapukan pandangannya kesekitar. Ya siapa tahu ada orang yang ia kenal bisa membantunya masuk ke dalam, bukan?

Dan... benar saja. Disana ada Kenids yang berjalan sendiri dengan sekantung jajanan ditangannya. Prilly terpekik girang lalu dengan cepat meneriaki nama Kenids.

Untung tak dapat diraih, malang tak bisa dihindari. Kenids yang dipanggil hanya menatap dengan ekspresi kagetnya lalu langsung berlari masuk tanpa peduli. Bahkan ada beberapa orang yang ia tabrak tadi. Prilly hanya bisa menghela nafasnya. Hari sial, pikirnya.***

"Dad!!! Daddy!!!" Teriakan Kenids menggema di sekitaran koridor menuju ruang Ali yang berada di pojokan. Nafasnya sedikit terengah-engah menghampiri Ali yang kini sudah tidak fokus pada kerjaannya karena ulah Kenids. Wajah Ali terlihat sekali sangat khawatir melihat anaknya seperti dikejar setan. Dengan cepat ia menghampiri Kenids lalu memeluknya kuat-kuat, menyalurkan rasa aman pada Kenids.

"Kenapa?" Tanya Ali sedikit panik setelah melepaskan pelukannya. Wajah Kenids yang masih gelisah membuat Ali ikut gelisah melihat anaknya.

Kenids hanya menggeleng dengan mata yang terus saja tertuju pada jendela arah depan. Ali mengikuti arah pandangan Kenids dengan tautan alis; bingung.

"Diluar ada apa?" Tanya Ali sekali lagi. Kini Kenids menghadapnya dengan gelengan pasti. Berharap Ali tidak keluar dan menemui gadis itu.

"Tak ada," sangkal Kenids cepat. Ali kembali menatap aneh pada Kenids, jelas dari sorot matanya ada sesuatu yang Kenids sembunyikan dari Ali.

"Mau pulang saja jagoan?" Tawar Ali. Dan dengan cepat Kenids menggeleng lagi, kalau ia pulang, pasti Ali akan bertemu dengan Prilly bukan?

"Oh--oke. Duduk disana sayang," Kenids menangguk saja lalu duduk di sofa marun milik Ali sambil menyantap belanjaannya tadi. Sedang Ali, ia memilih ke ruang Liand untuk memeriksa keadaan diluar.***

Liand meneliti kesegala arah. Tak ada yang meragukan untuk membuat Kenids ketakutan, pikirnya. Semua aman-aman saja... kecuali, gadis itu.

Liand tersenyum sinis menatapnya, peluangnya kini semakin besar. Kenids tidak suka dengan Prilly, itu jadi simpulan yang membuatnya yakin. Tak butuh waktu lama, semuanya akan hancur dengan mudah dengan bantuan orang dalam juga, pikir Liand.

A/N: Lama aku gantung ya? Pending hehe!!! Telat sepuluh hari dari jatuh tempo ya kan?? HAHA MAAFIN! see you lagi kalian semua:-)

Continue Reading

You'll Also Like

1.4K 114 8
G×G "Senyuman manis mu membuat aku jatuh cinta"-Dahyun "Kalau begitu aku akan tersenyum setiap hari untuk menambah cinta mu"-Sana
174K 924 5
langsung lanjut aja bro
466K 4.9K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
24.7K 429 7
[WARNING!] Cerita ini mengandung Girl x Girl / Lesbian / Yuri dan 18+! Bagi yang belum cukup umur, jangan baca! *** Aruna siap menghadapi masa-masan...