AIR (Ketika dua air yang berb...

By Rex_delmora

136K 16K 2.2K

Bagaimana bisa? Apa yang akan terjadi? Pria yang berprofesi sebagai penerbang bertemu dengan wanita yang beke... More

AIR*1
AIR*2
AIR*3
AIR*4
AIR*5
AIR*6
AIR*7
AIR*8
AIR*9
AIR*10
AIR*11
AIR*13
AIR*14
AIR*15
AIR*16
AIR*17
AIR*18
AIR*19
AIR*20
AIR*19 (Back to the Semarang)
AIR*20 (Jurang pemisah)
AIR*21 (Pacarku Koplitot)
AIR*22 (Musibah membawa berkah)
AIR*23 (ENDING)

AIR*12

4.4K 677 106
By Rex_delmora

Betapa hati bahagia saat seseorang yang masih tertinggal di dalam hati kembali berdiri di hadapan kita. Mungkinkah bunga yang layu akan kembali merekah? Mungkin saja bisa. Tapi, bagaimana jika pikiran dan secuil hatinya sudah mulai terukir dengan nama yang lain?

"Terakhir kamu pulang kapan?" tanya Dedy saat sedang menemani Prilly berjalan-jalan di pantai Losari sore itu.

"Dua bulan yang lalu saat kapal sandar di Tanjung Mas, Semarang." Saat ini mereka sedang menikmati keindahan ikon dari kota Makassar.

"Pulanglah." Dedy berkata lirih membuat Prilly menghentikan langkahnya dan menoleh ke sebelahnya.

"Kenapa?" tanya Prilly dengan perasaan yang tak tenang.

"Nggak papa, bulan kemarin aku baru aja pulang ke Jawa. Aku sempat mampir ke rumah kamu," jelas Dedy lalu menggandeng tangan Prilly untuk melanjutkan berjalan di sebuah warung sederhana yang ada di pinggiran pantai.

"Terus, kamu ketemu sama Mami dan Papi," tanya Prilly yang mengikuti Dedy duduk di lesehan dengan pandangan sunset di pantai Losari.


"Iya, aku bertemu mereka dan ...." Dedy menggantungkan ucapannya.

"Dan apa?" tanya Prilly tak sabar.

"Aku lapar, kita pesan pisang epe ya? Kamu belum pernahkan makan pisang ape kan?" kata Dedy lalu memesankannya tanpa persetujuan dari Prilly.

Perasaan Prilly ada yang mengganjal dan dia masih penasaran dengan kata yang menggantung dari Dedy tadi.

"Taraaaa ... kita makan dulu." Dedy membawakan pisang bakar yang di pipihkan dan di atasnya disirami dengan gula merah.

"Ini yang namanya pisang ape?" tanya Prilly lalu mengambil sendok dan mencicipinya.

"Iya, enak nggak?" tanya Dedy menunggu jawaban dari Prilly.

"Hhmmmm, enak, manis."

Dedy tersenyum dan mengikatkan rambut Prilly dengan karet gelang agar tidak mengganggunya saat menikmati pisang ape karena hembusan angin sore itu semakin kencang.

"Rambut kamu udah panjang, jangan di potong ya? Cantik kalau panjang." Dedy berkata sambil merapikan rambut Prilly yang selesai dia ikat.

"Emang dulu aku nggak cantik, gara-gara rambutnya pendek kayak cowok. Gitu maksud kamu?" Prilly berpura-pura ngambek dan mencibikan bibirnya.

"Kamu itu cantiknya alami dan aku sangat menyukainya. Nggak neko-neko, nggak kayak cewek yang lain. Apa adanya," puji Dedy membuat hati Prilly menghangat dan mengulum senyumnya.

"Udah, habisin dulu. Sudah mau magrib, kita solat dulu nanti," imbuh Dedy lalu mereka menghabiskan pisang ape tadi.

Selesai membayar Dedy menggandeng tangan Prilly untuk melewati jembatan menuju ke sebuah masjid yang unik di pantai Losari itu.

"Subkhanallah Dedy, masjidnya bagus banget. Ini masjidnya di atas air dan punya 2 menara dan 2 kubah." Prilly terkagum-kagum melihat rumah Allah itu mengapung di atas lautan Pantai Losari.

"Sudah ayok! Nanti kita telat berjamaah." Dedy mempercepat berjalannya masih menggandeng tangan Prilly.

Mereka berpisah di depan masjid untuk menuju ke tempat wudhu. Entah mengapa hati Prilly tidak tenang. Pikirannya selalu tertuju kepada Ali. Sudah setahun lamanya dia tidak mendengar kabar Ali. Namun dia juga tidak pernah bisa melupakan Ali. Jika boleh jujur, sebenarnya Prilly sangat tersiksa menahan perasaan dan meninggalkan Ali begitu saja. Namun bagaimana lagi, ini harus dia jalani karena ini juga sudah menjadi keputusannya.

"Alhamdulillah," ucap Dedy lega setelah melaksanakan sholat berjamaah.

Kini Dedy dan Prilly sedang berjalan menyusuri Pantai Losari. Pantai Losari tidak mempunyai pasir seperti di pantai-pantai lainnya, sehingga pengunjung tidak dapat bermain pasir di pantai itu. Selain itu di sana juga tidak boleh berenang, karena airnya sangat dalam, berbahaya untuk kegiatan renang. Sebagai gantinya, di pantai itu terdapat wahana permainan air seperti perahu, sepeda air, dan banana boat. Walau pun tidak memiliki pasir, di sepanjang pantai dibuat tanggul beton untuk menahan ombak, di tanggul beton itulah biasanya banyak orang yang memancing ikan.

"Kamu mau makan apa?" tanya Dedy saat mereka melewati beberapa tempat makan.

"Ikan bakar, boleh juga." Prilly mengelus perutnya, mengkode Dedy jika dia sudah lapar.

Dedy tersenyum, menarik kepala Prilly lalu mengapit di bawah ketiaknya dan mengacak rambut Prilly pelan. Prilly tertawa namun hatinya menggantung tak seperti dulu. Entah mengapa pikirannya selalu teringat Ali.

"Mau makan di mana ya?" Dedy memilih-milih sembari melihat-lihat daerah sekitarnya.

"Dedy, aku sudah lapar. Apa kamu bisa lebih cepat memutuskan tempat kita mengisi perut?" Prilly bergelayut manja di lengan kekar Dedy.

"Mmmmm kita makan ikan bakar Lae-Lae." Dedy segera menarik tangan Prilly untuk ke sebuah restoran terdekat.

Seharian ini Prilly berusaha membahagiakan hatinya, karena ada Dedy menemani hari-harinya selama di Makassar. Namun apa kenyataannya, pikirannya justru melayang kepada Ali.

"Ikan Baronang Bakar, cah kangkung dan es teh." Pelayan restoran itu menurunkan makanan yang sudah Dedy pesan tadi.

"Terimakasih Nona," ucap Dedy kepada pelayan tadi.

"Hhmmmm harum. Cacing di perutku sudah tidak sabar minta makan." Prilly berkata manja ke arah Dedy.

Dedy yang selalu peka dengan kode-kode Prilly lalu mencuci tangannya dan mulai mengambil daging ikan bakar yang sudah di hadapan mereka itu.

"Aaaaa, buka yang lebar." Dedy menyuapi Prilly, sejak dulu mereka masih pacaran Dedy sangat memanjakan Prilly.

"Ya Allah kenapa hatiku tidak tenang? Kenapa berat hatiku melakukan hal ini dengan Dedy. Harusnya aku saat ini berbahagia karena Dedy di hadapanku. Tapi kenapa bayang-bayang Ali selalu menghantuiku?" Prilly membatin sambil mengunyah makanan yang Dedy suapin tadi.

"Ded ...." Panggil Prilly pelan saat Dedy sibuk memilihi duri di dalam ikan.

"Apa ....?" sahut Dedy lembut menggetarkan hati Prilly dan menatapnya.

"Kamu tadi belum selesai bicara. Mami sama Papi sehatkan?" tanya Prilly yang memang sedari tadi menahan rasa penasarannya.

"Iya, sehat. Aaaaa." Dedy menyuapi Prilly untuk kesekian kalinya.

"Terus kamu ketemu siapa lagi waktu main ke rumah?"

"Mbah Kakung, Mbah Putri, Fia, Tante dan Om kamu juga." Prilly masih belum puas dengan jawaban Dedy.

Prilly merasa Dedy menyembunyikan sesuatu darinya.

"Cuma itu?"

"Aku sudah menerima lamaran putrinya Pak Baskoro," ucap Dedy yang mengalihkan pertanyaan Prilly dan seketika membuatnya shock.

Prilly berhenti mengunyah dan menjadi sangat sulit menelan makanan yang ada di dalam mulutnya.

"Selesaikan makannya, habis ini aku antar kamu balik ke kapal." Dedy berkata tak menatap wajah Prilly. Dia mencuci tangannya dan berniat untuk membayar makanannya.

"Tunggu!" Prilly menahan pergelangan tangan Dedy.

"Sudah ya ... kita pulang. Kamu besok harus muat kontainer pagi kan? Kita pulang." Dedi tak menghiraukan Prilly yang sudah menggantungkan air matanya di pelupuk.

Prilly masih duduk terpaku dan mencerna apa yang Dedy katakan tadi. Menerima lamaran? Itu berarti Dedy yang di lamar bukan Dedy yang melamar. Pikir Prilly meneteskan air matanya. Tanpa berucap apa pun Dedy menarik tangan Prilly dan menggenggamnya erat. Mereka berjalan saling mengeratkan genggamannya.

"Apa aku sanggup melepaskan dia tuk kedua kalinya ya Allah. Begitu sulitkah untuk kami bersatu? Apa ini takdir-Mu untuk kami?" Prilly membatin dan terus melangkah mengikuti kemana langkah kaki Dedy membawanya.

Di sepanjang jalan mereka tak bersuara hanya terdengar isakan tangis dari Prilly yang tertahan. Dedy menghentikan langkahnya di ujung dermaga kayu di atas Pantai Losari. Prilly masih menunduk tak ingin melihat wajah Dedy. Tak lama kemudian Dedy mengangkat dagu Prilly pelan. Wajah Prilly sudah basah dengan air mata dan saat Prilly melihat wajah Dedy, dia terkejut. Ternyata pipi Dedy sudah basah dan dia mengulum bibirnya, apa Dedy menahan tangisnya agar tak bersuara? Pikir Prilly saat melihat itu.

"Sampai detik ini aku masih mencintai kamu. Tapi, pulanglah ada orang lain yang menunggu kamu di sana." Dedy menangkup wajar Prilly dan membiarkan air mata keduanya selalu lolos begitu saja.

"Apa maksud kamu?" tanya Prilly yang tidak paham dengan kata Dedy tadi.

Dedy menarik Prilly ke dalam dekapannya. Dia memeluk Prilly erat dan Prilly pun membalasnya tak kalah eratnya.

"Ali, dia masih menunggu kamu di sana. Aku bertemu dengannya dan dia meminta kamu ke aku secara gentle dan aku menghargainya. Dia mencintai kamu Sayang. Aku juga sudah menerima lamaran dari putrinya Pak Baskoro," jelas Dedy membuat hati Prilly nyeri dan perih.

"Kenapa kamu lakukan itu?" tanya Prilly yang masih memeluk Dedy.

"Jangan tanya kenapa, karena kamu tidak akan pernah mengerti. Aku akan ikut bahagia kalau kamu terima Ali. Dia orang yang baik dan aku melihat ketulusannya."

"Kenapa kita nggak bisa bersatu? Aku masih mencintai kamu dan kamu masih mencintai aku, Ded."

"Bullshit kalau orang berkata cinta tidak harus memiliki. Cinta perlu diperjuangkan dan harus dimiliki. Tapi aku sadar, aku kalah darinya. Aku sudah melepaskanmu dan ada orang lain yang sudah memperjuangkanmu. Pulanglah, temui dia."

"Tapi aku nggak bisa melupakanmu. Itu sangat sulit dan menyiksaku, Ded."

"Aku nggak pernah meminta kamu buat lupa sama aku, begitu juga aku yang nggak mudah lupain kamu. Jangan lupakan kenangan kita, tapi mulai sekarang kita harus belajar mencintai orang lain. Untuk jatuh cinta itu mudah, tapi untuk mempertahankan itu sangat sulit."

"Kenapa nasib kita seperti ini, Ded?" tanya Prilly yang tak rela Dedy meregangkan pelukannya.

"Mungkin Allah sudah mempersiapkan kehidupan yang lebih baik untuk masa depan kita. Mungkin saja Allah sudah merencanakan yang lebih indah untuk hidup kita besok, walau kita nggak bersatu. Percayalah rencana Allah itu lebih indah dan Dia lebih tahu apa yang terbaik untuk kita." Dedy berkata lembut hingga menyentuh hati Prilly.

"Kamu harus kenalin aku sama calon istrimu itu. Kamu sudah mengenal Ali tanpa aku tahu," kata Prilly manja sambil mengusap air matanya dengan lengan tangan.

"Besok ya sebelum kamu berangkat. Aku ajak dia menemui kamu dulu ke pelabuhan."

"Iya."

"Kamu harus bahagia ya? Jangan menjadikan aku beban dalah hati kamu. Lakukan semua hal sesuka hati kamu."

"Apa aku harus menerima Ali, Ded?"

"Apa kata hati kamu?"

"Entahlah, tapi pas aku memutuskan buat ninggalin dia, hatiku berat."

"Belajarlah mencintai dan menerima dia. Aku lihat dia baik dan sepertinya dia benar-benar mencintai kamu. Dia serius sama kamu. Buktinya dia sering datang ke rumah kamu, tanpa ada kamu. Dia mendekati keluargamu. Dia gentle, aku menyukai caranya untuk mendapatkanmu." Dedy melihat ke dalam manik mata Prilly.

"Ded, jangan paksa aku untuk secepatnya menerima Ali. Aku butuh waktu." Prilly berkata menatap ke dalam mata Dedy.

"Aku nggak paksa kamu dan aku akan belajar mencintai Dewik."

Hati Prilly nyeri dan darahnya berdesir panas saat Dedy menyebut nama wanita lain dari bibirnya. Baru kali ini Dedy mengucap nama wanita lain di depan Prilly, tapi sekali dia mengucap membuat hati Prilly sakit, seperti tertusuk pedang bertimah panas.

"Apa kita akan bahagia denga pasangan kita nanti, Ded?" tanya Prilly bodoh dan membuat Dedy tersenyum.

"Lepaskan yang menjadi beban kamu, hiduplah dengan kenikmatan yang Allah berikan. Menerima yang ada untuk dijalani. Bersyukur dan ikhlas itu kuncinya." Dedy mencolek hidung Prilly.

"Kenapa kamu lebih pilih Dewik itu dari pada aku?" tanya Prilly sedikit protes kepada Dedy.

"Kamu nggak akan paham dengan duniaku sekarang Sayang. Demi negara dan kekuatan jiwa korsa seorang pengabdi negara harus rela mengesampingkan urusan Pribadinya ...."

"Dan kebahagiaannya?" sambung Prilly cepat dengan perasaan yang tidak terima. Dedy hanya mengangguk.

"Apa sekejam itu aturanmu, Sayang?" Prilly sengaja mengucap panggilan mereka dulu saat masih berpacaran.

"Aku akan merindukan suara kamu saat memanggilku seperti itu. Walau kamu cewek tangguh dan jagoan tapi kalau sama aku manjanya nggak ketulungan."

"Manjanya cuma sama kamu kok. Kalau dengan yang lain nggak manja," kata Prilly dengan suara manjanya.

"Kalau nanti kamu dan aku sudah menikah dengan pasangan sendiri-sendiri, jaga hati kamu biar nggak tertarik lagi. Aku takut nanti kita malah selingkuh." Prilly tersenyum mendengar perkataan Dedy tadi.

"Mana bisa hati dibohongi dan diatur-atur," bantah Prilly.

"Iya setidaknya kita bisa mengontrol hati kita masing-masing kan, Yang."

"Nggak janji."

"Yaudah, kalau begitu kita nggak usah ketemu dan lost contact. Aku nggak mau nanti Ali dan Dewik cemburu. Itu nggak adil buat mereka. Mengertilah dan berpikirlah dewasa, Yang."

"Yakin bisa jauh dan ninggalin aku?"

"Sulit tapi harus!"

"Aku mencintaimu, Yang," sambung Dedy menatap lekat wajah Prilly.

"Aku juga masih mencintai kamu, Yang," balas Prilly.

Perlahan Dedy menarik tengkuk Prilly, tanpa menolak Prilly memejamkan matanya dan semakin lama dia merasakan bibir kenyal menyentuh bibirnya. Hembusan nafas hangat menyapu wajahnya. Dedy mulai melumat bibir Prilly sangat lembut. Kekenyalan bibir Dedy menarik Prilly untuk membalasnya.

Decapan dari ciuman bibir mereka terdengar di gendang telinga keduanya. Deru ombak dan bisikan angin membuat melodi yang indah bagi mereka. Hembusan udara malam di Pantai Losari tak terasa karena mereka telah menciptakan kehangatan sendiri.

Dedy menarik pinggang Prilly agar tak ada celah diantara mereka. Hanyut dalam situasi dan didukung dengan tempat yang sepi. Membuat mereka menikmati ciuman itu. Prilly mengalungkan tangannya di tengkuk Dedy. Lidah mereka bersilat dan mereka saling bertukar saliva yang terasa asin karena bercampur air mata. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka berdua, mereka sama-sama menikmati ciuman itu, namun air mata mengiringi ciuman itu. Dan mereka membiarkannya begitu saja.

Apakah ini yang di namakan cinta sejahati? Rela melepaskan walau hati tersakiti? Apa hidup akan selalu terbelenggu dalam bayang-bayang masa lalu saat kita sudah melangkah ke depan? Entahlah, tapi inilah kehidupan. Kadang kita harus merelakan sesuatu yang menyenangkan, walau hati sakit dan pedih, namun jika itu memang jalan yang terbaik untuk masa depan, kita harus merelakannya. Cinta sejati mampu merelakan dan melepaskan untuk berbahagia. Falling in love is easy, but stay in love is very difficult. Jatuh cinta itu mudah, tapi mempertahankan cinta itu sangat sulit.

#############

But I know that you'll find another. That doesn't always make you wanna cry.

Aku mau nangis dulu ah.
No comments!
Bay!!!!

Makasih vote dan komennya.
Muuuuaaaahhhhh

Colek dulu ah tumbuku widy4HS ama anak sedengku ebiiefebriana

Continue Reading

You'll Also Like

15.6M 1.2M 62
Laki-laki itu menatap tajam gadis di hadapannya. "Kenapa dekat-dekat dia?" tanyanya dengan marah tertahan. Gadis itu mendongak menatap pacarnya itu...
4.3M 167K 41
di jodoh kan di usia 15 tahun karna wasiat kakek dan itu ngebuat semua cita-cita yang aku mimpi-mimpikan sejak dulu hilang semua nya, digantikan deng...
78.9K 4.8K 23
Aliando Risky Ardiansyah. Most wanted sekaligus kapten basket di SMA Galaxi, selain itu Aliando juga ketua Thunder Gang, geng motor terbesar di kota...
549K 40.6K 36
(TERINSPIRASI DARI KISAH NYATA) Katamu aku tempatmu bermuara. Telah lama kutunggu-tunggu, kapalmu tak pernah sampai padaku. Lalu muara mana yang seda...