Ketua Osis VS Ketua Geng [ON...

By arivanymn_

189K 7.9K 179

"Come on Ra, kalo lo suka sama gue, bilang aja. Meski lo ga suka gue pun ya akui saja lah. Gausah disembunyii... More

Bagian Satu
Bagian Dua
Hei, Zahra is Here!
Bagian Tiga
Bagian Empat
Bagian Lima
Bagian Enam
This is Me
Bagian Tujuh
Bagian Delapan
Bagian Sembilan
Bagian Sepuluh
Bagian Sebelas
Who Am I?
Bagian Tiga Belas
Daniel's Poem
Bagian Empat Belas
Bagian Lima Belas
Bagian Enam Belas
Behind the scene
Bagian Tujuh Belas
Bagian Delapan Belas
Bagian Sembilan Belas
Bagian Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga

Bagian Dua Belas

6.3K 275 1
By arivanymn_

"Kamu..."

"Halo Zahra. Kita bertemu lagi."

Aku hanya terdiam menatap lelaki itu. Tatapannya sama seperti dua hari yang lalu, saat pertama kita bertemu.

"Hei, kok bengong aja? Kamu masih inget aku kan? Atau jangan-jangan kamu lupa ya? Oke, kita kenalan lagi. Nama aku.."

"Gaperlu kenalan. Aku inget kamu, Reza."

Ya, lelaki yang kutemui dua hari lalu di kantin Teh Winda. Lelaki itupun menyandarkan tubuhnya dan menghela nafas lega.

"Syukurlah kalau kamu masih inget." ucapnya

"Emang kenapa kalo aku lupa?"

"Ya berarti kamu pelupa. Dan orang pelupa, gak cocok jadi ketua osis."

Hatiku sesak, rasanya gejolak emosiku memuncak hingga ke ubun-ubun dan ingin rasanya kukepalkan tangan ini dan mendaratkan di pipinya. Namun, untungnya aku bisa mengendalikan emosiku. Kulirik Reza, dia hanya menyunggingkan senyum sinisnya dan tak menatapku sedikitpun.

"Ekhm, Reza, kamu gaboleh bilang gitu ah. Maaf ya Zahra, Reza memang begitu" ucap Pak Koji

"Emm, kalo gitu, Zahra, perkenalkan, ini keluarga Pak Furukawa Koji. Pak Koji ini dia adalah CEO Furukawa Company Group. Perusahaannya bergerak di bidang transportasi di Jepang. Dan ini istrinya, Ibu Reina Minami, dia juga seorang vice president di lisensi hukum."

Pak Koji dan Bu Reina menatapku dengan penuh senyuman hangat. Dan Papa pun menatap ketiga anak Pak Koji.

"Dan ini ketiga anak-anaknya." Ucap Papa sambil menunjuk kepada anak anak yang duduk disebelahku.

"Onii, aisatsu."

Pak Koji menatap lelaki yang duduk diujung sana seolah memberi kode padanya. Kemudian lelaki itu berdiri dan mulai memperkenalkan diri menggunakan bahasa Jepang. Yang kutangkap, namanya Furukawa Rei, mahasiswa di Tokyo Daigaku, atau Tokyo University. Universitas yang paling top di Jepang.

"Ah, maaf ya pak, bu, Rei memang tinggal di Jepang, jadi dia ga bisa bahasa Indonesia. Kebetulan aja sekarang Rei lagi libur, jadi dia datang ke Bandung." Ucap Bu Reina

"Ahh gapapa bu, setidaknya Zahra paham apa yang diucapkan Rei. Ya kan, Ra?"

Mama melirik kearahku. Aku hanya tersenyum membalas lirikan mama, kini giliran Naira yang berdiri memperkenalkan diri.

"Selamat malam, nama saya Furukawa Naira. Saya kelas XI di Alexandra International Highschool. Saya juga rekan kerjanya kak Zahra di OSIS." Kemudian Naira pun membungkukkan badannya dan duduk kembali.

Kini, giliran si rese Reza yang berdiri memperkenalkan diri.

"Selamat malam, nama saya Furukawa Reza, kini saya duduk di kelas XII dari Satya International Highschool. Saya adalah Ketua Osis di SMA Satya." Diapun membungkukkan badannya dan duduk kembali dikursinya.

"Apa? Dia ketua osisnya?? Wait, jangan-jangan nanti......" batinku

"Biasa aja dong liatnya, kaya yang kaget gitu. Ga percaya ya aku ketua osisnya?" Protes Reza

"Biasa aja, aku juga ketua osis disekolah ga bilang-bilang tuh." Balasku

"Ini fyi ajasih, biar kamu tahu kalo aku ini bukan sembarang orang." Bisik Reza.

"Wow, info yang sangat kurang menarik, tuan Reza yang terhormat." Balasku.

"Wah, sepertinya kalian udah saling kenal ya? Sangat diluar dugaan sekali." Ucap mama.

"Iya betul. Oiya, Pak Dzaka. Bu Della. Jadi, bagaimana soal kesepakatan kita? Sepertinya hal ini harus dilakukan sesegera mungkin."Ucap Pak Koji tiba tiba

"Ya ya, saya juga setuju bu." Ucap Bu Reina.

"Kalau begitu, kita laksanakan sesegera mungkin. Tapi untuk acara inti tunggu waktu yang tepat sesuai perjanjian ya Pak, Bu." Ucap Papa.

Mereka semua menatap kami. Aku dan Reza yang sedang sengit berdebat pun terhenti keheranan melihat suasana yang jadi hening ini. Seolah mengerti keheranan kami, papa pun mencoba menjelaskan sedetail mungkin dengan sangat hati hati, namun meskipun papa menjelaskan dengan sangat perlahan, tetap saja hatiku bagai disambar petir mendengarnya.

"Tidak mungkin..."

****

Hari ini akan menjadi hari yang panjang. Karena hari ini akan ada Study Banding dari SMA Satya. Akupun bersiap siap untuk berangkat sekolah. ketika aku berada di gerbang, sebuah mobil Lamborghini Aventador berwarna merah sudah terparkir di depan rumahku. Dan sudah bisa kutebak siapa yang sedang berdiri dibalik mobilnya itu.

"Ngapain kamu kesini?" tanyaku.

Daniel pun membalikkan badannya

"Taunih, nyokap lo nelfon gue katanya suruh jemput lo. Soalnya mobil lo dipinjem nyokap lo."

Akupun melihat ke dalam garasi sana, benar saja, mobilku tidak ada.

"Yaudah deh. Gapapa nih aku bareng kamu?"

"Pertanyaan gapenting. Udah yo cepetan, gue mesti briefing dulu sama tim basket nih."

Aku baru menyadari kalau dia sudah memakai seragam timnya. Nampaknya dia mau tanding sama SMA Satya. Aku pun segera menaiki mobilnya dan pergi menuju sekolah.

"Ra, lo tu bisa dandan ga sih?" Tanyanya

"Kenapa emang?"

"Kali kali kek tampil beda ke sekolah. Rambut dikuncir mulu kaya ekor kuda, pantesan lu jomblo terus."

"Masbuloh? Aku nyamannya gini kok."

"Hmmm yaudah deh. Tapi kali kali tampil beda kan ga ada salahnya."

Aku hanya terdiam, aku masih belum paham dengan maksud "tampil beda" yang dia ucapkan. Setibanya disekolah, aku pamit pada Daniel dan segera berlari menuju ruang osis. Disana sudah ada semua anggota yang bersiap untuk briefing.

"Baik, semuanya, mari kita maksimalkan hari ini. Kita lalukan sesuai dengan rapat kita kemarin. Hari ini kita siap siap Study Banding bersama OSIS-MPK SMA Satya dan ada pula pertandingan Sekarang sudah pukul 09.00 tepat, mari kita keluar. Semuanya, semangat yaa!" Teriak Vina

"SIAAPP." Teriak pengurus yang lainnya.

"Tumben banget ya, Daniel nyuruh aku tampil beda? Apa.. dia merhatiin penampilan aku? Duh, kok aku jadi tiba tiba keinget si Reza ya. Aku takut banget nih hari ini." batinku.

"Hey Ra, ngelamun aja nih. Kenapa sih?" Tanya Annisa

"Eh, Nis, engga kok, aku cuma deg degan aja." Jawabku

Seseorang tiba tiba berlari dan masuk ke ruang osis. Ya, dia salah satu anggota OSIS kelas X.

"Kak, sekarang juga ditunggu digerbang sekolah, rombongan dari SMA Satya udah datang."

Kami semua turun ke gerbang dan menyambut mereka semua. Aku menebar senyumanku pada semua pengurus dari SMA Satya. Namun senyumku pudar ketika sepasang mata yang kukenal itu menatapku. Ya. Furukawa Reza. Dia hanya melirikku dan menyunggingkan senyum sinisnya. Ah, aku benci melihat pemandangan itu.

"Awas saja kau Reza, akan kusingkirkan senyum sinismu itu!"

Acara pembukaan dan perkenalan sudah selesai, dan tibalah saatnya istirahat. Ada beberapa anak yang langsung makan siang, adapula yang memilih untuk shalat terlebih dahulu. Disini tersisa Aku dan Nia, kami berdua fokus menyantap makanan kami.

Pukk. Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku, aku refleks menoleh kearahnya. Ah, dia anak osis SMA Satya. Namanya Kiara.

"Hey, bareng sama kita aja yuk."

Aku dan Nia pun mengangguk dan kami makan bersama. Kami bagaikan artis yang selalu dibanjiri pertanyaan macam macam oleh mereka. Mulai dari kegiatan disekolah sampai hobi dan artis favorit.

"Well well well, kita lihat siapa yang sedang makan bersama kita disini."

Aku kenal betul suara ini. Aku mengadahkan kepalaku, diapun mendelik kearahku. Maksudku, Reza. Dia sengaja menatapku lama agar aku bisa pergi dari sini

"Ah, sepertinya aku harus keluar dulu, makanku juga sudah selesai."

"Jangan terburu buru begitulah. Santai saja dulu disini." Ucap Reza tiba tiba duduk dihadapanku. Nampaknya teman teman yang lainpun tak ada yang curiga dengan gerak gerik anak ini.

"Ah tidak apa apa, saya harus menyusul teman teman saya yang lain."

"Eh, mau kemana kamu Ra?" Tanya Reza tiba tiba

"Tadi sudah kubilang, aku mau pergi mencari temanku." Ucapku ketus sambil beranjak dari kursi

Reza menarik tanganku dihadapan banyak orang. Seketika orang orang memandang kami dengan penuh keheranan. Aku memandang wajah Nia sekilas, tentu saja dia sedang terbelalak melihatku. Ya, bagaimana mereka tidak terkejut, melihat Reza yang tiba tiba menarik tanganku begitu saja seolah kami ini sudah akrab betul. Aku menatap Reza dengan sinis dan memberi isyarat agar ia mau melepaskan tanganku. Namun dia tak kunjung melepaskan tanganku.

"Permisi kakak-kakak semuanya, acara akan segera dimulai. Dimohon untuk kakak-kakak semuanya untuk duduk kembali ke kursinya masing-masing."

Syukurlah, berkat MC itu, aku bisa lepas dari genggaman Reza.

"Baiklah, kakak-kakak semuanya, sekarang mari kita lanjutkan ke acara berikutnya yakni sesi diskusi. Jadi, bagi pengurus osis baik dari SMA Alexandra maupun SMA Satya, silakan untuk pergi menuju ruang osis semuanya, dan untuk pengurus MPK baik dari SMA Alexandra maupun dari SMA Satya, bisa diam ditempat."

Akhirnya, kami semua selaku pengurus Osis bisa keluar dari aula ini. Dan kami mulai berkumpul per divisi. Sekretaris dengan sekretaris. Bendahara dengan Bendahara. Sementara Ketua dan Wakil saling berkumpul juga satu sama lain.

"Untuk Ketua osis dan wakilnya silakan masuk saja ke ruang osis. Maaf, ruangannya kecil, jadi kurang nyaman." Ucapku

Akupun duduk disamping Vina. Dan dihadapanku ada si rese Reza beserta wakilnya. Aku memiliki firasat bahwa Reza sedang memperhatikanku. jadi, aku sengaja memalingkan wajahku dari pandangannya.

"Hey, kamu liat apa sih sampe sampe ga mau liat yang ada dihadapan kamu?" celetuk Reza. seketika aku membelalakkan kedua mataku karena dia lancang sekali berkata seperti itu dihadapan Vina dan wakilnya sendiri.

"Maaf, maksud kamu apa ya?" Tanya Vina.

"Ngga, gaada apa apa. Jadii, dalam diskusi kali ini, kita mau diskusi apa nih?" tanya Reza

"Yaa lebih tepatnya sih saling sharing sharing aja." Jawab Vina

"Oooh gitu. Hmm, kayanya kalo kita sharing tentang organisasi, pada dasarnya semua sama sama aja kali ya. kalo kita sharing yang lain aja boleh ga?" tanya Reza. Aku refleks menatap Reza. Entah kenapa, aku memiliki feeling yang buruk tentang yang satu ini.

"Oh ya betul juga sih. yaudah kita sharing yang lain aja kalo gitu." Ucap Benny, wakilnya Reza.

"Mmm, gimana Ra? lo setuju ga?" tanya Vina. Namun aku hanya terdiam, tak menanggapi permintaan mereka

"Baiklah. kalau Zahra diam, artinya deal ya."

Lagi-lagi aku menoleh kearah Reza. dia sedang tersenyum sinis menatapku. Astaga, apa salahku sampai sampai harus bertemu dengan orang menyebalkan seperti dia?

"Baiklah kalo gitu, aku tertarik banget sama Ketua osis disini. kamu bisa ga ceritakan tentang dia?" Pinta Reza pada Vina.

Aku menatap Vina, dan Vina pun sempat menatap kearahku, dia nampaknya bingung tapi akhirnya dia menjawabnya.

"Zahra ya? kenapa ga kamu tanya langsung aja ke Zahranya? Lagi didepan kamu juga dih." Balas Vina

"Ngga ah, aku mau tau gimana sifat dia di mata oranglain." Jawabnya

"Zahra itu, dia..."

"Permisi. aku mau ke luar dulu sebentar." Ucapku memotong pembicaraan Vina

Aku merasa awkward dan tak tahan dengan situasi ini. Aku keluar dari ruang osis dan pergi menuju taman belakang sekolah. Aku kesal pada Reza, apa maksudnya menanyakanku pada Vina? Dia bukan berniat untuk study banding, tapi dia malah menanyakan yang tidak tidak?
Sungguh, aku ingin hari ini cepat berlalu.

Akupun duduk di bangku taman, disitu memang suasana sedang sepi. mungkin anak anak sedang melihat pertandingan basket antara SMA Alexandra dengan SMA Satya.

"Kamu ngapain disini sendiri?" Tanya seseorang dibelakangku, yang sudah pasti suranya sangat kukenali

"Untuk apa kamu ngikutin aku kesini?" tanyaku balik

"Kamu pasti kesel ya sama aku?"

Akupun membalikkan badanku dan menatap matanya. kutatap dengan sinis seolah menunjukkan bahwa aku benar benar marah padanya.

"Mau kamu apasih, Za? Apa apaan kamu nanya tentang aku ke Vina?"

"Aku ngga ada maksud apa apa kok. Aku cuma iseng, ingin tau aja kamu di mata orang lain itu seperti apa."

"Memangnya itu penting untuk ditanyakan?"

"Bagiku penting. Please, Ra, jangan ngambek gitu. kamu itu kalo ngambek malah makin manis tau ga?"

"Aku ga peduli."

"Tapi aku peduli."

Aku hanya terdiam mendengar ucapannya. aku tak tau apa maksud dia berkata seperti itu.

"Ra, kamu itu beneran lucu deh. Pertama kali aku liat kamu di kantin kemarin, aku tau kalo kamu itu periang dan baik. makanya aku ga percaya kalo kamu bisa secuek ini sekarang sama aku. Padahal, biasanya orang bisa jadi baik banget pas pertama kali ketemu."

"Tapi ini buka pertama kalinya kita ketemu Za. Dan kamu itu, uh, tau ah."

Reza pun mendekatkan tubuhnya padaku, aku semakin menjauh darinya. Tapi, sedikit lagi aku bergeser, maka aku akan jatuh. Dan aku hanya bisa terdiam melihat dia yang sudah berada dihadapanku.

"Aku kenapa Ra? Hmm?"

"Engga. kamu ga kenapa napa. Pergi Za!"

"Engga. Aku gaakan pergi dari kamu. dan kamu juga gaboleh pergi dari aku. Mulai sekarang, ayo kita mengenal lebih jauh satu sama lain. Aku akan menerima kamu...."

"Ngga! aku gaakan mau nerima kamu Za!" aku memotong ucapannya

"Terserah. tapi yang pasti aku bakalan masuk ke kehidupan kamu Ra." ucapnya sambil tersenyum

"Oh My God. Evil ini, kenapa dia begitu tampan? Ingat Ra, dia gaboleh masuk ke kehidupan kamu! Apalagi ke hati kamu Ra, jangan!" batinku

"Ra, aku tau kamu menginginkan aku. Bukankah ibumu bilang kalau aku adalah type kamu banget?"

"Apa? Mama bilang ini sama Reza? Pantas saja dia terus menggodaku. Mama harus bertanggung jawab atas semua kekacauan hatiku ini!" batinku lagi

"Ya, dan kamu juga type aku. Jadi, aku rasa kita sudah cocok. Saking cocoknya, sebentar lagi pun kamu....."

"Apa?!"

"Akan menjadi istriku."

"Oh tidak.. jangan bahas ini lagi Za." batinku

BRAKK

Aku terkejut bukan main mendengar suara pot bunga jatuh ke lantai. Seketika Reza yang awalnya dekat denganku, refleks menjauh dariku. Akupun segera pergi dan melihat ke sumber suara. memang benar, dekat sanggar basket ada pot bunga yang sudah pecah dan isinya berserakan dimana mana. Akupun menatap ke depan, disana ada seseorang yang memakai pakaian pertandingan basket, dan dia sedang berlari kecil menjauh dari tempat ini.

"Tunggu.. rasanya aku kenal dia.. bukankah itu......"

***

Continue Reading

You'll Also Like

959K 29.7K 42
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
1.2M 86.9K 54
BOOK 1 > Remake. 𝘐𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘱𝘢𝘬⚠️ ⚠️𝘥𝘪𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘰𝘮𝘰𝘱𝘩𝘰𝘣𝘪𝘤 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵...
2M 124K 85
[PRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA] __ BELUM DIREVISI Highest Rank 🥇 #1 teenfiction (09/04/22) #1 garis takdir (17/04/22) #1 romance (17/06/22) #...
2.4M 108K 23
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...