The Second Chance ( The Wirya...

Oleh bebyZee

1M 61.3K 1.4K

Note : Bab 13 - Epilog ( Private ) Aku hanya ingin dicintai dan mencintai.. Seperti Sinta dan Rama dalam kisa... Lebih Banyak

Prolog
Part 1 - Kehilanganmu
Part 2 - Emosi!
Part 3 - Ini Keputusanku..
Part 4 - Pertemuan..
Part 5 - Penjelasan..
Part 6 - Sampai bertemu lagi!
Part 7 - Welcome to the world, baby!
Part 8 - Move on..
Part 9 - Calon ?
Part 10 - Insiden Jus Tomat...
Part 11 - Lukisan Alwan...
Part 12 - Bersamamu...
Part 13 - Kamu adalah Dia...
Part 14 - Its All About You..
Part 15 - Still About You...
Part 16 - I Hate to Leave You...
Part 18 - Remember You...
Part 19 - What's going on with you?
Part 20 - The Fact !
Part 21 - Cepat sembuh ya...
Part 22 - Congratulation Nabila !!
Part 23 - Proposal...
Part 24 - Proposal II
Part 25 - Our Second Chance...
Epilog

Part 17 - New Life...

31.4K 2K 46
Oleh bebyZee

" Aunty Deb, kan Fira udah bilang kalau Fira maunya warna ungu bukan pink! ", Suara celotehan khas anak umur tiga tahun terdengar saat kakiku melangkah menaiki tangga rumah yang sudah lebih dari tiga tahun tidak kusambangi.

                " Tapi kan ungu lebih cocok Fira... baju Fira kan semuanya udah warna pink, so auty beliin kamu warna ungu", Suara lembut wanita itu terdengar gemas. Aku tersenyum sambil terus melangkahkan kakiku masuk kesebuah pintu yang mengarah ke taman.

                " But I don't like purple, I like pink!", gadis kecil itu terdengar kekeuh dengan pendapatnya. Aku semakin tersenyum. Tak menyangka setelah lama aku meninggalkan semuanya sekarang sudah terasa berbeda.

                " Okey,,, Aunty bakal ganti warnanya, kamu jangan marah ya..",

Ku buka perlahan pintu yang menghalangiku ke arah taman belakang yang sepertinya telah ramai. Ini hari kepulanganku dan mereka tidak mengetahui bahwa aku datang hari ini. Aku sengaja pulang lebih cepat dari yang direncanakan karena ingin memberi kejutan bertepatan dengan ulang tahun para ponakanku tercinta.

                " Assalamualaikum", Sapaku. Sontak semua mata menoleh kearah pintu. Aku tersenyum sambil menatap satu per satu para keluargaku yang tengah berkumpul hari ini.

                " SINTA!!!!!", jeritan pertama kudapat dari Mbak Laras yang sudah berlari kearahku lalu menghambur memelukku.

                " Mbak kangen banget sama kamu",

                " Aku juga Mbak",

*****

                Seluruh keluarga memelukku bergantian, mereka ingin mengungkapkan rasa rindunya padaku. Aku pun tidak menolak, karena memang rasa rinduku sudah memuncak sejak sebulan pertama aku menempati apartemen mas yoda yang menjadi tempatku bernaung selama di Paris.

                " Kamu... sejak kapan berjilbab? ", Tanya Rama yang sudah duduk di sampingku setelah memberikan segelas orange jus untukku. Aku melirik gamis dan jilbab warna peach yang ku pakai.

                " Sejak aku memutuskan kalau aku siap ",jawabku sambil memandang pesta Fira & Farhan yang masih ramai oleh para tamu – tamu dan games yang tengah berlangsung.

                " Kamu habis pulang kuliah dari Paris Mbak, bukan Mesir, kenapa bisa – bisanya pulang pake hijab ", Tanya Rama tak percaya. Aku juga sebenarnya tak percaya karena jujur eropa bukanlah tempat yang nyaman untuk seorang muslim menetap.

                " Hidayah Ram", Jawabku singkat. Rama menoleh kearahku sambil mengernyitkan keningnya.

                " Kenapa kamu sewot sekali Mbak dapet hidayah disana, Ibu sama Bapak aja seneng kok", Sewotku sambil mencibir kearahnya. Ia mendesah.

                " Ini bukan karena perpisahanmu dengan pacar kamu yang ganteng itu kan?", Tanya Rama dengan nada menyelidik. Pacar? Yang ganteng? Oscar maksudnya?

Aku menggeleng lalu menyeruput pelan orang jus yang masih dalam genggamanku.

                " Jadi murni karena hidayah?", Tanyanya lagi. Aku menganggukkan kepalaku dengan gemas, Lama – lama gerah juga ditanya begini. Aku sendiri juga tidak percaya saat hidayah itu datang berupa mimpi dan keesokan harinya aku mantap berjilab. Walau hampir sebagian teman kuliahku menganut demokrasi yang tinggi tapi mereka agak terkejut juga melihat perubahanku. Aku sendiri nyaman seperti ini, ini juga memudahkanku untuk semakin baik  menekuni bidang mode hijab di Jakarta yang saat ini sedang booming. Selain bisa menjadi muslimah yang baik aku juga bisa syiar kepada sesama muslimah yang sedang ingin belajar berhijab.

                " Pacarmu mana?", Tanyaku dengan mata berkeliling mencari sosok Rinjani, adik dari sahabatku untuk sukses khilaf karena mau pacaran sama Rama. Rama melirik kearah Debby dan Rinjani yang tengah membagi – bagikan souvenir untuk para tamu.

                " Rinjani matanya normal kan Ram? ", tanyaku yang manghasilkan kerutan didahi Rama. Ia mengangguk bingung.

                " Kok mau ya sama kamu", lanjutku yang langsung disambut pelototan serta muka garang Rama. Aku terbahak – bahak melihatnya.

                " Santai bro.. becanda, lagian Rinjani bagus banget untuk memperbaiki keturunan keluarga kita",Sekali lagi si Rama melototkan matanya padaku. Sebenarnya Rama tidak jelek – jelek banget sih, kan sebelas dua belas sama aku. Kalo dia jelek aku juga dong! Kan kita kembar. Rama dan aku sama – sama berkulit putih pucat, Rambutnya bergelombang yang selama kuliah ia panjangi sampai bahu, untuk wajah, lumayanlah mirip sama siapa ya artis yang akhir – akhir ini sering main film, ehm... Adipati Dolken, nah ya.. mirip sama dia. Tapi tiga tahun tidak bertemu dia, ia jauh lebih berisi, rambut gondrongnya hilang berganti menjadi rambut cepak yang membuatnya terlihat lebih segar.

                " Gimana perusahaan Bapak?", tanyaku padanya. Ia tersenyum penuh kebanggaan.

                " Bulan depan aku buka cabang ke tujung di Sumatra",

                " WOW!!",

Ini kejutan! Rama berhasil berdamai dengan Bapak setelah lulus kuliah, lalu mengambil tongkat kekuasaan bapak di perusahaan mabel bapak dan sejak dalam kepemimpinannya usaha keluarga wiryawan maju pesat.

                " Biasa aja kali", sahutnya yang membuatku terbengong – bengong dengan kejeniusannya dalam bidang usaha.

                " Akhirnya kamu lebih pinter juga ya Ram",

                " Sial",

Kami kembali terdiam, entah apa yang ada didalam fikirannya hanya saja ini sangat nyaman. Bisa kembali bergabung ditengah keluarga, berkumpul dan merayakan hal yang membahagiakan.

                " Aunty Sin!! Ayo sini!!", Teriakan Fira mengejutkanku. Aku menoleh kearah gadis kecil yang berwajah mirip Mbak Laras dan Mas yoda. Gabungan yang sangat luar biasa. Cantik dan pintar. Aku bangkit lalu menghampirinya.

****

                Aku menempati kamar tamu di Rumah Mbak Laras, seluruh keluargaku kompak menginap di Istana Mbak Laras karena besok mereka berencama akan pergi ke pantai untuk bertamasya dengan tema masih merayakan ulang tahun si kembar yang ketiga.

                Aku sangat merindukan kamar ini, tempat tidur ini, kamar mandi ini, tidak banyak yang berubah hanya lebih terlihat modern karena Mas yoda melakukan renovasi di beberapa ruangan rumahnya tahun lalu. Bagaimana aku tahu? Selama ini keluargaku selalu rutin menelpon dan bervideo call ria selama aku di Paris. Jadi aku tidak ketinggalan berita.

                TOK – TOK

Suara ketukan dari arah pintu membuatku mengalihkan kegiatan bongkar koperku untuk sementara waktu. Aku berjalan kearah pintu dengan jilbab yang kupasang dengan tergesa – gesa.

                " Boleh Mbak masuk ?", Tanya Mbak Laras setelah aku membuka pintu. Aku mengangguk dan memberikan jalan untuk Mbak Laras masuk lalu menutup pintu kembali.

                " Sebagian barang kamu kapan di kirim dari Paris?", Tanya Mbak Laras yang sudah duduk dengan santai di atas ranjang sambil mencermatiku yang kembali berkutat dengan koper.

                " Dari Paris besok pake flight pagi", Jawabku. Aku menutup koperku lalu bergabung bersama Mbak Laras di atas ranjang. Rasanya sudah lama sekali kami tidak seperti ini, curhat dikamarku, bercerita hingga subuh lalu paginya kesiangan berangkat aktifitas.

                " Kamu sudah mantap berjilbab Sin?", Tanya Mbak Laras. Aku mengangguk.

                " Alhamdulilah..ehm.. Sinta.. bagaimana denganmu dan Oscar?", Mbak Laras ragu – ragu menyakan hal yang sangat tak ingin ku jawab. Aku dan Oscar? Kami sudah berakhir setahun yang lalu saat tiba – tiba saja ia mengatakan tidak bisa menungguku lagi. Masih segar dalam ingatanku betapa aku begitu mencintainya sebelum aku pergi.

# FLASH BACK ON #

Aku memeluk bingkisan yang Nabila titipkan padaku sembari melambaikan tangan pada keluarga yang melepas kepergianku dengan uraian air mata serta senyum haru. Aku semakin memeluk bingkisan yang ada dipelukanku dengan erat. Ini bingkisan pertama dan terakhir yang Oscar berikan padaku.

 

Aku tak kuasa melihat kesedihan terpancar dari mata indahmu, Sayang...

Aku melepasmu dengan sepenuh hatiku, Jaga diri kamu baik – baik...

Lukisan ini adalah lukisan yang akan selalu membuatmu mengingat betapa aku mencintaimu...

Dan juga Cincin ini... ku mohon jaga baik – baik seperti kamu menjaga hatiku.

Aku akan menunggumu, Sayang...

Yang mencintaimu,

Oscar

 

                Aku menangis meraung – raung di dalam pesawat, setelah pesawat lepas landas aku membuka bingkisan yang Oscar titipkan pada Nabila. Sebuah lukisan yang ia lukis beberapa hari yang lalu. Begitu indah, membuatku tak kuasa terus meraba setiap gurat – gurat wajahku yang ia lukis dengan tangannya yang berbakat. Di tambah Cincin yang kini berada dalam genggamanku.

                " Aku berjanji akan menjaganya Oscar... Aku akan menjaga semuanya seperti kamu menjaga cinta kita.. ",

# FLASH BACK OFF #

                " Sinta...", Mbak Laras menyadarkanku dari lamunanku yang saat itu begitu merana harus berpisah dengan Oscar.

                " Aku sudah tidak ada hubungan lagi dengan Oscar, Mbak. Kami sudah lama memutuskan untuk berjalan masing – masing ", Penjelasan dariku membuat Mbak Laras menatapku tak percaya.

                " Benarkah? Tapi..",

                " Sudahlah Mbak.. aku tidak ingin membahas itu lagi, aku ingin focus dengan masa depanku yang akan aku mulai kembali disini", Potongku saat Mbak Laras ingin membahas Oscar lagi. Aku tidak akan kuat jika masih ada nama Oscar disebut – sebut. Aku takut semua kekuatan yang selama ini kubangun hancur dan tak akan bisa kubangun lagi.

                " Ya sudah, Mbak akan hargai itu, kamu istirahat ya.. kamu pasti capek belasan jam didalam pesawat, Mbak keluar dulu ", Mbak Laras beranjak bangkit dari ranjangku lalu keluar dari kamar. Aku sendiri masih terdiam di atas ranjang. Kembali mengingat betapa saat itu hatiku hancur, saat Oscar dengan tega mengatakan kata untuk mengakhiri hubungan kami. Aku memang tidak pernah berharap besar padanya tapi aku mencintainya, cinta yang tidak pernah berharap lebih, hanya perasaan tulus yang kuberikan untuk pria bernama Oscar.

                Aku meringkuk diatas ranjang dengan tangisku yang kembali pecah. Aku benci menjadi cengeng, aku membenci diriku sendiri yang ternyata belum bisa mengiklaskan semuanya.

*****

                Pagi ini seluruh keluarga berangkat menuju sebuah pulau yang masih dalam kepulauan seribu dengan kapal jet pribadi milik Mas Yoda. aku sendiri lebih memilih beristirahat karena siang ini aku akan pergi ke butik untuk melanjutkan pekerjaanku yang masih kujalani walau jarak yang terpisah jauh. Nabila juga sudah tahu akan kedatanganku kemarin, ia adalah salah satu orang yang menyambut bahagia ketika aku memutuskan untuk berjilbab. Ia juga satu – satunya orang yang meyakini bahwa mimpi yang datang malam itu adalah sebuah hidayah yang tidak boleh ditolak.

                Aku mengenakan gamis berwarna biru toska bergradasi ungu tua, lalu jilbab berwarna ungu tua serta tak lupa dengan wedges lima senti yang selalu setia menemaniku kemanapun aku pergi. Aku meminjam mobil Mas yoda karena mobilku – hasil dari bekerja di Paris – baru akan tiba di Jakarta besok malam. Aku meminjam VW warna putih yang biasa Mbak Laras pakai. Setelah menelpon Nabila kalau aku akan kesana aku melajukan mobilku keluar dari istana Mas Yoda. tapi baru saja mobil ini akan keluar dari pekarangan rumah sebuah Hammer warna Putih dengan gagahnya masuk kedalam pekarangan rumah. Aku menghentikan mobil, tepat disampingnya mobil besar itu. Tak lama sebuah raga keluar dari dalam mobil dengan santai, ia melepas kaca matanya lalu menekan tombol otomatis untuk mengunci pintu mobil.

Oscar...

                Jantungku bergegup tak karuan, nafasku tersengal, tanganku bergetar. Bagaimana ini? Bagaimana bisa ia datang kesini. Ia mendekat kearah mobil yang kukendarai.

                TOK – TOK

Aku masih mengalihkan pandanganku kearah samping. Mencoba untuk mengatur nafas serta menyiapkan mentalku untuk menghadapinya. Setelah siap perlahan aku menurunkan kaca mobil.

                " Assalamualaikum Oscar", Sapaku yang disambut oleh matanya yang membelalak kaget saat melihatnya.

****

Maaf ya sabtu - minggu saya libur uplot, hehehehe
maaf juga karena part ini alurnya saya buat kilat dan cepat banget. Masalah Oscar dan jati dirinya akan saya bahas di part selanjutnya.

Saya juga  mau ngucapin banyak - banyak terima kasih untuk yg sudah berkenan vote dan comment, saya nggak percaya cerita saya ini sempet masuk daftar terpopuler, saya terharu banget dengan respon kalian yang bagiku luar biasa banget untuk tulisan segaje ini. kalian luar biasa! *sambil ngacungin dua jempol*

Love,

bebyZee

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

301 87 7
menceritakan tentang Alika Putri Malinda yang mencintai seseorang pendatang baru dalam hidup nya tanpa mereka ketahui ternyata kedua orang tua mere...
3.3M 258K 51
Maret, 2018 #2 chicklit #1 rank pilot #12 #14 Bea hampir yakin kalau apa yang dikatakan mamanya benar, berpakaian selalu serba hitam turut membawa ke...
616K 49.6K 29
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
20.9K 678 7
Hidup vernita velikcia sebelumnya baik baik saja tak ada satu pun orang mengganggunya. tapi semenjak kehadiran dosen barunya andra saputra sekaligus...