Mata Angin (UTARA)

Da MusMusculus3

12.4K 1.7K 157

____ (CERITA DALAM PROSES REVISI) - Silahkan simpan dahulu ke DAFTAR PUSTAKA atau PERPUSTAKAAN anda. Utara ti... Altro

part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
Apel
part 7
part 8
part 10
part 11
part 12
part 13
part 14
part 15
part 16
lanjut?
part 17
part 18 hukuman hari pertama
part 19
part 20
part 21
part 22 hukuman hari kedua
part 23
part 24 hukuman hari ketiga
part 25
Comeback

part 9

459 32 0
Da MusMusculus3

____Dangerous Of Utara_____
______@MusMusculus3______


Author POV

-Raya Wasita High School-

Salah satu sekolah senior dengan akreditas yang tidak bisa dibilang buruk. Melalui para murid yang beberapa diantaranya memiliki kemampuan akademik berlebih hingga mampu mengangkat nama baik sekolah ini menjadi salah satu sekolah yang masuk dalam nominasi best versus. Semuanya butuh proses,  Keberuntungan sekolah ini tentu saja tidak hanya melalui sang murid yang terus membanting segala jenis belajar dan memeras semua ability yang mereka miliki, peran sekolah-nya sudah pasti berperan penting. Dari teacher dengan kualitas yang terjamin, mengajar, melatih, mengawasi, mendisiplinkan, hingga mencerdikkan sesuatu yang memang seharusnya dicerdikkan.

Tidak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk kau yang merasa puas dengan hasil kerjamu, termasuk kau yang nyaris mendekati kesempurnaan.  Siapa sangka, sekolah Raya Wasita tidaklah sebaik segala kualifikasi yang baru saja di umbar-umbarkan. Dibalik muridnya yang dapat menjangkau segala kearifan segala dunia pelajar, mereka terlalu kompak hingga menjadikan ambisi sebagai teorinya, kemudian kesalahan diletakkan tepat di depan kelopak mata.

Sejak tawuran itu, 8 tahun lalu ketika semua bermula. SMA Raya Wasita dan SMA Dharwa melangkah pada kekelaman, terperosok warna hitam yang begitu pekat. Terlalu banyak pesaing hingga pertarungan nyata membuat permusuhan mereka permanen. Jauh dari kata normal, semua tidak bisa terselesaikan dengan otak, karena mereka berakhir menggunakan cairan merah.  Hingga kini semua masih saja terjadi. Menurun dan membenih kepada penerusnya, sebagai rahasia umum. hanya saja saat ini adalah new evolution, yang membuat kisah permusuhan mereka sedikit berbeda.

_____Dangerous Of Utara_____

Author POV

10.00
Jam istirahat menggelenting dengan merdunya, Mengembalikan rasa kantuk para manusia yang terjebak dalam ruangan berjajar itu. Murid SMA Raya Wasita mulai berhamburan ketika memastikan guru mereka kembali pada populasinya. Kantin-kantin mulai dipenuhi dengan mahluk yang tiada hentinya berceloteh. Lihatlah sekeliling, siswa dan siswi seakan baru saja kehilangan sebagian memorinya melupakan beban tugas sekolah yang menumpuk, tertawa bebas, dan begitu suci tak berdosa. Menikmati waktu berharga bernama istirahat.

Namun, lihat ke sana. Beberapa siswa masih setia dengan tapakan pantatnya. Termasuk dua pemeran manis kita, seakan lagi-lagi terjebak pada dunianya.

"Ray, kamu ngapain sih? Nggak laper?" Tanya utara memelas. Ia masih dengan posisi menopang dagunya, menatap Raya yang berkutat dengan laptop hitam. Jarinya sibuk dengan tombol-tombol kubus kecil dalang dari suara 'tok tok tok' pengisi keheningan, suaranya terdengar merdu disela-sela kebisingan kecil kelas itu.

"Ngerjain tugas kelompok. Tau tuh buru-buru amat!" Jawab Raya menunjuk seseorang di sebrang kursi dengan dagunya, kemudian melirik sekilas untuk memastikan sang lawan tak memberikan respon.

"Kalo bisa dikerjakan sekarang kenapa harus nanti-nanti?" Sahut seseorang yang juga sibuk dengan buku tulis--Irgi, wakil ketua kelas yang terkenal dengan keketusannya.

Utara mendecakkan lidahnya menangkap tanggapan Irgi. "Kalo bisa dikerjakan nanti kenapa harus sekarang?" Balas Utara sewot. Ia masih  tidak mengerti kenapa sekolah dengan banyak murid sedisiplin Irgi memiliki sisi negative yang tidak terfikirkan sebelumnya. Bukankah anak berandal sekalu identik dengan perkelahian? Sementara anak-anak di sini benar-benar istimewa dengan kelainannya. 'Aku rasa ayah telah mendaftarkan sekolah yang salah,' Batin Utara setiap kali bayangan nostalgia milik raya yang sepanjang kali lebar acapkali menghantui lamunan kecilnya.

Utara baru saja akan menutup telinganya dengan earphone, mendengarkan musik adalah ide teraman untuk dirinya. Tapi, terdengar teriakkan seseorang  mengembalikan fokus mata coklat itu.

"PINCESS!" Jerit seorang gadis dengan kepala menyembul di balik jendela kelas, membuat seorang gadis yang terduduk di bawah jendela menatapnya.

Utara menghembuskan nafas kesal menyadari familiar suara cempreng yang baru saja berteriak. Segera ia tegakkan badannya dengan sempurna, berniat menghampiri si anak nakal Keina.

"Sst! Siapa?" Tanya Raya berbisik, sebelum Utara benar-benar pergi menghilang bersama Keina.

"Namanya Keina. lain kali aku kenalin, itu tugas selesein dulu," Jawab Utara singkat. Kemudian melanjutkan tujuan awalnya, meladeni panggilan Keina. Apa yang dia inginkan kali ini? Bahkan ini adalah hari pertamanya bersekolah di sini.

Utara menarik Keina menjauh dari sisi kelas, mencegah telinga-telinga kurang kerjaan yang dikhawatirkan akan sedikit menguping. Ya walaupun tidak ada hal yang sepenting tidak boleh didengar.

Utara membawa Keina hingga memasuki area kantin. Sedikit memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, perut laparnya membawa mereka menuju the junior resto.

Mereka memilih tempat duduk di ujung kantin, tempat manusia yang tidak ingin dikenal atau memang tidak terkenal. Sebenarnya Utara cukup risih dengan banyak pasang mata yang sedari tadi memperhatikan mereka. Bagaimana tidak, saat ini Keina adalah siswa baru yang terlihat cukup cantik bahkan dari Utara yang sepenuhnya girly. Keina akan bertransformasi menjadi wanita seutuhnya jika moodnya berada di level tinggi, kemudian ia akan kembali pada tom jika kenormalanya kembali. Bukankah itu terlihat menyeramkan?

"Princess-"

"Utara Keina,..panggil aku Utara! Ada kalanya saat kamu panggil aku 'princess', maka beberapa orang akan menatap dan mencari sesosok makhluk dengan julukan super lebay itu," Kesal Utara membuat Keina terdiam sejenak, hingga saat bibir itu membentuk lengkung manis.

Keina menggeleng pelan, kerutan muncul di batang hidungnya, "aku sama sekali tidak suka namamu itu, jelek! Ah ya, jika aku jadi paman Willson maka aku akan memberikan nama untuk Jerri,...Selatan? Barat?" Ujar Keina terkekeh, membayangkan betapa anehnya jika Jerri yang tampan itu mempunyai nama seabsurd itu.

"Aku serius Kei," Balas Utara kesal.

"Tapi aku bercanda princess," Ujar Keina lagi, ia tersenyum miring menikmati betapa menyenangkannya mengganggu Utara. "lagipula, setahuku kau menyukainya," Tambahnya.

Utara mengalihkan wajah kesal. "Kei, kau hanya tahu dan tidak mengerti. aku bukan lagi anak yang memimpikan dunia dongeng," Jelas Utara yang dibalas gelengan tidak mengerti dari Keina. Bagaimana mungkin ia akan menghabiskan waktu bersama sepupu unik ini, berbicara dengan Keina sama saja menguji kesabaran. Memikirkannya membuat kepalanya pusing seketika.

Beberapa saat ketika dua gadis itu hening oleh kesibukannya dengan makanan yang baru saja terhidang, seseorang datang menghampiri meja mereka. Utara menoleh, mendapati lelaki dengan raut muka yang sempat membuat keinginan hati tak berperasaannya keluar. Bagaimana tidak, lelaki itu tak berkedip dengan mulut menganga, dan jangan lupa matanya membulat sempurna. Jari telunjuk lelaki itu teracung tepat di hadapan Keina, membuat gadis itu memundurkan badannya reflek.

"Oh my god, Kei? Kau benar-benar menepati janjimu? Kau gila," Teriak sang lelaki memecah keributan seisi kantin, membuat ruangan ini hening sejenak.

"Hai,..Al-do," Bisik Keina menyeringai kepada Aldo. Matanya berkedip menjijikkan, Utara sedikit meringis melihatnya. Tidak ada yang lebih aneh di dunia ini selain segala bentuk apapun Keina yang menyerupai perempuan. eh, Bukankah Keina memang perempuan?

Aldo duduk di samping Keina dengan antusias, terdapat binar di mata hazelnya. Sementara Keina kembali memakan makanannya dengan santai, mengacuhkan kilatan menuntut penjelasan dari Aldo.

"Shit! Hentikan kebiasaan menjengkelkanmu itu, cepat katakan bagaimana bisa kau sekarang menikmati makanan ini dengan sangat damai disini," Desak Aldo sedikit mengguncang lengan Keina.

"Itu mudah," Jawab Keina tak memindahkan tatapannya pada Aldo.

"Itu tak mungkin mudah Kei," Balas Aldo ikut memakan makanan yang memang ia bawa.

"Itu mudah jika hanya harus memakai pakaian feminin untuk selamanya,"

Utara tersedak, dua manusia yang sedari tadi sibuk berceloteh tanpa menganggap adanya manusia ketiga kini menatap Utara sepenuhnya. Buru-buru ia meminum cairan bening yang Aldo sodorkan, meneguknya sampai tenggorokannya dirasa aman dari iritasi. Meletakkan gelas dengan cukup keras, matanya melotot pada Keina.

"Apa-, apa katamu? Kau? Feminim? Selamanya?," Utara mengerjap polos, mencerna serangkai kata yang keluar dari mulutnya sendiri,  hingga beberapa detik kemudian tawa Utara pecah membahana, mengingat betapa tidak mungkinnya seorang Keina berubah menjadi gadis pengoleksi rok mini dan high heels, menjepit rambutnya dengannya bando cantik, juga bersikap manis setiap harinya. Jika diukur, maka kemungkinannya adalah 0.001%. Jika itu terjadipun, dunia akan menangis terharu melihatnya.

"Jangan tertawa seperti itu. Kau harus menjaga image -mu di hadapan laki-laki," Ujar Aldo setelah beberapa saat ikut terkekeh, "Kau memang tidak pernah berubah."

Utara sedikit meredakan tawanya, memikirkan sesuatu yang mengganjal dari kata-kata Aldo. Namun, ia tak memperpanjang kesanksiannya karena ia sepertinya teringat suatu hal.

"Eh, sejak kapan kalian saling kenal?" Tanya Utara sedikit terlambat dengan pertanyaan yang ia lontarkan. Sesekali kekehanya masih terdengar nyaring ketika matanya beradu dengan Keina.

Keina memutar bola matanya malas, "princess, jangan berbicara seolah kau orang asing," Keina beranjak dari tempatnya, membiarkan Utara yang ia yakini akan memberondongnya dengan sejuta pertanyaan alih-alih bernostalgia menyembuhkan sifat pelupanya. Ia juga sedikit kesal dengan Utara yang sama sekali tidak mensyukuri rencana 'berubah menjadi lebih baik'. Maaf, tapi kata feminim membuat telinga Keina panas.

"Hai, aku Aldo," Kini kedipan sebelah mata meluncur dari Aldo untuk Utara, ia ikut beranjak dari tempatnya setelah memastikan dua jarinya sempat mengapit di pipi Utara. Sementara gadis yang tertinggal semakin berkerut heran dengan tingkah keduanya. 'Apa maksudnya?'

___Dangerous Of Utara___

Utara POV

14.00
Kegiatan tugas kelompok adalah kegiatan bullshit yang pernah ada di muka bumi. Kau tau? Karena hanya ada satu orang yang benar-benar rela mengerjakan pekerjaan ini, dan biasanya subjectnya adalah perempuan. Kau tau lagi? Aku mengatakan ini tentu karena kejadian ini tengah berlangsung menimpa gadis malang sepertiku. Julukan lelaki Jenius pada kenyataannya tidak mempengaruhi predikat kemalasan para kaum lelaki bekerja kelompok. Lagi-lagi kau tau? Aku sengaja memilihnya karena sepertinya kami akan bisa dengan mudah dan cepat menyelesaikannya dengan otaknya itu. Namun realita berkata,..

"Za! Udah dong main gamenya. Ini belum selesai, perpustakaan mau tutup," Kataku cukup keras, bodo amat dengan penjaga perpus yang mungkin akan mengusir kami.

"Kamu kerjain aja dulu, nanti kalo udah aku periksa,"

'What? Katakan sekali lagi dan aku akan menempeleng kepalamu,' kata batinku memberontak. Aku kembali melanjutkan pekerjaanku, masih memiliki kesabaran yang sebenarnya tinggal sisa-sisa. Aku menyesal telah memilihnya menjadi satu-satunya anggota kelompok, wajah polosnya memang banyak mengelabuhi. Pada dasarnya ia tetaplah lelaki menyebalkan seperti yang lainnya.

"Sini, jangan berfikiran negatif seperti prasangka burukku oke?" Ucapnya tiba-tiba mengambil laptop yang sedang aku pantengi. Apa ia baru saja membaca fikiranku? Wow, berbahaya!

Satu helaan nafas lega baru saja terhembus dari paru-paruku, senyuman lebarpun kini menghiasi wajah. Aku akan meralat semua opiniku tentangnya, menghapuskan sumpah serapah yang baru saja akan bersemayam dalam diriku.

Gaza terlihat serius dengan mata yang berlarian membaca hasil kerjaku. Menopang dagu adalah posisi termenyenangkan untuk memandangnya. Gazafa begitu tampan jika ia sedang baik seperti ini, seperti salah satu karakter komik yang biasa aku baca. Ia baik, tampan, dan pintar. ah,.. apalagi kacamata yang baru saja bertengger membuatnya semakin,...manis.

Lalu, apa sekarang aku mengaguminya? Aku rasa tak masalah. Selagi hal itu nyaman, sangat nyaman, hingga kali ini mataku terasa berat.

***

15:45
Aku tersentak menyadari betapa nyamannya tidur dengan lenganku sebagai bantalannya, dan berapa waktu yang aku habiskan untuk terlelap membuatku bertanya-tanya, kenapa ruangan ini begitu sepi dan bercahaya redup.

Kulirik arloji yang menunjukan jarum pendek menuju angka 16:00. Mataku menyapu dengan sisa-sisa kesadaran yang belum sepenuhnya kembali. Tidak ada lagi buku yang berserakan, tidak ada lagi Gaza. Hanya beberapa buku dan laptop yang sudah bertumpuk rapi.

Benar, aku tertidur ketika otakku bereksperimen ketika memandang Gaza mengerjakan tugas. Tapi, apa sebegitu teganya Gaza meninggalkan seorang gadis tertidur sendirian di ruangan seperti ini? Ah, tentu saja tidak mungkin. Kucoba untuk menyingkirkan rasa malasku untuk mencari lelaki itu, di antara rak-rak yang berjajar cukup banyak. Kukerjapkan mataku untuk mengusir pengganggu kesadaran yang belum sepenuhnya kembali.

Ruangan ini ternyata cukup menyeramkan jika menjelang sore, karena jendela bergorden banyak tertutup oleh rak dan buku yang tersusun dengan rapat. Otakku mulai lagi, membayangkan sesuatu yang memang selalu dibayangkan pada saat seperti ini. Kudengar dengan samar suara kertas yang saling bergesekan. Kuharap asal suara itu adalah Gaza dan bukan hantu atau dedemit sejenisnya. Benar  saja, lelaki itu tengah membaca buku di sudut ruangan, ia membaca ditemani beberapa buku yang tergeletak manis di sampingnya, benar-benar membuktikan jenis kutu buku yang ia miliki.

Kusunggingkan sedikit senyum manisku. Berniat menemuinya, namun,.....dengan caraku sendiri.

Celah yang tak begitu lebar diantara rak-rak tinggi memudahkan untuk menyelinap diam-diam, sepertinya moodku sedikit berlebihan hingga tersisa untuk sedikit membuatnya jengkel. Suara angin di luar sana mengiringi langkah kecilku. Diblik rak terakhir tepat di ujung ruangan senyum licikku terhempas. Kuraih sembarang buku malang, kemudian melemparnya ke atas hingga terjatuh pada lorong rak lain yang lumayan dekat dengan Gaza.

Gaza menoleh, kemudian menutup bukunya dan beranjak pergi memeriksa hasil kejailanku. Aku baru saja akan mengikutinya dari belakang berniat memberikan kejutan, tapi,..

Deg,

"Darah-" Bibirku berucap lirih diiringi senyumku yang lenyap ketika mataku benar-benar menangkap cairan kental itu menghiasi dinding dan beberapa buku.

________Dangerous Of Utara_________

To Be Continued..

____________________________

Terima kasih sudah menyempatkan diri membaca "Dangerous of Utara".
Jangan lupa tinggalkan jejak anda pada gambar bintang di bawah ini 👇.
Saran anda merupakan hal yang paling saya tunggu.
Sampai bertemu lagi di part selanjutnya.
Follow: @Musmusculus3

Continua a leggere

Ti piacerΓ  anche

637K 59.9K 45
π–π€π‘ππˆππ† πŸπŸ–+ [ π—žπ˜†π—Ήπ—²π—Ώ π—¦π—²π—Ώπ—Άπ—²π˜€ 𝟯 ] D'arcy, nama Tengahnya yang berarti kegelapan melambangkan kehidupannya. Tidak ada siapapun yang...
452K 51.7K 34
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
5.1M 215K 52
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
566K 31.2K 74
The endβœ“ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] β€’β€’β€’ Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...