The Secret Admirer

Par AlanaKanaya

60.7K 1.9K 614

Antara cinta dan obsesi hanya memiliki arti yang berbeda setipis helaian rambut, seperti mata koin yang tidak... Plus

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Pengumuman
Open PO
Pengumuman Akhir PO
Cuma Ngasih Tau

Bab 4

2.6K 187 33
Par AlanaKanaya

Pria itu keluar dari lift setelah benda itu berhenti di lantai 14, mengenakan jaket hitam serta topi yang menutupi separuh wajahnya ia terus berjalan menyusuri lorong di dalam keheningan malam, semua penghuni apartemen sepertinya sudah terlelap dibalik selimbut yang memberi mereka kenyamanan di tengah hujan deras yang mengguyur kota New York, tanpa menyadari seorang iblis tengah berjalan di depan pintu mereka.

Pria itu berhenti di depan sebuah pintu ber cat hitam dengan no 1407 terbuat dari besi berwarna emas tertempel ditengahnya, seringai iblis kini menghiasi bibirnya, perlahan dia merunduk untuk menaruh bunga tulip putih dengan bercak merah di depan pintu itu.

"Mimpi indah, little star," bisiknya sambil mengelus pintu itu lembut. Perlahan dia kembali membalikan badan, kedua tangannya di masukkan ke dalam saku jaket, seringainya berubah menjadi siulan yang menggema di lorong yang sepi membuat bulu kuduk siapapun yang mendengarnya berdiri.

****

Selama beberapa hari terkurung di dalam apartemen dengan kaki yang terluka tanpa kegiatan apapun membuat Kerelyn hampir mati karena bosan. Yang dia lakukan setiap hari hanyalah duduk di depan televisi atau membaca novel. Seperti saat ini ia tengah duduk di kursi besi tempa yang ada di balkon apartemennya berteman sebuah novel roman picisan serta satu mug coklat panas yang baru saja dibuatkan oleh Maria, asisten rumah tangga yang sengaja dikirimkan oleh agensinya untuk membatu Kerelyn selama kakinya terluka.

Bukan tanpa alasan Kerelyn duduk di balkon malam ini, seperti malam-malam sebelumnya ia akan duduk di sana pura-pura sedang larut dalam bacaannya sampai Daniel pulang kerja dan ikut bergabung dengannya.

Kerelyn tersenyum ketika mengingat bagaimana selama beberapa hari ini mereka telah melewatkan setiap malam bersama... Tunggu, kalau kalian pikir Daniel akan datang ke apartemennya dan mereka melakukan hal-hal yang menyenangkan semalaman, kalian salah besar... yang mereka lakukan adalah benar-benar melewatkan malam bersama, mereka akan ngobrol semalaman.. yap, mereka hanya ngobrol semalaman.

Selama kaki Kerelyn terluka dan terkurung di apartemen, dia jadi mengetahui kebiasaan tetangganya yang satu itu setiap malam, dia akan duduk di balkon apartemen yang menghadap sungai Hudson bertemankan secangkir kopi, biasanya dia akan duduk di ayunan kursi kayu yang sengaja ditempatkan di sana dan Kerelyn akan berpura-pura keluar untuk menghirup udara malam karena merasa jenuh berada di dalam.

Walau mereka berada di balkon masing-masing tapi hal itu cukup membuat Kerelyn bahagia, mereka menjadi lebih mengenal lebih dalam lagi. Kerelyn telah menceritakan keluarganya yang tinggal di Lousiana, dia juga menceritakan tentang adik laki-lakinya yang bekerja sebagai seorang model dan kini tinggal di Paris.

"Apa yang sedang kau lamunkan?"

Kerelyn terlonjak mendengar suara berat milik seseorang yang dari tadi ditunggunya, jantungnya mulai berdetak tidak normal ketika matanya menatap pria yang tengah tersenyum miring, kedua tangannya ditumpukan di pagar balkon yang menghadap ke arahnya, rambutnya masih basah berantakan belum disisir dan demi Tuhan, Kerelyn sangat ingin mengelus rambut hitam itu dan menghitup wangi maskulin dari shompo yang ia pakai.

"Aku tidak sedang melamun," jawab Kerelyn dengan suara senormal mungkin. Demi Tuhan, bagaimana dia bisa bersikap normal kalau Daniel terlihat sangat seksi dengan rambut basahnya itu, walaupun hanya mengenakan kaos putih polos dan celana trening hitam.

"Hmmm.. apa kau yakin tidak sedang melamunkan aku?" Goda Daniel yang langsung membuat Kerelyn memerah.

"Apa kau selalu sepercaya diri ini?" Tanya Kerelyn gugup, yang membuat senyum Daniel semakin lebar.

"Baiklah, aku kira tebakanku benar," ucap Daniel sambil duduk di kursi ayunannya yang sangat nyaman, dan kerelyn sudah ratusan kali berkhayal dirinya duduk disamping pria itu di sana sambil bersandar di dadanya yang bidang.

"Aku rasa aku artis yang buruk, hingga kau bisa menebaknya," ucap Kerelyn sambil meringis, dia sudah memutuskan tidak akan berpura-pura lagi untuk menutupi perasaannya kepada pria yang memang telah mencuri hatinya sejak lama itu.

"Tidak, kau seorang artis hebat... tapi aku juga seorang pembaca pikiran yang hebat," ucap Daniel sambil mengedipkan sebelah matanya, yang membuat Kerelyn tertawa.

"Jadi apa yang sedang kau lamunkan dariku?"

Kerelyn tertawa sebelum menjawab pertanyaannya, "Baiklah, aku sedang berpikir kau akan pulang terlambat karena ke rumah Orangtuamu terlebih dahulu."

Daniel tersenyum, seperti biasa seminggu sekali mereka akan berumpul di rumah keluarga Winchester untuk makan malam, ini merupakan salah satu cara dari orangtua mereka untuk selalu berkumpul dengan anak-anaknya minimal satu minggu sekali mengingat mereka semua telah tumbuh dewasa dan hidup terpisah.

"Tidak, aku telah menelepon Ibuku kalau hari ini aku tidak bisa pulang karena ada sedikit urusan."

Urusan yang di maksud Daniel di sini adalah wanita dihadapannya saat ini, wanita yang selalu membuatnya ingin cepat-cepat pulang dan mendapatinya duduk di kursi balkon sambil membaca novel, mungkin itu adalah pemandangan biasa tapi entah kenapa melihat Kerelyn duduk di sana seolah tengah menunggunya setiap malam, membuat hatinya terasa hangat.

"Apa Ibumu tidak marah?"

"Tidak, tapi mungkin dia sedikit kecewa karena tidak bisa bertemu dengan Putranya yang tampan ini."

"Ya Tuhan, aku baru menyadarinya kalau kalian semua terlalu percaya diri" ucap Kerelyn yang membuat mereka berdua tertawa.

"Kau telah bercerita bagaimana kau, Alex dan Gerard tumbuh besar bersama karena tinggal di lingkungan yang sama sampai belum lama ini orangtua Alex pindah ke Skotlandia, sedangkan Orangtua Gerard pindah ke DC, tapi kau belum menceritakan bagaimana kalian bertemu Theo dan Dylan?"

Daniel tersenyum mengingat kedua sahabatnya, mereka tumbuh besar bersama, sekolah dan kuliah di tempat yang sama walaupun berbeda jurusan. Orangtuanya tanpa diminta telah berubah menjadi orang yang bertanggung jawab atas mereka semua ketika harus tinggal seorang diri di New York.

"Well, bisa dibilang mereka itu new kids on the block... mereka pindah ke West Vilage ketika SMA dan menjadi teman si kembar... mereka berdua lebih seperti pengawal Em dan Lexa. Setiap pria yang berusaha mendekati keduanya harus berurusan dengan mereka terlebih dahulu."

"Benarkah?" Tanya Kerelyn tak percaya.

Daniel menganggukan kepala, "Iya, bahkan mereka akan mengawasi keduanya disaat kencan."

Kerelyn tertawa membayangkan nasib Emily dan Alexa, "Ya Tuhan, apa mereka tidak marah diperlakukan seperti itu?"

"Oh percayalah kami sudah sangat terbiasa mendengar ocehan keduanya."

Daniel tertawa mengingat bagaimana adik-adiknya itu protes karena sikap mereka semua. Bukan hanya Daniel yang notabanenya kakak kandung mereka yang bersikap posesif kepada keduanya tapi Alex dan Gerardpun seolah memiliki tanggung jawab yang sama terhadap keduanya, seolah si kembar adalah adik mereka bertiga mengingat Gerard adalah anak tunggal sedangkan Alex hanya memiliki dua saudara laki-laki, jadi kelahiran si kembar bukan hanya menjadi penghibur bagi keluarganya saja tapi juga bagi keluarga Alex dan Gerard yang mengharapkan anak perempuan di keluarga mereka.

Belum cukup dengan satu orang kakak kandung, dua orang yang berperan sebagai kakak laki-laki, Emily dan Alexapun dihadiahi dua orang sahabat pria yang tak kalah posesifnya dengan ketiganya melengkapi hidup mereka yang seperti memiliki satpam yang menjaga mereka selama 24 jam dan 7 hari.

"Emily akhirnya menikah dengan Dylan, dan aku bersyukur kalau pria itu adalah Dylan... kami sekarang bisa tenang karena Em berada ditangan yang tepat."

Kerelyn tersenyum mendengar ucapan Daniel, ada kehangatan disetiap ucapannya ketika membicarakan tentang keluarga dan sahabatnya.

"Bagaimana dengan Alexa, apa dia tidak sedang berkencan?"

"Lexa?" Tanya Daniel sebelum akhirnya tertawa ketika mengingat adiknya yang satu itu, "Tidak, dia tidak sedang berkencan dengan siapapun, ku pikir para pria akan berpikir ulang jika ingin berkencan dengannya."

Kerelyn mengerutkan keningnya tak mengerti dengan ucapan Daniel tentang adiknya itu, "Kenapa dengan Lexa? Menurutku dia gadis yang menarik... pasti banyak sekali pria yang mendekatinya."

Daniel mengangguk setuju, "Memang mereka berdua memiliki kepribadian yang membuat semua orang ingin selalu berada di samping mereka.. tapi mereka memiliki sifat yang berbeda, Lexa bisa dibilang lebih tangguh daripada Em, itulah sebabnya Orangtua kami tidak begitu khawatir ketika dia pindah ke Paris tahun lalu, tapi selain itu Lexa memiliki pengawal pribadi yang akan menendang siapapun yang berani mendekatinya."

Kerelyn semakin tak mengerti dengan ucapan Daniel, "Pengawal pribadi?" Tanyanya penasaran karena selama ini belum pernah bertemu dengan pengawalnya itu.

Daniel mengangguk sambil tersenyum penuh misteri, "Iya dan percayalah hanya pria bodoh yang berani berhadapan dengan pengawalnya itu."

"Tapi aku belum pernah melihat Lexa dengan pengawalnya... aah, maksudmu Dylan dan Theo?"

Daniel kini tertawa mendengar ucapan Kerelyn, "Oh percayalah, Sweetheart, kau pernah bertemu dengannya.. tapi bukan mereka berdua, Dylan dan Theo pasti akan menjaganya, tapi kau tidak tahu apa yang bisa dilakukan pengawalnya yang satu ini," ucap Daniel santai diantara tawanya tanpa menyadari ucapannya itu telah membuat pipi Kerelyn memerah.

"Apa kau baik-baik saja? Kenapa wajahmu memerah? Apa kau demam?" Tanya Daniel khawatir setelah melihat wajah wanita di hadapannya itu memerah seperti kepiting rebus.

"Ti.. tidak.. aku.. baik-baik saja, " jawab Kerelyn berusaha bersikap normal, "Bagaimana denganmu, apa kau tidak sedang... berkencan?" Sweetheart, tambah Kerelyn dalam hati.

Daniel menatap Kerelyn beberapa saat sebelum akhirnya dia menjawab, "Tidak, aku tidak sedang berkencan dengan siapapun."

"Benarkah?.. maksudku kenapa? Aku yakin kau tidak akan kesulitan mencari kekasih."

Daniel terdiam beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan Kerelyn yang terlihat penasaran dengan jawabannya.

"Aku belum memikirkan untuk berkomitemen dengan siapapun... kau tahu, ketika perempuan berkencan kebanyakan dari mereka akan menuntut suatu komitmen ataupun status, sebut saja berpacaran, dan ketika mereka mendapatkan status itu mereka akan menuntut banyak hal... mereka akan marah ketika aku tak bisa menghubunginya atau membalas pesannya... mereka akan marah ketika aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja... mereka akan marah ketika aku lebih memilih  untuk berkumpul dengan teman-temanku daripada menemaninya kesalon atau berjam-jam di mall.. saat ini, aku tidak mau dipusingkan oleh seorang perempuan yang selalu menuntut perhatian dan pencemburu."

Kerelyn terdiam setelah mendengarkan penjelasan Daniel tentang suatu komitmen, "Tapi tidak semua perempuan seperti itu, Daniel, ada perempuan yang bisa mengerti dan menerimamu apa adanya... dia bisa berteman baik dengan teman-temanmu, dan percayalah dia lebih baik menghabiskan waktu di salon dan berjam-jam di mall bersama dengan teman-teman perempuannya daripada dengan kekasihnya yang terlihat sangat menderita harus menemaninya memilih antara highheel atau wedges, tapi kalau soal pencemburu bukankah itu tanda kalau dia mencintaimu?"

Daniel mengangkat alisnya sambil menatap Kerelyn yang terlihat bersemangat, "Kalau kau mengenal perempuan seperti itu... kau kenalkan padaku, aku akan berkencan dengannya," lanjut Daniel sambil tersenyum.

Kerelyn baru saja membuka mulutnya untuk berbicara ketika bel apartemen Daniel berbunyi.

"Apa kau sedang menunggu seseorang?" Tanya Kerelyn penasan.

"Itu mungkin Gerard atau Alex, Mom pasti menyuruhnya untuk membawakan makanan untukku... tunggu sebentar, aku akan membuka pintunya," ujar Danniel kemudian berjalan menuju pintu dan membukanya.

Seperti yang telah dia tebak Gerard datang dengan membawa makanan dari Ibunya, tapi bukan hanya pria berkaca mata itu saja yang datang tapi Alexa dan Alex juga ikut yang langsung menerobos masuk kedalam ketika pintu apartemen dibuka, melihat itu Daniel hanya bisa membuang napas panjang.

"Mom, sangat khawatir kau tidak makan karena terlalu sibuk," ujar Alexa sambil mencium pipi kakaknya sebelum ikut masuk bersama Gerard, Alex dan Daniel.

"Dimana yang lain?

"Mom, melarang Em ikut katanya dia tidak boleh tidur malam-malam supaya kulitnya tidak pucat pada hari pernikahannya nanti," ucap Alexa sambil mengeluarkan makanan dari dari dalam kantong dan menaruhnya kedalam lemari es, "Calista seperti biasa, dia langsung mengantuk ketika selesai makan malam, jadi para pangeran kita tidak bisa ikut karena para putri langsung mengeluarkan tanduknya ketika melihat mereka bersiap-siap untuk pergi."

"Oh.. hai, Kerelyn... apa yang sedang kau lakukan di luar sana?"

Alexa yang masih sibuk di depan lemari pendingin kini menatap Daniel dengan penuh curiga ketika mendengar suara Gerard dari arah balkon, berbeda dengan Alex yang hanya tersenyum penuh misteri. Saat ini detektif yang masih dalam misi penyamarannya itu tengah duduk di atas sofa coklat yang berada di ruangan itu, kedua kakinya yang panjang di naikkan ke atas meja, matanya terpejam tapi telinganya selalu waspada.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Daniel setelah melihat tatapan Alexa yang penuh selidik.

"Jadi.. urusan yang kau bilang penting sampai tak bisa datang untuk makan malam keluarga itu adalah... Kerelyn? (Dengan suara berbisik)"

"Aku benar-benar ada rapat penting, Lexa."

"Dan rapat itu di balkon?"

Daniel bisa mendengar Alex mencoba menahan tawanya, walaupun matanya masih terpejam.

"Seharusnya tadi ada rapat penting, tapi batal."

"..."

"Lexa, jangan menatapku seperti itu! Aku bicara jujur," ujar Daniel setelah melihat pandangan tak percaya dari adiknya, ia kini berjalan ke arah sofa untuk bergabung dengan Alex.

"Hei, Man, kenapa kau tidak pulang saja mandi kemudian tidur.. kau terlihat seperti zombie."

"Daniel, jangan mencoba mengalihkan pembicaraan," ujar Alexa sambil berjalan lalu duduk disamping Alexa, "Hei, Daniel benar! Kau terlihat seperti Zombie yang baru bangkit dari kubur!"

"Zombie yang sangat seksi."

"Tidak ada Zombie yang seksi, Alex."

"Tentu saja ada."

"Tidak ada."

"Ada.

"Tidak ada!"

"Kau mau bukti?"

"Tentu saja, mana buktinya?"

"Aku buktinya," ucap Alex sambil mengedipkan sebelah matanya

"Ya Tuhan, kau Zombie paling narsis yang ku kenal, dan bagaimana bisa Emily memasangkanku dengan mahluk yang satu ini di pesta pernikahan nanti!"

"Mahluk?"

"Bukankah tadi kau bilang kau zombie?"

"Zambie paling seksi."

"Diamlah! Lebih baik kau tidur saja, Frankenstain!" Seru Alexa sambil melemparkan bantal sofa tepat ke arah wajah Alex yang tersenyum penuh kemenangan.

"Ngomong-ngomong soal pasangan nanti, Em, memintaku untuk menanyakan apa kau sudah mempunyai pasangan?

Daniel menggelengkan kepalanya santai sebagai jawaban.

"Kau harus siap-siap menerima omelan, Em... Hei, kenapa kau tidak meminta Kerelyn untuk menjadi pasanganmu?"

Daniel terdiam beberapa saat, "Dia pasti sibuk, kau tahu sendiri pekerjaan artis seperti apa, jadwalnya pasti sudah padat."

"Apa kau sudah bertanya padanya?"

"Belum."

"Hei.. Kerelyn mengundang kita sekarang ke apartemennya, apa kalian mau kesana?" Gerard melongokkan kepalanya dari pintu balkon.

Alexa dan Daniel saling tatap beberapa saat, sebelum wanita berambut coklat itu berdiri dengan antusias.

"Tentu saja, bilang Kerelyn kita akan kesana sekarang... ayo, sekarang waktunya mencari tahu apa dia sibuk apa tidak... Frankenstain, apa kau ikut?"

Alex berdiri dengan malas, lalu meregangkan badannya, "Tentu saja, aku tak akan melewatkan kesempatan masuk ke dalam apartemen wanita  cantik."

"Dasar Zombie mesum," ujar Alexa sambil memutar bola matanya dan berjalan ke arah lemari pendingin.

"Lexa, apa lagi yang kau lakukan? Ayo cepat!" Gerard sudah siap dengan membawa jaketnya.

"Kita tak mungkin datang dengan tangan kosong... aku akan mencari sesuatu untuk dibawa... Daniel kenapa kulkasmu hanya berisi kaleng minuman saja? Besok kau harus belanja, sebelum Mom datang kesini dan memeriksa lemarimu," omel Alexa dengan wajah masih di dalam lemari pendingin, sebelum akhirnya dia keluar membawa dus berwarna merah bertuliskan salah satu nama toko kue terkenal di daerah Broadway

Alexa membukanya dan matanya seketika berbinar ketika melihat cheescake yang sangat menggugah selera, "Wow, ini terlihat sangat lezat... Daniel, bolehkah kita memakan ini di tempat Kerelyn?"

Daniel melihat sekilas ke arah dapur, "Ya, tentu saja... seseorang mengirim itu untukku tadi, aku tak tahu siapa."

"Wow, kau punya penggemar rahasia, D," ucap Gerard dengan senyum menggoda, yang dibalas Daniel dengan mengangkat bahunya.

"Dia pasti jelek," ujar Alex santai.

"Bagaimana kau tahu?" Tanya Gerard penasaran.

"Kalau dia cantik, dia pasti sudah menemuinya langsung tanpa harus diam-diam."

"Ah... kau benar."

"Kalian semua, ayo cepat!" Seru Alexa sambil berjalan keluar, ketiga pria bertubuh tinggi itu hanya bisa mengekor dibelakang wanita mungil berambut coklat yang tak pernah bisa diam itu.

Mereka berempat kini tengah berada di dalam apartemen Kerelyn yang penuh dengan buket bunga dari rekan-rekannya yang mendoakan kesembuhan wanita berambut merah itu.

"Wow.. kau hanya keseleo tapi mendapatkan bunga sebanyak ini," ucap Alexa takjub, "Sedangkan aku ketika tertembak hanya mendapatkan satu bunga saja," lanjut Alexa sambil menyerahkan dus kue kepada Kerelyn yang terlihat terkejut melihat dus itu.

"Kau menyukainya juga, Kerelyn? Daniel mendapatkan ini dari penggemar rahasianya, tapi kata Alex pasti orangnya jelek karena tidak berani muncul langsung dihadapannya."

Kerelyn hanya bisa tersenyum hambar mendengar celotehan Alexa sambil menerima dus berukuran 30cm itu.

"Aku akan meminta Maria untuk menyiapkannya," ucap Kerelyn sambil berjalan menuju dapur dimana Maria tengah menyiapkan minuman.

"Jelek?.. seharusnya aku tak menyuruh kurir buat mengirimkan cake ini ke kantor Daniel tadi sore," gumam Kerelyn sambil meringis.

"Lexa, siapa yang mengirimkan bunga waktu itu?" Gerard bertanya penasaran tentang identitas si pengirim bunga

"Penggemar rahasia," jawab Alexa sambil tersenyum.

"Aku yakin kalau dia pria buruk rupa atau Kakek-Kakek genit berumur 80 tahun," ucap Alex santai yang membuat Daniel tertawa.

"Dad, pasti pingsan mengetahui menantunya lebih tua daripada dia."

"Hei! Kalian semua salah... dia sangat muda dan tampan, dia seorang model," ucap Alexa penuh kemenangan.

"Apa kau sedang berkencan dengannya?" Tanya Kerelyn santai yang baru saja ikut bergabung dengan mereka semua di ruang tengah.

"Kau berkencan?" Tanya Daniel

"Siapa pria itu?" Alex bertanya serius, rasa lelahnya karena belum tidur selama dua hari telah menguap begitu saja ketika menyadari kemungkinan perempuan yang bermata amber itu tengah berpacaran.

"Kau pasti mengancamnya untuk berkencan denganmu... pria malang," ucap Gerard yang langsung menndapat protes dari Alexa.

"Tidak aku tidak berkencan dengannya, apa kalian semua puas?"

Ketiga pria itu menganggukkan kepala serempak dan bisa bernapas dengan lega.

"Kenapa kau tidak berkencan dengannya? Apa kau tidak menyukainya?" Kerelyn bertanya tanpa menghiraukan reaksi berlebihan dari para pria, sebagai sesama wanita dia bisa memahami Alexa lebih baik daripada para pria posesif itu.

Alexa membuang napas berat, mata ambernya menatap mata coklat Kerelyn, "Aku melihatnya berciuman..."

"Ya Tuhan! Ooh.. Lexa, aku sangat menyesal," Kerelyn berkata dengan penuh rasa simpati.

"Bajingan, siapa pria itu? Katakan padaku, Lexi! Dia telah memiliki kekasih dan berani merayumu! Lihat saja aku akan menggantungnya di atas patung Liberty!" Seru Alex dengan emosi.

"Katakan siapa dia, Lexa? Aku akan membantu Alex untuk menggantungnya," ucap Daniel tak kalah emosi.

"Dan aku akan menyiapkan talinya," ujar Gerard serius yang membuat Alexa membuang napas panjang ketika mendengarnya.

"Kalian tidak mendengar ucapanku sampai selesai! Aku melihatnya berciuman dengan... pria lain."

Hening menyelimuti ruangan itu, semua orang ternganga mendengar ucapan Alexa.

Daniel : "Dengan..."

Alex : "Pria..."

Gerard : "Lain?"

Kerelyn : .... , dia hanya bisa membuka dan menutup mulutnya tanpa ada sepatah katapun yang jeluar dari bibirnya.

Seketika suara tawa pecah dari mulut Gerard diikuti dengan Alex dan Daniel, sedangkan Kerelyn berbaik hati dengan mencoba menahan tawanya dan berusaha menatap Alexa dengan sorot mata prihatin.

"Demi Tuhan, Lexa, kau bahkan kalah bersaing dengan seorang pria!" Seru Gerard diantara tawanya.

"Apa pria itu lebih seksi darimu?" Tanya Alex yang langsung mendapat lemparan bantal sofa dari Alexa.

"Yang jelas dia tidak seperti Zombie!"

"Tapi Zombie yang ini masih normal... dia masih menyukai perempuan, walau yang rata sekalipun," ucap Alex langsung mendapat pukulan dari Alexa.

"Dasar Zombie mesum!" Seru Alexa sambil cemberut yang membuat tawa Alex semakin kencang.

"Lexa waktu itu kau mendapatkan dua buket bunga, siapa yang memberinu satu buket besar mawar merah? Apa itu dari pria itu?" Tanya Daniel penasaran setelah mengingat kalau ada dua buket bunga yg dikirimkan ke ruangan Alexa waktu itu.

"Bukan... itu dari... mantan kekasihku," jawab Alexa pelan.

"Mantan?" Tanya Gerard, semua orang kini kembali menatap Alexa serius.

"Dia pasti masih sangat mencintaimu," ucap Kerelyn sambil tersenyum, tapi Alexa hanya mengangkat bahunya saja.

"Itu yang dia katakan, tapi aku tak percaya padanya."

Kini semuanya saling tatap tak mengerti dengan ucapan Alexa.

"Kenapa kau tak memercayainya?" Tanya Daniel penasaran yang mendapat anggukan setuju dari Gerard.

Alexa menarik napas panjang sebelum menjawab pertanyaan kakaknya itu, "Dia... dia berselingkuh dengan temanku."

"Bajingan!" Daniel langsung mengumpat, disusul oleh Gerard, sedangkan Alex hanya terdiam terlihat berpikir.

"Apa dia, pria yang waktu itu kau dan Emily bicarakan di dapur?" Tanya Alex yang langsung dapat anggukan dari Alexa.

"Man, kau mengetahuinya dan kau diam saja!" Seru Daniel tak percaya kalau Alex akan diam saja mengetahui seseorang telah menyakiti Alexa.

"Kalau di ada di sini, aku sudah mencincangnya, tapi bajingan itu tidak tinggal di New York," ucap Alex serius.

"Jangan katakan kalau dia tinggal di Paris?" Tanya Gerard, dia dan Daniel kembali mengumpat setelah melihat Alexa mengangguk.

"Dia model yang tinggal di sana," jawab Alexa.

"Jadi dia seorang model? Siapa namanya, aku mempunyai kenalan beberapa orang model yang tinggal di sana," Kerelyn terlihat penasaran dengan pria yang telah menyakiti Alexa itu.

"Ethan... Ethan Howard," jawab Alexa yang membuat Kerelyn terbelalak.

"Apa kau mengenalnya?" Tanya Daniel setelah melihat ekspresi Kerelyn, perlahan wanita berambut merah itu mengangguk dengan ragu.

"Dia... dia Adikku," jawab Kerelyn dan membuat semua orang menganga tak percaya.

*****

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

107K 6.6K 64
Berawal dari hobi membaca novel tentang Gus. Khalisa Syairah Khaulah memutuskan untuk pindah ke pesantren. Jika kebanyakan dalam cerita yang dia baca...
50.2K 6.7K 38
Nera adalah anak yang tumbuh di lingkungan kriminal pinggiran kota. Keputusannya menyelamatkan seorang pria tua yang terkena luka tembak membawanya m...
S E L E C T E D Par mongmong09

Mystère / Thriller

331K 17.4K 32
Tentang obsesi seorang pria misterius terhadap seorang gadis yang menolongnya. ---------------------------------------------------- Raina Karlova, se...
6.3M 485K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...