It's all because of you

By qarkan

157K 8.5K 217

More

A
K
U
M
E
N
Y
U
K
A
M
U
T
A
N
P
A
B
A
T
A
S

I

4.4K 295 2
By qarkan


Keiza pov  

   Rasanya saat kembali ke kota ini dan menginjak rumah yang sudah lama kutinggalkan, semuanya terasa hampa.

   Dulu rumah ini yang selalu memberikanku kehangatan dari dunia luar.

  Rumah ini sudah hancur, dindingnya yang menghitam, jendela yang pecah dan hanya ditutupi dengan kayu-kayu yang dipaku, perabotan yang berserakkan, bingkai-bingkai foto yang pecah.

   Kusandarkan punggungku di salah satu tiang penyangga, kuambil handphoneku yang tak kugunakan sedaritadi.

  Aku tersenyum kecil pada daftar log panggilan, banyak sekali panggilan tak terjawab darinya.

Bolehkah aku berpikir kalau kamu khawatir denganku, biarkan aku terus berharap kalau kamu takkan pergi walaupun aku tak yakin kalau kamu tau siapa aku.

   Tanganku mulai mengetik pesan untuknya.

"Maaf baru memberimu pesan sekarang, kamu tau kota ini masih saja sama saat aku tinggalkan dulu" .

  Kota ini berukuran kecil atau hanya sebuah pulau, kata orang dulu pulau ini hanya sebagai tempat singgah  para nelayan, mereka hanya singgah dipinggir dan tak berani masuk ke kota ini karena hutan yang masih rimbun.

   Orang belandalah yang berani masuk dan mulai mengebor minyak dan bertemu dengan orang asli pulau ini dan mulailah pulau ini ramai.

   Dan kota ini hanya kukunjungi setahun sekali sebagai permintaan maaf atas dosa yang telah kulakukan dulu.
 
  Kurasakan hpku bergetar, kulihat ada panggilan masuk darinya, segera kutempelkan benda persegi ini pada telingaku.

    "H..." belum selesai aku menyapanya dia sudah langsung memotongnya.

   "Kangen"  aku tertawa pelan mendengar katanya yang mulai terdengar manja.

   "Kam...." lagi, belum selesai aku bicara dia langsung menyelanya seolah dia tak memperbolehkan aku menyelesaikan ucapan.

   "Kangen"  kenapa dia mengucapkan kata yang sama dan kenapa dia malah menjadi kekanak-kanakkan gini.

   "Belum sehari Re" ucapku cepat agar dia tak memotongnya lagi

   "Tapi aku kangen Kei, kamu pulang dong kesini, aku mau nanti malam kamu sudah ada didepan pintu kamarku" huft. Gadis ini beneran manja tapi kenapa aku malah menyukainya.

   "Maaf Re lusa baru aku pulang" jawabku

   "Memangnya kamu mau temui siapa sih?"  dia marah?

   "Hanya mengunjungi seseorang" maaf aku tak bisa memberitaumu dan aku tak berbohong Re.

   "Cowok atau cewek, ah keduanya sama saja aku bakalan cemburu Kei" aku hanya bisa tertawa mendengar ucapannya yang menurutku sangat lucu.

   "Kamu aneh aja deh".

   "Ih aku beneran, aku cemburu Kei, kamu tega buat aku cemburu gini".

   "Kamu pulang ya" tambahnya.

   "Nggak bisa Re kan tiketnya sudah kubeli untuk keberangkatan lusa".

   "Kan gampang aku akan beliin tiket untukmu".

   "Nggak usah Re" tolakku.

  "Ya sudah aku marah" ucapnya lalu mematikan telpon.

Dia beneran marah, apa aku harus memberikan hadiah untuknya tapi aku tak tau apa yang disukainya.

  Tapi sebelum mencarikan dia hadiah sebaiknya aku meminta maaf dulu.

  "Aku minta maaf " itulah isi pesan yang kukirimkan untuknya.

  Sebelum aku beranjak dari rumah ini, aku memandang sekali lagi isi rumah dan tersenyum kecut pada sebuah foto yang masih tertempel pada bingkai yang sudah retak.

°°°°°°

   Kutelusuri jalanan ini menuju ke suatu tempat yang menjadi tujuanku ke kota ini.

   Hanya butuh 20 menit untuk sampai ke tempat ini, kulangkahkan kaki ini dan berhenti pada satu batu nisan yang bertuliskan nama orang yang selalu membuatku merasa berdosa.

   Aku berjongkok dan mulai mencabuti rumput yang tumbuh, membersihkan tempat peristirahatannya selama 6 tahun.

   Dan kalau dihitung untuk tahun ini akan menjadi 7 tahun lamanya,  bertahan selama 7 tahun tanpanya hampir membuatku mati berulang kali.

  "Apa kabar, kurasa kakak sangat senang disini sehingga tak mau membawaku".

  "Apa kakak ingin terbebas dariku dan menikmati waktu yang tak pernah kakak dapatkan jika bersamaku".

  "Kakak pasti sangat bosan bersamaku terus makanya kakak pergi".

  Kupandangi terus peristirahatannya, tempat ini pasti nyaman untukmu bukan.

   "Oh ya kak, masih ingat gadis yang pernah kuceritakan waktu itu, aku tak menyangka kami akan menjadi dekat, kukira aku hanya bisa memandanginya dari jauh".

   "Menurut kakak apa dia akan menerimaku jika dia mengetahui apa yang telah kuperbuat".

   "Sebenarnya aku sudah tau jawabannya tapi kenapa aku selalu menyangkal dan berharap dia akan melalukan hal yang berbeda dari pikiranku".

  "Kenapa harapan ini terus tumbuh padahal ini hanya harapan semu tak berarti".

   "Tapi aku ingin...".

Memilikinya dan takdir tak mengijinkanku.

°°°°°°°°

  Kurebahkan tubuh ini dikasur, tak nyaman sama sekali tapi aku berharap dapat memejamkan mata lalu tertidur.

  Dan segera berharap besok akan datang dan pergi dari kota ini, mungkin memberikan kejutan untuknya besok dapat membuatnya tak marah lagi.

   Hadiah ini harus kuberikan padanya walaupun tadi sempat bingung.

Ada apa denganmu Keiza, ada yang salah denganmu mengharapkan waktu berputar dengan cepat agar tak menunggu hari esok, sebaiknya aku harus segera tidur sebelum aku mulai bertingkah aneh lebih dari ini.

   Kurasakan ada yang menyentuh kulitku dengan halus lalu mengusap ke rambutku.

Apa aku masih bermimpi tapi sentuhannya terasa nyata.

   Kubuka mataku perlahan dan langsung melihat seseorang yang tak ingin kutemui.

   Kutepis tangannya dan menjaga jarak dengannya, dia tak terlalu terkejut dengan respon yang kuberikan, dia malah tersenyum lebar.

   "Pergi" ucapku dan kuharap dia beneran pergi dan tak menemuiku lagi.

   "Nan tak pernah memberikan informasi yang salah, awalnya aku berpikir kamu takkan pernah ke kota ini lagi tapi perkiraanku meleset" ucapnya tanpa melepaskan senyuman itu.

   Jadi Nanda yang memberitaunya, sial kenapa aku tak pernah lolos darinya seolah dia memasang alat pelacak pada tubuhku sehingga mengetahui keberadaanku dimana pun.

   "Bagaimana lu bisa masuk ke kamar ini?" tanyaku penasaran.

   "Itu gampang Keiza" ucapnya santai lalu mulai mendekat dan aku tak bisa mundur karena punggung ini sudah bersentuhan dengan dinding.

   "Jangan mendekat" ucapku tapi dihiraukannya.

Kenapa dia harus mendekat dan kenapa dia harus menyeringai seperti itu.

  Aku tak bisa memikirkan apa yang akan dilakukannya.

  Kupejamkan mataku saat dia sudah didepanku, kurasakan hembusan napasnya dan dia menciumku.

   Kubuka mataku dan mencoba mendorongnya tapi dia malah menahan tanganku.

   "Aw" pekikku karena dia menggigit bibir bawahku membuatnya bisa masuk lebih dalam ke mulutku yang sempat terbuka.

   Aku hanya bisa pasrah apa yang dilakukannya dan menunggunya sampai selesai.

   Setelah bibirnya menjauh segera kuusap bibirku berharap bekas ini menghilang.

   Belum selesai aku melakukan tugasku dia langsung memelukku erat.

   Bibirnya menyentuh leherku dan itu membuatku geli.

   "Aku kangen, aku kangen sifat baikmu, aku kangen kamu memanjakanku, aku kangen tawamu, aku kangen dengan pelukanmu yang selalu membuatku merasa nyaman, aku kangen semua yang pernah kumiliki dulu" ucapnya panjang dan aku tak berniat sedikitpun untuk membalas ucapannya.

   "Kenapa cuma diam?" tanyanya tapi aku lebih memilih untuk bungkam.

  "Kamu nggak kangen aku kan" ucapnya dingin.

   Dilepaskan pelukannya lalu menatapku tajam.

  "Kamu seharusnya tau Kei, kamu tak boleh menyukai siapa pun, setelah apa yang kulakukan untukmu dan kamu malah ingin meninggalkanku" kenapa dia marah seharusnya aku yang marah.

   "Kenapa? Kenapa cuma diam" ucapnya seraya mencengkram bahuku dengan kuat.

   "Hentikan" ucapku dan dia menurutinya.

   "Ya aku memang mau menghentikan ini, aku capek" apa dia mengerti maksudku, apa itu berarti dia akan pergi dariku.

   "Ayo kita pergi dari negara ini dan menikah" hah? Menikah, apa maksudnya.

   "Menikah" ucapku tak percaya, dia tersenyum.

   "Ya menikah, aku ingin bersamamu Kei tanpa siapapun yang menganggu" ucapnya senang, aku menggeleng menolak ajakannya.

   "Gue nggak mau" tolakku.

   "Kamu yakin" aku mengangguk.

    "Bagaimana kalau kita taruhan" maksudnya?

    "Jika aku mati hari ini maka kamu kalah dan jika aku tak mati hari ini maka aku kalah" apa dia gila menggunakan kata mati dengan santainya.

    "Berhentilah mengucapkan hal konyol" ucapku yang mulai marah dengan sikapnya.

    "Aku serius Kei" ucapnya seraya memberikan tatapannya, ia tak membiarkan mataku melihat ke arah lain.

  Tatapannya begitu serius, dia tak bercanda soal ucapannya, gadis ini sakit.

   "Aku tak percaya" ucapku seraya membalas tatapannya.

  Dia tersenyum sinis lalu menjauh dariku dan lari keluar.

   Apa dia pergi kalau begitu baguslah atau dia akan membuktikan ucapannya.

  Ya Tuhan apa yang akan dilakukannya.

   Segera aku mengejarnya dan mengedarkan pandanganku mencoba mencarinya.

Sial dia kemana? Ah itu dia. Apa yang mau dilakukannya dengan melihat ke sekeliling jalanan dan sekarang dia tersenyum sinis tanpa melepaskan pandangannya, kuikuti arah pandangannya dan ada sebuah mobil dengan kecepatan sedang.

Apa dia mau menabrakkan dirinya dengan sengaja.

Kenapa kakiku tak mau bergerak untuk menyelamatkannya?

 Dan sesuai dugaanku dia sengaja menabrakkan dirinya pada mobil yang melintas dan syukurlah dia tidak apa-apa.

  Segera kuhampiri dia, dia tidak mati itu bearati aku menang sungguh menguntungkan.

   "Apa kau gila Lis" teriakku, walaupun aku senang dia tak mati tapi tetap saja melakukan hal bodoh tidak dapat kutoleransi.

   Dia hanya tersenyum, aku beneran tak tau apa yang ada diotaknya, apa aku terjebak lagi.
  
   Lalu dia tak melihatku lagi, arah tatapannya kedepan, kuikuti tatapannya.

Deg.deg.deg. Apa yang dilakukannya di kota ini?

    "Aku kalah" ucapnya padaku, aku mengangguk.

   "Oh ya, maaf ya telah membuatmu terlibat, kenalkan namaku Lisa" ucapnya seraya mengulurkan tangannya.

Sial dia tak boleh tau siapa Reka kalau tidak ini akan menjadi masalah.

   "Aku..." belum selesai Reka menyelesaikan kalimat, aku sudah menarik gadis ini pergi.

   "Kamu gila atau apa dan kumohon pergilah, aku sudah muak dengan keberadaanmu" ucapku setelah sampai di tempat yang sepi.

   "Kenapa, kamu kan menang seharusnya kamu senang karena dapat menghindar lamaranku hari ini".

   "Ya aku senang dan kuharap kamu tak pernah muncul lagi dihadapanku" ucapku lalu pergi meninggalkannya.

  Kubiarkan diriku berlama-lama didalam kamar, mencari cara agar Reka tak salah paham.

Kenapa sih dia harus muncul lagi, sial si Nanda membuatku terus bermasalah dengannya.

Tapi aku harus bersyukur Nanda belum tau Reka walaupun dia sudah tau namanya karena kejadian di atap.

Kalau mengingat kejadian waktu itu membuatku sadar kalau Nanda itu beneran gila pantas saja dia bekerja sama dengan Lisa.

 Sebaiknya aku meminta maaf tapi kata apa yang sesuai.

   Sudah bermenit - menit aku memikirkan kata-kata yang pas tapi otakku tak merespon, yang terpikir hanya satu kata saja.

   "Maaf" hanya kata itu yang dapat kukirimkan untuknya.

Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 143K 61
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
22.4K 1.9K 22
Lyo baru saja sampai di jakarta. Ini pertama kalinya ia pergi dari rumah untuk melanjutkan pendidikannya. setelah 18 tahun hidup bersama keluarga, su...
41.4K 3.9K 17
Sekuel dari Swagger Teacher. Kehidupan tidak berhenti ketika mereka menikah. Kehidupan yang sebenarnya baru dimulai justru setelahnya. It still a ful...
492 61 5
skzk oneshoot . but, sebagian cerita disini menjadikan ten sebagai mc >.< idk, but i love her :"v enjoy~