Pure Love

By susanti_k

12.7K 1.1K 54

Keinginan Eunji di dalam hidupnya adalah mendapatkan cinta dari keluarganya. Lantas, bagaimana jika cinta itu... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 7
Part 8
Part 9

Part 6

1.6K 145 12
By susanti_k


"Selamat Datang Di Dalkoman Cafe."

Seorang pelayan tersenyum menyambut kedatangan Ny Jung, yang baru saja membuka pintu cafe.
Ny Jung balas tersenyum sembari melangkah anggun menuju salah satu kursi disudut ruangan.

"Anda mau pesan apa Nyonya?" Seorang pelayan muda menghampiri meja Ny Jung dengan buku catatan kecil ditangannya.

"Saya pesan 2 coffee americano, dan 1 chesee cake." Ucap Ny Jung setelah meletakan kembali daftar menu.
Pelayan di sampingnya dengan sigap mencatat.

"Apa ada tambahan lagi Nyonya?" Ny Jung mengeleng.

"Tidak ada, hanya itu saja."

"Baik, pesanan anda akan segera datang."

Ny Jung melirik arloji dipergelangan tangan. 15 menit lagi tepat jam 2 siang.
Sesuai recana ia akan bertemu dengan pemilik cctv itu disini.

"Ini pesanan anda Nyonya." Pelayan muda tadi datang membawa 2 gelas coffee dan cheesecake pesanannya.

"Ya, terimah kasih."

Tepat jam 2 siang pintu cafe terbuka.

"Selamat Datang Di Dalcoman Cafe."

Suara pelayan tadi terdengar ramah menyambut seorang wanita yang baru saja datang. Dari kejauhan Ny Jung memperhatikan, sedetik kemudiaan matanya menyipit melihat ke arah Wanita yang sedang berbicara dengan pelayan.

Park Hyein?

Reflek Ny Jung menutup wajahnya dengan tas. Ia merutuk dalam hati kenapa Wanita itu bisa berada ditempat yang sama dengannya.

"Apa anda Nyonya Jung Minhye?" seorang lelaki paruh baya dengan suara barithonnya berhasil menghentikan aksi konyol Ny Jung.

Wanita yang sedang mengobrol dengan pelayan sontak melihat ke arah Ny Jung. Jung Minhye nama yang tidak begitu asing baginya.

"Y-ya saya J-jung Minhye, cepatlah duduk." Terbata Minhye menyeret lelaki di depannya untuk duduk. Mencegah agar Hyein tidak lagi melihat ke arahnya.

"Permisi Nyonya." Lelaki itu berdehem membuyarkan konsentrasi Minhye.

"Y-ya?"

Lelaki itu merperbaiki posisi duduk, kemudiaan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Menyodorkannya pada Minhye. Alis Minhye bertaut.

"Apa ini?"

"Seperti yang anda ketahui, ini adalah surat perjanjian, yang sudah ditulis dan di tanda tangani sendiri oleh Seyi dan juga Haera. Sesuai perjanjiaan semalam saya akan membawa surat ini pada Nyonya."

Jadi lelaki ini yang sudah membuat janji untuk bertemu dengan Minhye disini.

Minhye menyipitkan matanya memastikan bahwa Hyein sudah tidak melihatnya lagi, lantas membuka dokumen yang di sodorkan lelaki di depannya. Membaca isi dokumen tersebut hingga akhir.

"Jadi maksudmu, kau datang kemari untuk memenjarakanku?" Minhye tertawa sinis. Setelah membaca dokumen itu. Lelaki itu tersenyum penuh wibawa, ia sudah menebak reaksi Minhye.

"Ya, dengan ini anda bisa dituntut dengan pasal pembunuhan berencana, yang melibatkan anak dibawah umur."

"Cih..." Minhye mencibir dengan tatapan meremehkan.

"Kau pikir semudah itu memenjarakanku huh?" Sinis Minhye menatap sekelilingnya. Lalu kembali fokus pada lelaki paruh baya didepannya. Lelaki didepan Minhye terkekeh.

"Apa anda masih mengingat kejadiaan 2 tahun yang lalu? Kurasa kejadiaan itu masih berhubungan erat dengan keduanya."

Tubuh Minhye menegang seketika. kejadiaan 2 tahun yang lalu bukanlah hal yang ingin ia ingat saat ini. Lelaki di depan Minhye kembali terkekeh.

"Melihat reaksi anda yang seperti ini, membuat saya penasaran. Apakah benar anda dalang dibalik semua kasus ini, atau hanya tameng untuk melindungi sang dalang utama?" Tebak lelaki itu sakartis.

"Kau!" Minhye bangkit berdiri, emosinya terpancing. "Cepat katakan siapa bosmu? Di mana dia sekarang? Kenapa bukan dia sendiri yang datang menemuiku huh!?"

"Ah, jadi benar anda pelakunya?" Minhye mengerjap cepat.

"Apa maksud perkataanmu?"

"Anda akan segera bertemu dengannya, setelah anda menandatangani dokumen ini." Mengabaikana pertanyaan Minhye, lelaki itu meraih dokumen baru dari dalam tasnya, menyodorkannya lagi di depan Minhye yang sudah duduk kembali di kursinya.

Minhye tersenyum kecut, emosinya masih tersulut. Ia baru menyadari kebodohannya, seharusnya tadi ia mendengarkan ucapan sekertaristnya. Dan membiarkan sekertarist itu yang membereskan semua masalah ini, dan bukan malah datang sendiri dan membuat masalah ini semakin kacau.
Lelaki ini dan Bossnya, bukanlah orang yang mudah untuk ia ditaklukan. Kemarin seharusnya ia bertindak cepat dengan menghapus rekaman cctv itu seperti 2 tahun lalu. Tidak, ia sudah tidak ingin mengingat kejadiaan itu lagi. Setidaknya untuk saat ini, Minhye mengurut pelipisnya ringan, memikirkan semuanya membuat kepalanya menjadi pusing.

"Apa anda baik-baik saja Nyonya?" Lelaki didepan Minhye tampak khawatir.

"Saya baik-baik saja." Minhye berusaha tenang. Lalu melanjutkan lagi kalimatnya. "Tapi, bagaimana jika setelah aku menandatanganinya, kalian tetap melaporkan kasus ini ke pihak hukum? Apa aku bisa mempercayai kalian?"

Lelaki didepan Minhye tertawa.

"Bagaimana kami akan melaporkan anda, jika semua bukti kejahatan anda sudah berada ditangan anda?"

Itu benar.

Minhye nampak berpikir, membuat kerutan didahinya terlihat jelas.

"Lalu, bagaimana dengan cctvnya? Kapan aku bisa mendapatkannya?"

binggo. Ini yang lelaki itu nantikan.

"Anda akan mendapatkannya, segera." Lelaki itu tersenyum misterius.

"Baiklah, akan aku tanda tangani sekarang." Minhye menyerah. Ia tidak punya pilihan lain saat ini, selain mendapatkan cctv tersebut adalah cara terbaik untuk menyelamatkan ia dan dua asistentnya. Sedikit ragu Minhye meraih bolpoin hitam dari saku tasnya, sebelum akhirnya ia membubuhkan tanda tangannya disana.

Ny Cha tersenyum puas melihat layar cctv didepannya. Sebagai pemilik Dalkoman cafe bukan hal sulit untuknya menyadap pembicaraan antara Minhye dan Sekertaristnya.

"Kau masih saja sama seperti dulu Jung Minhye." Ny Cha tertawa renyah.

Seseorang mengetuk pintu ruangan membuat wanita paruh baya itu menghentikan tawannya dan menoleh pada orang yang baru saja masuk.

"Nyonya, Pengacara Han baru saja pergi dan meminta anda untuk turun menemui Nyonya Jung." Ny Cha mengelus sudut meja kerjanya sembari tersenyum.

"Aku sudah melihatnya, terimah kasih sudah memberi tahuku. Kau boleh pergi sekarang." Titah Ny Cha, tampa di suruh dua kali orang itu segera keluar.

Sepeninggalan orang tersebut Ny Cha kembali melihat cctvnya. Minhye masih duduk manis disana sembari menyesap coffe americanonya.

"Long time no see, Jung Minhye." Sudut bibir Ny Cha melengkung, membuat serigaian tipis. Sebelum akhirnya ia bangkit berdiri dari kursi kebesarannya. Seraya mengelus lembut papan nama diatas meja dan melangkah anggun keluar meninggalkan ruang kerjanya dengan cctv yang masih menyala.

  • Cha Hyein •

Itu nama yang tertulis disana. Tidak semua orang tahu, bahkan Minhye mungkin tidak akan menyangka.

***

TIIT

Guru Kang merapikan lembaran kertas dimejanya, setelah cukup rapi, ia berganti menatap murid-muridnya yang sudah tampak tidak sabar ingin keluar kelas.

"Baiklah, anak-anak pelajaran kita hari ini selesai, besok kumpulkan tugas yang sudah saya berikan. Mengerti?"

"Iya, kami mengerti Guru!!." sahut semua murid kompak.

Guru Kang mengangguk samar, sebelum akhirnya keluar kelas.

Sepeninggalan Guru Kang keluar kelas, Kelas yang tadinya hening mendadak ricuh.

"Mohon perhatian semuanya."

Entah sejak kapan Sohyun sudah berdiri anggun di depan papan tulis, Gadis itu berdehem sebentar meminta perhatiaan semuanya. Setelah dirasa cukup tenang Sohyun membuka suara.

"Baiklah, teman-teman semua, sesuai recana. Kita akan berkumpul didepan gerbang sekolah dalam waktu 15 menit"

"Kenapa cepat sekali?" Hayoung menyela, ia masih ada piket membersihkan kelas. Yang lain ikut membenarkan dengan menganggukan kepala.

"Yasudah kau tidak usah ikut." Sohyun tersenyum simpul. Hayoung cemberut.

"Baiklah, aku tidak ikut."

"Aku juga tidak ikut kalau begitu," Minah mendekati Hayoung, tersenyum simpul kepada Gadis itu.

"Ada lagi yang tidak ikut?" Sohyun bertanya menatap teman-teman sekelasnya.

"Aku tidak bisa ada less jam 4 nanti." Sela Minhyuk.

"Aku juga,"

"Aku masih harus latihan renang."

"Aku mau latihan basket."

"Baiklah-baiklah." Sohyun mengangkat tangannya. Sepertinya recana menjenguk Eunji tidak terlaksana dengan baik.

"Sepertinya hanya kita yang bisa pergi menjenguk dia." Yeri berbisik pelan ditelinga Sohyun. Sohyun mengangguk.

"Kurasa benar begitu." Sohyun menunduk lemah.

"Kenapa berisik sekali!"

Hankyeon terusik dengan tingkah Soohyun. Aktifitas memasukan buku dan bolpoinnya terhenti karena gadis itu. Soohyun mendongak menatap Hankyeon.

Benar, masih ada dia.

Sohyun bersemangat menghampiri meja Hankyeon.

"Kalian boleh pergi."

Sohyun mendekat ke arah Hankyeon, setelah menyuruh yang lainnya pergi. Gadis itu duduk dipinggir meja Hankyeon sembari menopang dagu.

"Kau mau ikut kami menjenguk Eunji?" Ucap Soohyun lebih kepada peryataan daripada pertanyaan pada Hankyeon. Alis Hankyeon terangkat sebelah.

"Menjenguk Eunji?" Ulang Hankyeon, Soohyun mengangguk cepat.

"Kau mau ikut kami tidak?" tanya Soohyun memastikan, Hankyeon nampak berpikir.

"Kau tidak diperbolehkan untuk ikut!" Soobin tiba-tiba datang menarik lengan Soohyun untuk segera pergi meninggalkan Hankyeon.

"Tunggu." Hankyeon mencegat langkah keduanya dengan memegang lengan Soobin. Soobin mendelik tak suka.

"Jangan menyetuhku." Soobin menghempaskan tangan Hankyeon kasar, Hankyeon terkesiap, Soohyun yang melihat itu terkekeh sambil memeletkan lidah pada Hankyeon.

"Rasakan itu, hahaha."

Yeri mengelengkan kepala memperhatikan ketiganya.

"Kau boleh ikut bersama kami, jangan dengarkan apa kata Soobin." Yeri yang sudah berada didekat Hankyeon menepuk pelan pundak lelaki itu dari belakang. Hankyeon tersenyum  miring, kemudiaan bangkit berdiri dari duduknya setelah terlebih dahulu memastikan semua perlengkapan sekolahnya masuk kedalam tas.

"Dilarang ikut pun aku akan tetap menjenguknya." Hankyeon menaik turunkan alisnya sembari menyisir rambut dengan jari.

"Cih.." Yeri mencibir, kemudiaan menyusul langkah Soohyun dan Soobin yang sudah keluar kelas. Hankyeon terkekeh, sembari mengsampirkan ransel birunya dipundak, selang berapa detik kemudiaan Yeri kembali lagi.

"Kau mau pergi dengan siapa? Jadi ikut dengan kami tidak?" Entah sejak kapan Yeri mengakrabkan diri dengan Hankyeon. Hankyeon mengeleng matanya menatap benda hidup disebrang mejanya.

"Aku akan pergi dengan dia, kalian pergilah duluan. Kirimkan saja alamat Eunji di Grup."

Yeri mengangguk cepat. "Baiklah," sebelum akhirnya pergi menyusul Sohyun dan Soobin yang mungkin sudah menunggunnya di parkiran.

Hankyeon menarik nafas panjang dan menghembuskanya kasar. Ia sedang membuat keputusan yang besar sekarang.

Bagaimanapun ia sudah membuat taruhan tadi siang. Meskipun tidak yakin, tapi, ia merasa kalau benda hidup di sampingnya ini juga harus ikut bersamanya sekarang.

"Hei! kau mau ikut tidak?" Hankyeon melepas Earphone yang sedang dipakai Chanyeol. Mereka duduk berseberangan, Chanyeol yang sedang tidur terkejut. Namun tak urung lelaki itu bangun.

"Kemana?" Chanyeol mengucek kedua matanya, sepertinya ia ketiduran saat pelajaran Guru Kang tadi. Hankyeon menyerigai samar, hanya ia dan Chanyeol yang masih berada dikelas saat ini.

"Menjenguk Eunji,"

Chanyeol menguap malas.

"Aku tidak ikut, kau pergi sendiri saja."

"Eh---"

Mata Chanyeol terbuka lebar, karena Hankyeon secara tiba-tiba menarik kerah bajunya, dan menyeretnya keluar kelas.

"Apa yang mau kau lakukan?!" Jerit Chanyeol namun Hankyeon mengacuhkannya.

"Hei, Lepaskan!"

***

Dan di sini lah Chanyeol berakhir sekarang. Duduk manis disamping Hankyeon yang tengah sibuk menyetir dengan tangan kiri memenggang ponsel. Hankyeon sedang membaca pesan dari Yeri di Grup.

Chanyeol duduk di jok penumpang dengan wajah ditekuk. Laki-laki itu mendengus tak suka, Hakyeon sudah menganggu tidur siangnya. Memang benar, Chanyeol juga ingin menjenguk Eunji. Tapi, ia punya cara tersendiri untuk mengujungi Gadis itu. Terlepas karena ketidaksukaan Jisoo padanya maupun Eunji. Ia hanya, masih harus memastikan benarkah Eunji orang yang selama ini ia cari? Dan benarkah Eunji itu Hyerimnya?

"Hei! kita sudah sampai." Hankyeon berhasil mengagetkan Chanyeol dari lamunannya. Hankyeon melepas seatbellnya bersiap turun dari mobil. Chanyeol diam memeperhatikan Hankyeon.

"Kau tidak mau turun?" Tanya Hankyeon membuka pintu lantas menutupnya lagi. Menyisahkan Chanyeol yang ragu antara turun atau diam disini. Di luar Hankyeon terdengar tengah bercakap-cakap dengan seorang wanita paruh baya, Chanyeol mengusap wajahnya kasar, baiklah, ia tidak punya pilihan lagi. Ia harus turun sekarang.

Ceklek..

"Jalan sekarang!"

"Hah?"

Chanyeol terkejut setengah mati dengan apa yang di lihatnya sekarang. Bukan, bukan karena akhirnya ia bertemu dengan Jisoo, melainkan.

"Apa kau tuli? cepat jalan!"
Chanyeol yang awalnya duduk dikursi penumpang dengan setengah keterkejutannya langsung pindah ke jok kemudi. Membiarkan orang itu masuk lewat pintu belakang. Beruntung Hankyeon belum mencabut kunci mobilnya. Jadi Chanyeol bisa langsung mengunakan mobil itu.

"Nona anda mau kemana?" Terdengar teriakan dari balkon atas.

"Cepat jalan!!" Perintah orang itu cepat. Ragu-ragu Chanyeol akhirnya menginjak pedal gas, Hankyeon yang tengah bercakap menyadari mobilnya bergerak langsung reflek mengejarnya.

"Hei! Park Chanyeol!!"

***

Eunji bersandar di jok penumpang belakang sembari memejamkan mata. Nyeri di tangan akibat jarum infus yang terlepas membuatnya harus menahan sakit. Ia tidak menyangkah bisa kabur dari kamarnya yang berada dilantai 2. Ia hanya sedang duduk mencari udara segar dibalkon yang terletak didepan kamar, ketika perawat sedang merapikan kamarnya. Ia memutuskan untuk melompat turun saat melihat Hankyeon keluar dari mobil yang terparkir tidak jauh dari tempatnya duduk, ia sudah siuman sejak tadi malam. Ia bahkan menyadari Jisoo yang diam-diam masuk kedalam kamar dan memperhatikannya.

"Apa kau baik-baik saja?" Eunji tersentak dengan pertanyaan orang di depannya. Chanyeol tengah menatapnya melalui kaca spion, sorot matanya terlihat khawatir. Eunji mengangguk sembari mengigit bibirnya, ia terlihat pucat dan ia tidak baik-baik saja sekarang.

"Maaf." Lirih Eunji, Chanyeol langsung membanting stir kekiri dan menepikan kendaraan di tepi jalan. Chanyeol melepas seatbell dan berbalik badan maju beberapa senti di depan Eunji. Eunji seketika mengerjapkan matanya.

"A-apa yang mau kau lakukan?" Tanyanya gugup. Chanyeol tak menjawab laki-laki itu langsung menaruh telapak tangannya di dahi Eunji dan memeriksa suhu tubuhnya.

"Suhu tubuhmu panas sekali, sepertinya kau demam." Ucap Chanyeol melepas blazer sekolah yang di pakainya dan segera memakaikannya ke tubuh Eunji.

"Aku tidak apa-apa, sungguh." Lirih Eunji menundukan kepalanya. Chanyeol terdiam mengigit pipi dalamnya, ia sedang berpikir.

"Kita harus kerumah sakit sekarang." Ucap Chanyeol akhirnya, ia memakai lagi seatbellnya. Eunji terdiam dengan ucapan Chanyeol Rumah Sakit? Tampa sadar air mata Eunji jatuh membasahi pipinya yang tampak memerah.

"Kumohon jangan bawa aku kerumah sakit." Lirihnya, Chanyeol berbalik menatap Eunji. Ia terkejut melihat Eunji yang menangis.

"Aku mohon." Seketika tangis Eunji pecah gadis itu terisak. Kenangan buruknya akan rumah sakit terlintas bagai kaset rusak.

"Aku mohon."

-FLASHBACK-

Eunji turun dari mobil ambulance sambil memeluk boneka tedy bearnya. Beberapa perawat sibuk membantu menurunkan brankar Ibu Eunji dari mobil ambulance.

"Pasien dan anaknya mengalami kecelakaan tabrak lari. Pasien mengalami pendarahan hebat, dan patah tulang bahu karena melindungi anaknya, segera periksa persediaan darah golongan AB, atau tidak nyawa pasien ini tidak dapat tertolong."

"Baik kami mengerti dokter." Perawat segera mendorong masuk brankar Ibu Eunji menuju ruang UGD. Meninggalkan Eunji yang tak tahu harus berbuat apa disana.

"Ibu, jangan pergi Ibu!" Isaknya.

"Ibu, jangan tinggalkan Hyerim, Ibu."

"Ibu, Ibu!!"

-OFF-

Chanyeol mengaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia bingung, ia tidak tahu harus berbuat apa dengan Eunji yang masih saja terus menangis sesungukan.

"Hei, tenanglah." Chanyeol melepas seetbellnya dan kemudiaan turun dari mobil. Ia membuka pintu belakang dan mengendong Eunji keluar dengan cara bridal.

"A-apa y-yang hikss a-akan k-kau lakukan?" Eunji bertanya sesungukan sambil melap ingusnya di seragam sekolah Chanyeol. Chanyeol mengeryit.

"Aku hanya ingin membuatmu tenang." Ujar Chanyeol lembut, sembari membuka pintu depan dan mendudukan Eunji disana. Tak lupa ia memakaikan seatbelt dan merapikan blazer di tubuh Eunji. Setelah semua selesai ia menutup pintu dan berputar menuju jok kemudi.

"Aku tidak akan membawamu ke Rumah Sakit, jadi tenanglah." Ujar Chanyeol menenangkan, setelah masuk kedalam mobil dan memakai seatbelt.

Eunji tersenyum lemah, menghapus sisa air matanya yang menganak sungai di pipi.

"Terimah kasih." Ucap Eunji tulus.

"Hm," balas Chanyeol tersenyum, dan menyalakan mesin mobil. Sedetik kemudiaan mobil yang mereka kendarai pun melaju diantara mobil-mobil lain.

Dan tampa sepengetahuan Chanyeol, Eunji diam-diam memperhatikannya. Eunji memandangi wajah Chanyeol dari samping dengan pandangan kagum. Hingga akhirnya Eunji sadar, wajah Chanyeol mirip dengan teman masa kecilnya dulu. Siapa namanya?

Park Chan?

"Mungkinkah dia?" Mata Eunji langsung melebar.

*****
TBC

MAAF SAYA LAMA UPDATE.
SEMOGA TERBAYAR DENGAN PART INI. :).

Maaf EYD Berantakanr :(.

Dobi di ganti jadi Chan. Mianhae

Gomawo 💕

Continue Reading

You'll Also Like

160K 27.3K 30
Semua orang pasti memiliki idola di hidup mereka, sama halnya dengan Lalisa yang begitu mengidolakan penyanyi asal Korea Selatan bernama Jennie. Sepe...
72.2K 6.2K 15
[ RION KENZO MIKAZUKI ] adalah ketua mafia dari Mikazuki AV Rion kenzo Mikazuki mafia Italia, ia terkenal dengan kekejamannya terhadap musuh maupun...
133K 21.9K 41
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
49.1K 4.8K 63
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...