A Little Love

By PoppiPertiwi

5.2M 329K 20.3K

[Sebagian cerita ini di private, follow dulu baru bisa baca] Rama Dwipayana dan Ocha Aryasastra terjebak dala... More

A Little Love
PROLOG
1. Hanya Dari Jauh
2. Perjodohan!
3. Senja
4. Hidup Baru
5. Penolakan Lagi
6. Bertahan Atau Mengalah
7. Tak Berpandang
8. Rama & Raka
10. Untuk ke Sekian Kalinya
12. Penasaran? [RAMA]
14. Janji Yang Terlupa
15. Sepucuk Surat
16. Terkuaknya Sebuah Rahasia
17. Ada Apa Denganku?
18. Pangeran Kebencian dan Tragedi di Apartemen
19. Kenangan yang Timbul Kembali
20. Cinta atau Benci
21. Penyesalan
22. Kembalilah Kedekapanku
23. Menguap Hilang Entah Kemana
24. Harapan?
26. Takdir Itu Mempermainkan
27. Terima Kasih
-
28. Menentang Dunia
29. Terbalas Sepenuhnya
30. Belum Berakhir Sampai Di Sini
31. Senja Sempurna
32. Tak Akan Pernah Pudar (END)
Berikan Pendapatmu

25. Memaafkan

129K 10.9K 600
By PoppiPertiwi

"Memaafkan memang mudah, tetapi memaafkan pakai hati butuh perjuangan yang keras."

**

OCHA POV

"Kak Rama turunin!" teriakku tetapi wajahnya tetap datar. Lihat saja nanti. Akan aku balas perbuatannya ini. Baru dikira dia cowok, dia bisa seenaknya gitu? "Kak Rama aku mau kerumahnya ayah aja!" teriakku lagi. Aku menjambak rambutnya tetapi wajahnya tetap sama. Datar.

"Gak. Kamu tinggal di apartemenku aja," ucapnya tenang bahkan terlihat santai. Dasar tukang paksa!

"Gak mau!" ucapku ketus. Dia menulikan pendengarannya dan berjalan sambil menggendongku. Tadi sebenarnya aku ingin kabur saat berjalan di rumah sakit, tetapi dia malah menggendongku dan memasukanku ke mobil dengan paksa.

Sampai di apartemen dia juga menggendongku, katanya dia takut kehilanganku. Benar-benar cowok ini!

"Kamu harus dipaksa ternyata ya?" ucapnya mencoba menggodaku saat menurunkan tubuhku dari gendongannya. Dia mengusap rambutnya yang berantakan dengan sebelah tangan. Lalu dia merangkulku erat. Ketika aku ingin pergi, dia menarikku. Kuat.

"Aku mau ke rumah ayah." Dia menggeleng patah-patah lalu mengunci pintu apartemen yang sebenarnya sudah lama tidak tempati ini aku. Aku masih trauma. Masih takut datang ke apartemen ini. Bayang-bayang kejadian itu terus menghantui kepalaku. Dia mendorongku masuk ke dalam apartemen.

"Coba aja kalau bisa," ucapnya membuatku lesu. Dia memasukan kunci apartemennya ke kantung celananya yang membuatku bertambah lesu. Sekarang kesempatannya untuk bertemu denganku pasti akan sangat banyak. Akan ada banyak kesempatan yang tidak akan bisa aku cegah.

"Kak buka dong pintunya."  Dia menggeleng dan bersidekep sambil bersender di pintu seakan menjaga pintu itu agar aku tidak keluar.

Sebegitu takutnya dia aku pergi darinya?

Dia curang. Dulu aku sangat susah sekali mendekatinya bahkan berbicara kepadanya juga butuh banyak pertimbangan. Tetapi sekarang? Dia sangat gampang sekali membuatku luluh terhadapnya. Bahkan karena perlakuannya yang kemarin, aku semakin jatuh hati padanya.

Perhatiannya membuatku tersadar bahwa dia mencintaiku, tetapi aku masih ragu apakah dia benar-benar menyukaiku?

Aku takut dia hanya menyenangkanku karena aku hamil anaknya. Kalau itu benar, aku tidak tahu lagi harus bagaimana.

"Mikirin apa?" tanyanya memberiku senyuman yang nyata aku lihat di hadapaku. Benar-benar nyata. Dia tersenyum kepadaku seakan menemukan tujuan hidupnya. Aku bisa lihat itu di kedua matanya. Tapi yang seperti aku bilang tadi. Aku masih ragu. Terlalu susah membangun kembali kepercayaan yang sudah dia hancurkan.

Aku menggeleng, "Nggak mikirin apa-apa. Aku mau istirahat aja." aku mengalihkan pembicaraan. Untuk saat ini aku tidak ingin berpikir itu lagi. Secepatnya aku harus menghindar darinya. Karena kalau tidak, aku bisa stres dan itu bisa mempengaruhi kehamilanku.

Aku berbalik dan berjalan tepatnya ke arah kamarku, "Ocha tunggu." panggilnya saat aku ingin membuka pintu.

Aku menatapnya yang berjalan ke arahku. Dia berada di hadapanku sambil merogoh kantung celananya. Dia terlihat ingin mengambil sesuatu. Untuk sejenak aku memperhatikannya. Dulu, dia orang yang membenciku. Menghinaku. Bahkan menyakitiku. Dulu dia orang yang selalu membuatku jatuh. Namun aku masih menyukainya. Bodoh? Ya aku bodoh. Terlalu bodoh karena perasaanku padanya.

"Ini," ucapnya menyerahkan sebuah kertas origami kepadaku. Kertasnya berwarna merah muda yang membuatku ingat dia pernah memberinya dulu kepadaku tetapi aku menemukannya di atas meja dan aku ingat saat itu juga aku membalasnya. Tetapi, sepertinya ini berbeda. Tulisannya terlihat sangat panjang.

"Aku baca yang kamu dan aku buat dulu. Tapi ini baru kubuat," ucapnya seakan tau isi pemikiranku. Dia membalikan badanku agar menghadap ke arah pintu.

"Bacanya di dalem aja ya sambil istirahat." Dia tersenyum, "Kalau gak mau dibaca juga gak pa-pa. Atau kalau kamu mau buang juga gak masalag."

Aku menaikan sebelah alisku. "Aku buang ya?"

Dia tampak menatapku terkejut namun itu hanya terjadi sebentar. Aku bisa melihat raut kecewa berbekas di wajahnya namun ia menutupinya  sekuat tenaga dengan mengirup napas. "Terserah kamu."

Aku lalu mengangguk, "Aku masuk dulu," ucapku kepadanya. Sebenarnya aku hanya ingin menghindarinya. Dia hanya tersenyum lembut terhadapku. Setelah aku masuk kini aku melihat kamar yang sudah lama tidak aku lihat dan tempati ini rapi. Barang-barangnya tidak ada yang diganti. Semuanya masih sama tetapi ada yang aneh. Kamar ini sepertinya terawat.

Aku ingat saat terakhir meninggalkannya dalam keadaan yang hancur lebur, tetapi sekarang mengapa sangat rapi dan... harum?

Aku duduk di ranjang lalu meremas pelan kertas berwarna merah muda yang di berikan Kak Rama. Aku bingung antara membacanya atau tidak.

Baca gak ya?

Aku menatapnya lama lalu memejamkan mataku. Aku tidak tau akan terjadi apa setelah aku membaca ini karena tulisannya sangat panjang. Aku takut goyah akan pendirianku kalau Kak Rama adalah orang yang pernah menyakitiku. Jika mengingat itu aku kembali merasa tak nyaman.

Aku mengembuskan napas pelan lalu membuka kedua mataku. Aku mulai membaca tulisan yang ada di kertas origami itu dengan pelan-pelan. Kedua mataku memperhatikan setiap kata yang ada di kertas berwarna merah muda ini.

Pernah tau tentang karma? Karma adalah proses di mana seseorang mengalami sesuatu hal yang namanya jungkir balik. Apa yang tidak diinginkan terjadi di dalam fase ini.

Mungkin ini karma bagiku karena menyakitimu, tetapi aku mensyukurinya. Aku bersyukur bisa merasakan hal ini karena aku tau kuasa Tuhan sangat besar. Tuhan tidak akan memberi cobaan yang melebihi umatnya, benarkan?

Aku percaya tentang hal itu karena karma telah menyadarkanku dari tatapan gelapku. Cinta menurutku tidak selamanya bahagia tetapi juga tidak selamanya kesedihan. Luka boleh saja ada diantaranya, tetapi cinta lebih besar sehingga bisa mengobati luka. Aku percaya itu.

Yang ku tau sekarang, merindukanmu adalah nafas dalam hidupku, memikirkanmu adalah darah dalam nadiku.

Itulah yang ku tau. Hingga sekarang mungkin kamu membenciku, tetapi tak apa, asal kamu berada di sisiku. Itu sudah cukup. Tidak perduli kamu tidak mencintaku lagi, tetapi aku akan membuatmu jatuh cinta kembali kepadaku. Dengan cara yang baru. Maaf aku memang pengecut menyatakannya di sini, tetapi satu hal yang aku minta...

Tolong pecaya bahwa aku sangat mencintaimu.

-Rama

Aku menggigit bibir bawahku kuat-kuat. Ini manis sekali tetapi sesak di dadaku menjadi-jadi melihatnya. Aku segera bangkit dan keluar. Aku menyeka air mataku yang turun dan mencari keberadaanya.

Apa dia pergi lagi karena aku meninggalkannya?

Aku mendengar suara-suara di arah dapur lalu kakiku tanpa sadar melangkah ke sana. Aku melihat punggung tegap itu berdiri di hadapanku. Dia membelakangiku dan aku hanya terpaku di tempat dengan rasa yang bercampur aduk jadi satu.

"Loh, Ocha kenapa ke sini? Bukannya kamu mau istirahat?" ucapnya dengan suara lembut yang aku tahu suara itu hanya ditujukan kepadaku. Aku tidak terlalu buta untuk melihat itu.

Aku langsung berlari ke arahnya dan memeluknya. Tidak peduli tubuhnya yang menegang sejenak. Yang aku bisa lakukan adalah menangis. Aku cengeng? Memang. Aku butuh sandaran dan aku telah menemukan sandaranku itu. Dialah sandaranku.

Dia mengajarkanku banyak hal. Seperti rasa sakit, patah hati dan pengorbanan.

"Kenapa kamu nangis?" tanyanya dengan suara lembut. Aku malah semakin memeluknya erat dan menangis. "Kamu kenapa, Cha? Ada yang sakit?" tanyanya. Dia membalas pelukanku yang tambah membuatku sesenggukan. Dia membalasku. Dia membalasku. Tapi aku masih takut ini hanya terjadi sementara. Aku takut, ketika aku bangun nanti dari kenyataan. Dia kembali lagi seperti yang dulu.

"Maaf... " aku tersedak tangis, "Maaf Kak Rama," ucapku sambil terus menangis. Terdengar dia menghela napas lega.

Dia memberiku ruang untuk menangis sambil memelukku. Dia menenangkanku, membisikan kalimat-kalimat penenang di telingaku. Lama sekali. Kali ini begitu terasa dan aku meluapkan segala yang aku rasa dengan menangis karena hanya dengan cara menangis aku bisa lega.

"Udah jangan nangis lagi. Ama gak mau liat Chaca nangis lagi ya?" ucapnya terdengar lucu. Mataku terasa bengkak dan perih. Dia melerai pelukannya sambil mengusap air mataku.

Dia tersenyum. Senyumnya begitu sendu dan terlihat bahagia. Mungkin dia lelah, sama sepertiku.

"Aku minta maaf buat semua kesalahanku. Kamu mau nggak maafin aku, Cha?" tanyanya saat aku masih sesenggukan di hadapannya. "Aku ngelakuin hal yang nggak pantes. Nggak kaya manusia. Aku juga sering kasar sama kamu. Aku sadar betul itu. Mungkin aku emang udah gak bisa dapetin maaf kamu. Mungkin juga kamu gak bisa maafin aku kan? Tapi aku bener-bener minta maaf buat semua yang aku lakuin ke kamu, Cha."

Kesungguhan begitu terihat di kedua mata birunya. Aku mulai tergiur ketulusannya. Aku merasa bersalah karena dia selalu sabar menghadapiku.

"Jangan nangis kalau nangis aku ngambek nih?" ucapnya kepadaku, dia mencoba mencairkan suasana,"Maafin Ama yah?" ucapnya. Aku tersenyum kepadanya dan mengangguk pelan. Tidak ada alasanku untuk tidak memaafkannya.

"Makasi, Cha." Katanya sambil memelukku. Kali ini rasa hangat menjalar di seluruh tubuhku dan darahku.

"Kak Rama bauk," ucapku saat dia menaruh dagunya di atas kepalaku. Dia hanya tertawa pelan menjawabku.

"Banget? Padahal aku udah mandi."

"Banget."

"Makasi ya Cha. Makasi udah ngajari aku banyak hal." Aku hanya mengangguk dan masih tidak percaya Kak Rama yang dulunya sangat angkuh, sombong, dingin dan kasar bisa seperti ini.

Kami terdiam cukup lama dengan pikiran masing-masing. "Kapan sij kakak nulis surat itu?" tanyaku kepadanya memecah keheningan.

Dia berdehem pelan, "Saat kamu hilang," ucapnya seperti ada beban, "Aku pikir kamu akan pergi selamanya, tetapi aku salah. Tuhan masih mengijinkanku untuk bertemu sama kamu."

Aku meneguk ludahku karena tenggorokanku terasa kering.

"Memangnya kenapa?" tanyanya balik. Aku menggeleng pelan menjawabnya, "Aku mungkin bukan laki-laki sempurna yang kamu inginkan. Menyakitimu dulu adalah hal yang paling aku sesali seumur hidupku." dia menghembuskan nafas berat, "Tetapi saat kamu pergi, aku jadi tau arti kehilangan. Aku merasakan apa artinya kehilangan seseorang yang paling berarti. Tidak ada yang aku marahi, tidak ada yang aku suruh-suruh, tidak ada yang aku bentak," ucapnya membuat aku melerai pelukannya dan menatap dia dengan cemberut tetapi dia malah menarikku lagi ke dalam pelukannya.

Apa maksudnya tadi? Jahat sekali dia.

Dia tertawa pelan, "Aku bercanda, sayang," katanya membuatku menggigit bibir bawahku. Wajahku merah menjalar sampai ke telinga, "Tapi jujur, aku emang benar-benar ngerasa kehilangan."

"Hm, apa boleh aku meminta sesuatu lagi?" ucapnya membuat aku mengangguk. Sekarang kami saling tatap.

"Aku mau perbaiki semuanya, Cha. Aku gak mau janji. Karena aku takut buat kamu kecewa lagi. Boleh kan?" ucapnya membuat debaran di jantungku berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

Aku mengangguk, perlahan namun pasti dia mengusap bagian belakang kepalaku, menghantarkan perasaan hangat lewat kecupannya di dahiku.

***

AN: Sumpah, terlalu banyak kata-kata; ujar, ucap, kata. Nanti mau aku perbaiki lagi.

Continue Reading

You'll Also Like

4M 311K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
1.8M 189K 70
#1 Semesta [07/05/20] "Kenapa sih gue harus suka sama orang yang hatinya bukan buat gue?" "Ngapain juga gue masih nungguin dia buat suka sama gue?" "...
27.3M 1.7M 65
Sudah Difilmkan, 12 Juli 2018 💝 #1 Fiksi Remaja - 3 Januari 2016, 7 Februari 2016 "Raja marah?" meski seratus persen yakin dengan jawaban cowok itu...
5.6M 368K 52
SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU Hidupnya monoton, begitu-begitu saja seperti anak gadis seusianya. Hingga akhirnya ia diberi kesempatan untuk mengenal an...