Number One (completed)

By Josephinejays

287K 16.8K 275

Apa pernah kalian menjadi nomor dua? No, kita tidak membicarakan nomor dua pada lomba lari atau peringkat di... More

Prolog - The Memory
Chapter Two - Decision
Chapter Three - The Meeting
Chapter Four - Fate?
Chapter Five - Fate Again?
Chapter Six - Fluttered
Chapter Seven - One Morning
Chapter Eight - Walk to Remember
Chapter Nine - A Woman
Chapter Ten - First Mistake
Chapter Eleven - Second Mistake
Chapter Twelve - Blown Away
Chapter Thirteen - Dilemma
Chapter Fourteen - Great People
Chapter Fifteen - His Mind and Hers
Chapter Sixteen - Limit
Chapter Seventeen - Chance
Chapter Eighteen - Together
Chapter Nineteen - Help Me?
Chapter Twenty - The Unexpected
Chapter Twenty One - Spill
Chapter Twenty Two - Back Then
Chapter Twenty Three - Throwback pt. 1
Chapter Twenty Four - Throwback pt. 2
Chapter Twenty Five - Jerk
Chapter Twenty Six - Confusion
Chapter Twenty Seven - See Who's Coming
Chapter Twenty Eight - The Owl
Chapter Twenty Nine - Neverending Problem
Chapter Thirty - Cat and Dog
Chapter Thirty One - Too Soon and Too Late
Chapter Thirty Two - Face Off
Chapter Thirty Three - Defeated
Chapter Thirty Four - A Kiss
Chapter Thirty Five - Lightweight
Chapter Thirty Six- Five Years
Chapter Thirty Seven - The Dress(es)
Chapter Thirty Eight - Tears
Chapter Thirty Nine - Evil Plan
Chapter Forty - Powder Room Talk
Chapter Forty One - I do
Epilog
bonus
C H A R A C T E R (UPDATED)
INSTAGRAM POST SCRAPBOOK-part 1
instagram post scrapbook-part 2
instagram post scrapbook - part 3
instagram post scrapbook - part 4
THANKYOU

Chapter One - Can't Forget

19.4K 701 6
By Josephinejays

"I lied, I still think about you."

—CHAPTER ONE—

"Jace! Jace! Jaaaaace!!"

"Huh? Oh! Iya, kenapa?" Jace mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya kembali ke waktu sekarang. Tersadar dari kenangan setahun lalu yang masih membuat hatinya sakit.

"Lo mikir apa sih, Jace? Gue panggilin sampe nge-blank gitu. Yang biasanya suka gitu kan si Dani tuh, kenapa lo jadi ikut-ikutan?" Tanya Keyra yang kemudian duduk di sebelah Jace, menghalangi Danissa yang sudah duduk di sebelah Jace. 

"Duh, geser dong Dan!"

"Yeeee... Yang duduk duluan siapa, yang di suruh geser siapa." Danissa menggeser tubuhnya -sambil menggerutu- agar Keyra dapat duduk di tengah mereka. Ketiga sahabat itu kemudian menatap lurus ke arah jendela di hadapan mereka, memandang orang-orang lalu lalang di depan kantin kampus.

"Wei! Pertanyaan gue belom dijawab Jace!" Keyra menyenggol pelan rusuk Jace yang sepertinya akan mulai termenung lagi menggunakan siku kanannya.

"Ow! Gue cuma bengong aja kok! Nungguin lo berdua lama banget tau ga? Apa lagi sih yang diomongin Pak Fred di dalem kelas? Betah banget kayanya ngajar, ga cukup apa dua setengah jam ngoceh?" Jace mengusap rusuknya dengan tangan kirinya dan menyempatkan menyenggol balik rusuk Keyra.

Ia memang sudah menunggu sekitar 30 menit di kantin kampus yang tampaknya tidak pernah sepi ini, baik jeda kelas pagi, siang, sore, bahkan malam. Seperti sekarang ini, waktu sudah menunjukan pukul 6 sore dan masih banyak mahasiswa berlalu lalang di dalam maupun luar kantin.

Entah memang sedang memesan makan, bertemu teman dan mengobrol, atau bahkan yang sedang mikirin rencana apakah akan ikut kelas selanjutnya atau lebih baik pulang ke rumah dan tidur.

"Yah, sorry deh. Lo tau lah Pak Fred, udah gitu ini nih satu!" Seru Keyra yang menunjuk Danissa tepat di depan hidungnya.

"Kenapa dia?" tanya Jace sambil memperhatikan Danissa, yang sudah tersenyum sok polos setelah menepis tangan Keyra dari depan wajahnya. Wajah yang selalu dia tunjukan bila dia melakukan kesalahan -entah salah bicara, salah tulis, salah dengar, salah mencium bau, salah.. ah, terlalu banyak kesalahan.

"Waktu Pak Fred lagi nerangin materi, ini anak ketawa kenceng banget. Gue tau gue lagi bercanda, tapi gue gak mengharapkan dia bakal ketawa SEGEDE itu. Asli Jace, itu satu kelas langsung nengok ke arah kita berdua. Alhasil gue sama dia disuruh tinggal lebih lama buat dengerin ocehan si Pak Fred dan dikasih tugas tambahan." Keyra melirik sinis ke arah Danissa yang senyumannya mulai berubah menjadi cengiran lebar.

"Wah, selamat deh. Minggu-minggu mau UAS gini lo malah dapet tugas tambahan." Jace tertawa sambil bertepuk tangan dan menggelengkan kepalanya, "Asli yah, bagus gue belom ambil mata kuliah itu. Gue yakin, kalo gue udah ambil, pasti sekelas sama lo berdua dan ujungnya gue ikutan dapet tugas tambahan."

"Yeah, thanks to Dani." Ucap Keyra sarkastik.

"You're welcome Key."

"Cumi! Malah dijawab lagi!" Alhasil tawa ketiga sahabat itu makin menjadi dan kenangan masa lalu Jace sesaat terlupakan.

★★★

"Kamu udah makan, sayang?" Pertanyaan itu membuat langkah Jace menuju kamarnya terhenti dan membuatnya menoleh ke arah sofa ruang keluarga dan mendapatkan Mami-nya sedang duduk memegang remote TV dengan pandangan yang difokuskan padanya.

"Udah Mam, Mami?" Tanya Jace sambil menghampiri Mami-nya dan duduk di pinggir sofa.

"Udah juga, kalau begitu nanti tolong  masukin makanan yang di meja ke kulkas. Mami kira kamu belum makan, jadi Mami gak masukin kulkas dulu makanannya." Ucap Mami sambil mengusap kepala Jace.

Jace terdiam sebentar untuk menghilangkan perasaan lelahnya dan kemudian bangkit untuk melakukan apa yang disuruh oleh Maminya. Perjalanan ke kampus menuju rumah selama dua jam benar-benar menghabiskan tenaganya. Belum kalau jalanan mulai macet, jangankan jam 10, Jace bisa sampai di rumah jam 11 malam.

Mami Jace agak sedikit khawatir dengan kondisi anak perempuannya yang hampir setiap hari harus bolak-balik Tangerang-Jakarta-Tangerang dengan mengendarai mobilnya sendiri. Benar-benar menyita banyak waktu dan tenaga.

Jace kembali dari arah dapur dan berniat langsung masuk ke kamar, mandi dengan air panas dan mengganti baju kuliahnya dengan baju tidur yang nyaman, lalu merangkak naik ke tempat tidur dan tidur hingga besok siang. Namun sekali lagi niat itu terhambat oleh suara Mami, "Gimana kuliah? Minggu depan UAS kan? Bisa?"

Jace hanya tersenyum lemah sambil menyentuh gagang pintu, "Tenang Mam." lalu masuk ke kamar dan melanjutkan niat awalnya. Tidur. Mandi dulu, tentu saja. Namun setelah itu tidur, hingga besok siang.

★★★

"Apa kalian mengerti mengapa pemasar harus menciptakan brand yang baik dan berkualitas namun juga mudah diingat orang?" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Bu Adiati -dosen mata kuliah Manajemen Pemasaran Jace dan kawan-kawan- ditanggapi dengan keheningan kelas.

Maklum, sudah ada beberapa mahasiswa yang tertidur di bagian belakang dan hampir separuh kelas sudah menahan kantuk bahkan sebelum dosen mereka masuk. Hanya beberapa anak yang terlihat memperhatikan sambil mengangguk-anggukan kepalanya, namun setelah kalimat dengan nada pertanyaan itu terlontar mereka langsung menggelengkan kepala mereka bersamaan.

Jace sendiri sibuk mencoret-coret bukunya dengan pulpen, sesekali melirik ke arah dosennya dan ke arah teman-temannya. Danissa terlihat seperti sedang mencari jawaban di buku -yang Jace tahu pasti hanyalah samaran agar tidak terlihat tidak memperhatikan dari tadi- sedangkan Keyrahanya sibuk bermain dengan Samsungnya dan benar-benar terlihat tidak memperhatikan dengan jelasnya.

Jace memperhatikan hasil coretan di bukunya, 'Stef'. Mata Jace langsung membelalak melihat tulisan yg tidak sengaja tertulis olehnya itu. Ternyata tanpa sadar Jace menuliskan nama lelaki yang selama setahun ini menghantui pikirannya. Buru-buru Ia membalik lembar bukunya, berharap kedua sahabatnya tidak memperhatikan apa yang dia tulis.

Namun sebelum membalik halaman buku tersebut, ternyata Keyra sudah sekilas melihat apa yang tertulis dī kertas itu.

"Jace, jujur deh, lo masih mikirin Stef kan?" Tanya Keyra setengah berbisik setelah membalikan tubuhnya ke arah Jace, matanya memandang Jace curiga.

Jace menegakan tubuhnya, wajahnya memandang lurus ke depan kelas, tidak memberikan tanda-tanda bahwa ia mendengar pertanyaan sahabatnya.

"Jace-" Keyra baru saja akan mengulang pertanyaannya ketika suara Bu Adiati memanggil namanya untuk menjawab pertanyaan yang tadi Beliau lontarkan membuat matanya terbelalak panik.

"Waduh, tadi dia nanya apaan? Duh, mati deh gue. Dani! Yah elo lagi. Emm, karena.. karena... Emm, biar nemplok di hati bu!!" Sembur Keyra panik tanpa mempedulikan jawabannya yang ngaco, alhasil seluruh kelas terkikik mendengar jawabannya yang ajaib bin edan itu.

"Ya nemplok di hati itu biar kenapa toh, nduk?" Tanya Bu Adiati yang masih belum puas dengan jawaban milik Keyra.

"Emm ya biar... biar... biar apa nih Jace?" Lanjutnya dengan berbisik ke arah Jace.

"Biar kalo mau beli barang, produk yang dicari itu duluan." Balas Jace dengan berbisik sambil berpura-pura melihat ke arah lain.

"Hah? Lo mau pulang duluan? Yaelah, bantuin jawab dulu." Lanjut Keyra yang sepertinya pendengarannya mulai terganggu oleh rasa paniknya.

Jace menepuk dahinya pelan sambil kembali berbisik dengan volume yang ditingkatkan, "Biar kalo mau beli barang, produk yang dicari itu duluan!! Budeg!!"

"Oh! Biar kalo mau beli barang, produk yang dicari itu duluan Bu!!" Teriak Keyra lantang setelah mendapatkan jawaban yang benar -atau bisa dibilang, kupingnya menangkap kalimat yang benar.

"Ya benar, jadi anak-anak...."

"Hehe thanks yah Jace! Life saver banget deh! Itu dosen kok tau aja kalo gue gak meratiin dia ya?" Keyra tersenyum-senyum lega sambil mengelus dada, kemudian mencubit Danissa yang sedari tadi terkikik selama mendengarkan Keyra mencari jawaban. "Heh, elo ya bukannya bantuin!"

Selanjutnya penjelasan Bu Adiati tidak lagi terdengar, Keyra mulai sibuk kembali dengan Samsungnya, Danissa dengan bukunya, dan Jace yang benar-benar memperhatikan Bu Adiati hingga kelas selesai -berharap sahabatnya melupakan percakapan mereka sebelumnya.

"Anak-anak, selamat belajar ya, semoga UAS kalian sukses!" Ucap Bu Adiati pada akhir kelas kepada para mahasiswanya yang sudah mulai merapikan buku dan beranjak dari bangkunya. Kalimat itu dibalas dengan teriakan "AMIN!!!" oleh seluruh penghuni kelas dengan sepenuh hati dan doa -dan harap tentu saja. Harapan akan terjadinya keajaiban di saat UAS nanti.

Dan sekali lagi, pembicaraan mengenai Stef terlupakan.

****

Wahooooo chapter one!!!!

Vote and comment for this chapter, please ❤

Thankyou!
Love, Jays




Continue Reading

You'll Also Like

396K 44.3K 56
Why do people get married? Atau .... Why did she want to marry him? Maula bahkan harusnya ngerasa trauma kan? Dia udah dua kali loh menghadiri acara...
17M 751K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
34.2K 1.7K 37
Kata orang-orang jika perempuan mendapat ciuman 3x dari laki-laki yang sama, maka si perempuan akan merasakan yang namanya jatuh cinta dan menjadi mi...
1.3M 146K 34
Pesahabatan yang dibangun Ane, Genta, dan Karen hancur lebur kala Karen-calon istri Genta-secara tiba-tiba membatalkan pernikahan saat persiapan suda...