The Second Chance ( The Wirya...

By bebyZee

1M 61.3K 1.4K

Note : Bab 13 - Epilog ( Private ) Aku hanya ingin dicintai dan mencintai.. Seperti Sinta dan Rama dalam kisa... More

Prolog
Part 1 - Kehilanganmu
Part 2 - Emosi!
Part 3 - Ini Keputusanku..
Part 5 - Penjelasan..
Part 6 - Sampai bertemu lagi!
Part 7 - Welcome to the world, baby!
Part 8 - Move on..
Part 9 - Calon ?
Part 10 - Insiden Jus Tomat...
Part 11 - Lukisan Alwan...
Part 12 - Bersamamu...
Part 13 - Kamu adalah Dia...
Part 14 - Its All About You..
Part 15 - Still About You...
Part 16 - I Hate to Leave You...
Part 17 - New Life...
Part 18 - Remember You...
Part 19 - What's going on with you?
Part 20 - The Fact !
Part 21 - Cepat sembuh ya...
Part 22 - Congratulation Nabila !!
Part 23 - Proposal...
Part 24 - Proposal II
Part 25 - Our Second Chance...
Epilog

Part 4 - Pertemuan..

42.9K 2.4K 38
By bebyZee

Delapan Bulan sudah aku menyandang status sebagai jomblo alias singel, jujur agak sedikit galau apalagi teman – teman kuliah masih suka menanyakan kabar Rafki disaat acara ngumpul – ngumpul dan itu berarti aku harus cerita pada mereka walau hanya inti – intinya saja. Sekali lagi, aku akan belajar untuk mengiklaskan perasaanku kalau kami memang sudah tidak berjodoh. Tapi sepertinya usahaku untuk iklas tidak sejalan dengan yang Rafki rasakan, ia justru masih memburu maafku walau ia sudah bicara panjang lebar dengan Bapak dan Ibuku.

Hari ini Mbak Laras mengadakan acarana nujuh bulanan untuk mensyukuri kandungannya yang menginjak umur ke tujuh bulan. Mas Yoda memang top banget, pulang dari bulan madu Mbak Laras langsung hamil dan itu membuat keluar kami sungguh bahagia. Rasanya kebahagiaan yang sudah ada semakin bertambah.

Berjalan dengan Kebaya dan Kain batik ketat yang membalut tubuh memang sedikit membuatku kewalahan dan hari ini aku sukses menabrak tiga orang dan salah satunya juga sempat terinjak oleh high heels’ku dan karena hal itu akhirnya aku memakai kembali flat shoes andalanku. Aku berkeliling untuk menyalami sodara dan rekan Mas Yoda yang tak berhenti datang sambil membawa bingkisan. Untungnya ada sepupuku yang setia membantu, Debby – Anak dari Pakde Arman- yang umurnya sepantaran aku dan Rama.

                “ Sinta, tolong bawain kado – kado ini kedalem ya,,,abis disini udah penuh, sumpek banget”, Ujar Debby sambil melirik kado – kado berukuran besar yang diberikan oleh relasi Mas Yoda.

                “ Oke deh, tapi Rama kemana sih? Suruh bantuin nemenin kamu eh malah ngacir”, Sahutku setengah sewot. Debby terkekeh geli.

                “ Kayak nggak tahu dia aja deh, dia kan paling males ikut acara beginian, suruh pake beskep kayak gitu aja udah perjuangan banget buat Bule, Sin”, Sahut Debby. Aku ikut tertawa mengingat bagaimana sewotnya Rama saat ibu memberikan ( lagi ) beskep yang harus Rama kenakan. Ibu harus meneriakan semua ancamannya, dari mencabut fasilitas motor sampai memotong uang jajan Rama tapi ternyata usaha ibu tidak sia – sia, akhirnya ia nurut dan mau memakai beskep tersebut walau sekarang entah bersembunyi dimana dia.

                “ Yaudah aku masuk dulu ya Deb, aku bawa ya kadonya”, Ucapku sambil meraih tiga kado berukuran sedang sekaligus.

                “ Hati – hati “, Seru Debby saat melihatku yang agak kewalahan.

                “ Iya”,

Aku berjalan pelan – pelan karena pandanganku sedikit agak terhalang karena tingginya kado yang tersusun.

                “ Maaf, bisa beri aku jalan”, Ucapku memperingati orang – orang yang akan melewatiku.

BRUUK!!

Kado – kado itu jatuh tiba – tiba karena aku tidak melihat siapa yang melintas didepanku. Aku segera membungkuk dan memunguti sebelum orang – orang makin ramai berdatangan namun saat tanganku memunguki sebuah Kado kurasakan tanganku menyentuh sesuatu ehm..lebih tepatnya mungkin seseorang. Aku segera menarik tanganku dan mataku bertemu mata itu. mata indah yang saat ini menatapku datar.

                “ Terima kasih”, Ucapku saat ia menyerahkan satu kado terakhir yang tergeletak di lantai. Ia mengangguk dengan wajah tanpa ekspresi. Aku pun hanya mengangguk sambil mencoba berjalan melewatinya namun ia sama sekali tidak mau bergerak.

                “ Berikan padaku, biar saya saja yang bawa “, Ujarnya.

                “ Tidak usah, biar saya saja, anda kan tamu disini”, Sahutku menolak tawarannya secara halus. Namun wajah datarnya kini justru berubah dingin, tatapannya tajam seakan mengancamku. Aku serba salah. Ia kembali mengulurkan tangannya untuk mengambil kado – kado dari tanganku dan kali ini aku membiarkannya saja. Entah mengapa tatapannya membuatku seperti orang bodoh.

                Pria bertubuh tinggi dan bermata indah itu berjalan mengikutiku kedalam rumah, aku mengarahkannya untuk masuk kedalam ruangan bayi yang sudah disiapkan oleh Mbak Laras, tapi untuk sementara ruangan ini difungsikan untuk menampung banyaknya kado hari ini.

                “ Terima kasih atas bantuannya”, Ucapku setelah pria tersebut menaruh kado – kado tersebut diruangan bayi. Aku baru saja ingin beranjak ketika ia mencekal lenganku.

Aku menatapnya tajam “ Siapa namamu?”, tanyanya. Suara bass’nya berhasil menyihirku sesaat. Aku menunduk malu.

                “ Sinta”, Jawabku singkat sambil berusaha melepas cekalannya dan itu berhasil ia mengendurkan cekalannya saat aku menyebutkan namaku. Aku melirik kearahnya sekilas lalu berjalan meninggalkannya dan kali ini ia membiarkanku untuk pergi.

****

                “ Laras, Yoda,  saya pamit ya…semoga persalinannya lancar”, dari jarak yang tidak jauh aku kembali mendengar suara itu lagi. Suara bass yang membuat nafasku tersengal tiap kali mendengarnya.

                “ Terima kasih ya bro udah mau dateng, pake acara repot – repot – repot bawa kado lagi kayak sapa siapa aja”, Sahut Mas Yoda yang terdengar sangat akrab dengan pria tersebut.

                “Santai bro, lagian saya masih ada hutang karena tidak datang dipernikahan kalian, semoga bayi dan ibunya sehat ya…”, Sahut Pria tersebut dengan ramah, ia memandang Mbak Laras sambil tersenyum. Senyum yang sekilas menggetarkan hatiku. Aku kenapa sih?

                “ Sinta!”, Panggilan dari Mbak Laras membuatku terlonjak kaget. Aku menoleh dan menghampiri ketiganya.

                “ Oh ya Pak Oscar, kenalin ini Sinta adik saya, Sinta ini Pak Oscar bos Mbak dulu sekaligus sahabat Mas Yoda, tadi Mbak lihat Pak Oscar membantumu kan?”, Ujar Mbak Laras yang ternyata melihatku dan ehm..Pak Oscar membawa kado  - kado itu.

Aku mengulurkan tangan kearahnya, ia menyambutku “ Oscar”, Ucapnya, suara bass’nya terdengar datar namun masih memberikan efek yang ajaib pada jantungku.

                “ Sinta”,ucapku.

                “ Saya sudah tahu”, sahutnya sambil tersenyum kecil kearahku.

                “ Yoda, Laras, Sinta, saya permisi pamit lebih dulu, semoga Ibu dan Bayinya sehat ya”, Ujar Pak Oscar yang berjalan bersama Mas Yoda kearah pintu sedangkan aku masih mematung ditempatku. Tanganku bahkan masih terulur entah apa yang membuatku bisa jadi seperti ini tapi yang jelas Pak Oscar tidak baik untuk kelangsungan jantungku.

 ****

 Oscar…kenapa nama itu terus saja terngiang dikepalaku, sebenarnya aku kenapa? Memang ada apa dengan Oscar? Selain kalau dia tampan, bertubuh atletis, cool dan oke…dia Perfect, bagiku.

                Aku masih memandang kertas kosong dihadapanku, harusnya aku isi dengan desain hijab tapi aku justru hanya bisa mengetuk – ketukan pensilku tidak jelas. Ini semua efek dari seorang Oscar, kenapa harus ada pria sesempurna dia? apa ini efek lamanya aku menjomblo? Sepertinya iya.

                “ Sin, kita makan siang yuk!”, Ajakan dari Nabila membuatku tersadar dari seluruh lamunanku. Aku menoleh kearah pintu, ia sudah berdiri dengan senyum khas’nya. Aku mengangguk lalu berjalan mengikutinya.

Makan siang kali ini Nabila mengajakku untuk makan disalah satu restoran langganannya. Restoran ini kabarnya milik sepupunya, tapi karena sepupunya itu juga orang kantoran jadi restoran ini dikelola oleh orang – orang kepercayaannya saja.

                “ Kamu mau pesen apa?”, Tanya Nabila sambil membuka – buka buku menu.

                “ Terserah kamu saja, pastikan enak dan bergizi ya”, Jawabku membuat nabila terkekeh geli.

                “ Bergizi? memangnya kamu kurang gizi? “, tanyanya dengan nada menyindir. Aku hanya nyengir, mataku masih asik mengelilingi ruangan yang dinamakan ‘ Black Resto and Café ‘. Kesan dari namanya sungguh tidak terasa saat aku masuk keruangan minimalis yang dindingnya banyak diisi oleh lukisan.

                “ Kami pesen Konro bakar sama Cotto makasar, minumnya Ice Lemon sama, Sin, kamu mau minum apa?”, Ujar Nabila pada seorang waitress

                “ Orange jus aja”,

                “ Satu Orange jus Mbak”,

Setelah mbak – mbak waitress’nya pergi  aku kembali melihat – lihat setiap ruangan yang membuatku benar – benar nyaman berada disini, seperti berada dirumah sendiri.

                “ Semua orang suka banget nongkrong disini, makanya tahun lalu restoran ini sempat buka dua puluh empat jam tapi karena banyak karyawan yang protes jadinya dibalikin normal lagi”, Jelas Nabila sambil ikut melihat – lihat ruangan resto yang di kelilingi oleh poster dan lukisan, ada dua bagian tempat indoor dan outdoor, saat ini aku dan Nabila menempati table yang indoor karena cuaca lumayan terik diluar sana.

Beberapa saat kemudian pesanan kami pun datang. Aku dan Nabila dengan suka cita menghabiskan seluruh pesanan tanpa ampun. Nabila memang awalnya lumayan kaget begitu melihat porsi makanku yang seperti cowok tapi sekarang ia tak akan berkomentar ketika aku berteriak nambah dan nambah.

                “ Sepupuku Alwan suka sekali melukis, dulu sewaktu kuliah di belanda ia banyak mengikuti pameran lukisan, tapi semenjak menjabat sebagai direktur diperusahaan ayahnya ia sudah tidak punya banyak waktu lagi untuk melukis bahkan untuk mampir kesini”, Penjelasan dari Nabila membuatku penasaran pada pria yang lukisan – lukisannya hampir memenuhi seluruh Resto ini. Aku penasaran pria seperti apa yang menghabiskan hari – harinya dengan melukis. Pasti dia pria yang romantis.

                “  Alwan? Namanya bagus ya,,”,Seruku tiba – tiba yang tertarik begitu mendengar Nabila menyebut nama pemilik resto ini.

                “ Kalau tahu nama aslinya kamu bakalan kaget Sin, namanya tuh campuran karena Ibunya asli belanda sedangkan papanya padang – arab “, Sahut Nabila yang makin membuatku penasaran dengan pria tersebut.

                “ Memang nama panjangnya apa?”, tanyaku. Baru saja Nabila ingin menjawab seorang waitress sudah datang sambil membawa bill untuk makan siang kami.

***

 Maaf ya..dua hari saya absen karena waktu libur kemarin saya manfaatkan untuk halal bihalal kerumah saudara dan kerabat jadi boro2 buka watty bales sms aja nggak sempet.

Terima kasih untuk yang sudah setia menunggu part ini. saya akan usahakan untuk selalu cepat update'nya. semoga kalian suka dengan pilihan karakter pria yang saya munculkan dipart ini. ada yang sudah kenal Oscar? kalau belum bisa baca di The Real Love.

Oke..sekian dulu cuap - cuap nggak penting saya, saya tunggu comment dan vote'nya.

Love,

BebyZee

Continue Reading

You'll Also Like

200K 15K 20
Perjalanan seorang wanita lajang yang putus asa oleh cintanya. Bertemu seorang pria lajang yang berusaha menyembuhkan luka hati. Bersama mereka diper...
13.4K 1.5K 44
Aku tidak akan menghilang hanya agar kau menyadari keberadaan ku.. Jangan khawatir sebanyak apapun kamu mengabaikan ku aku akan tetap di sini untuk m...
563K 39.8K 33
"Hanara, will you marry me?" Sebuah kalimat yang akan menjungkir balikkan kehidupan seorang Hanara. Raditya, sahabat yang dicintainya selama bertahun...
780K 31.6K 37
Pernah denger nggak ada mitos yang bilang kalau dua orang yang wajahnya mirip itu berarti jodoh ? dan itu yang dialami nadin, di hari pertama dia men...