Forever Mine

By 23gwen

4.7M 208K 10.8K

"Apa kau selalu seperti ini?, memerintah orang untuk melakukan apa yang kau mau?" lanjutku sambil menatapnya... More

prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Tolonggg yaaa
Chapter 51
Chapter 52

Chapter 41

109K 3.9K 410
By 23gwen


Sean POV

Aku membawa Ashley yang masih tertidur di lenganku, aku mendekapnya melewati beberapa pintu yang dengan sigap segera dibukakan oleh Richard, saat kami telah berada di luar ruangan aku merasakan tubuhnya gemetaran. Aku menutupi wajah cantiknya dengan sebagian mantel hangat yang kupakai dan mendekapnya lebih erat ke dadaku untuk berjaga-jaga bila nantinya ada paparazzi yang diam-diam mengikuti kami. Aku mempercepat langkahku menuju mobil dengan perasaan yang tidak menentu, demi apapun di dunia ini aku benar-benar tidak bisa menjelaskan betapa kacau perasaanku saat ini. Semuanya seakan bercampur aduk menjadi satu, aku bahkan tidak bisa lagi berpikir apapun selain Ashley. Hanya Ashley yang ada di pikiranku saat ini, tidak ada lagi yang lain, dan saat ini penguasaku sedang tertidur di pelukanku, wajahnya yang pucat lebih damai saat ini, cengkeraman tangannya pada jemariku tetap saja menguat saat dia tertidur. Dia benar-benar tidak ingin melepaskan genggamannya padaku, aku memejamkan mataku dan setitik air mata menetes mengalir pipiku, air mataku itu jatuh dan di dahinya, sebelum aku sempat menyekanya tiba-tiba dia membuka matanya dan mata indah itu menatapku dengan pandangan yang sama sekali tidak bisa kuartikan.

Dia sudah sepenuhnya terbangun dan yang saat ini dia lakukan hanya memandangku dengan tatapan lemahnya. Aku tersenyum lemah padanya dan membisikkan kata-kata menghibur padanya bahwa semuanya akan baik-baik saja dan aku akan tetap ada di sisinya tak perduli apa yang akan terjadi. Dia bangkit agar dapat melingkarkan lengannya di sekitar leherku dan mengistirahatkan kepalanya di cekungan antara bahu dan leherku. Aku bahkan masih merasakannya gemetaran meskipun semuanya sudah berlalu. Aku mengerutkan dahiku sambil melingkarkan lenganku di sekitar pinggangnya, mungkin memang ini yang seharusnya terjadi, mungkin lebih baik jika dia kehilangan sebagian ingatannya agar dia tetap bergantung padaku. Aku tidak bisa kehilangannya, tuhan tahu hal itu dan aku tidak akan membiarkan dirinya pergi dari pelukanku barang untuk sesaatpun.

"Apa yang terjadi Sean?" aku mendengarnya berbisik lirih dan seketika itu pula aku ragu, aku ragu akan mengatakan apa padanya, akankah aku mengatakan kebenarannya.

"Sean..."

"Tidak terjadi apapun sayang, kau hanya sedang kelelahan" aku berkata dengan gemetar, akhirnya aku memilih kebohongan, tapi meskipun waktu bisa diputar kembali aku akan tetap memilih pilihan yang sama, karena baik itu kebenaran ataupun kebohongan hal itu tidak menjadi masalah bagiku selagi bisa menahan Ashley tetap disisiku. Tak perduli betapa sulit dan menyakitkannya hal itu aku akan melakukannya agar dia tetap bersamaku.

"Kenapa aku merasa aneh?"

"Kau hanya sedikit bingung dan kelelahan sayang, semua akan baik-baik saja, aku berjanji" aku kembali menghiburnya dan sepertinya dia lebih tenang dari sebelumnya.

"Dimana cincinku?" dia bertanya padaku dan aku hanya terdiam sambil menatapnya lekat-lekat.

"Sean, ada apa?" dia bertanya dengan raut wajah yang khawatir karena aku tiba-tiba saja terdiam begitu dia menanyakan tentang cincin pertunangannya.

"Kau tidak mau memakainya Ashley" aku berkata dengan suara lembut dan menampakkan sedikit ekspresi terluka padanya, dia terlihat begitu terkejut ketika aku mengatakan hal itu padanya.

"Kenapa aku tidak mau memakainya?, itu adalah cincin yang sangat indah" dia terlihat bingung ketika itu, berkali-kali dia mengerjabkan matanya untuk berusaha mengingat sesuatu tapi kurasa dia tidak berhasil melakukannya dan sekarang mata indah itu telah berkaca-kaca pertanda dia akan meneteskan air matanya. Aku langsung merengkuhnya dan memohon padanya agar dia tidak menangis.

"Aku ingin memakainya Sean, aku mencintaimu" kata-katanya sungguh membuatku meleleh, bertahun-tahun aku menantikan dia mengatakan hal indah itu padaku dengan semua ketulusan yang dia miliki dan kini aku telah begitu dekat dengan kebahagiaan yang kurasakan. Begitu dekat dan begitu mudah untuk kuraih.

"Aku juga Ashley, aku sangat mencintaimu" aku berkata sambil mendekapnya.

"Cincin itu sangat indah dan sangat berarti untukku, maaf jika sebelumnya aku membuatmu sedih" dia terisak ketika mengucapkannya, hal itu sungguh membuatku bahagia dan sedih disaat yang bersamaan.

"Stt, aku membawanya sekarang, aku membawa cincinmu" aku berkata lirih sambil menyeka air matanya dengan jemariku. Aku berhasil menyita perhatiannya hingga saat ini dia sepenuhnya memperhatikanku.

"Boleh aku kembali memakainya?" dia bertanya dengan pandangan memohon padaku.

"Kau ingin kembali memakainya?" aku balas bertanya padanya dan aku melihatnya menganggukkan kepalanya dengan senang.

"Kalau begitu katakan padaku kalau kau tidak akan pernah melepaskannya" aku berkata.

"Aku berjanji" dia berkata dengan kesungguhan dimatanya yang membuatku bersorak dalam hati dan tersenyum seperti orang gila, aku benar-benar terlampau bahagia saat itu. Aku tersenyum dan mencium bibirnya yang manis itu, aku menciuminya beberapa saat hingga aku lupa dengan keadaannya.

"Sean..." aku masih menciuminya ketika dia menyebutkan namaku dengan nafas terengah-engah karena aku telah menyita sebagian besar perhatiannya.

"Aku memujamu Ash" aku berkata sambil memaksanya membalas ciumanku padanya dan dia melakukan apa yang kumau, dia membelai rahangku dan dia memimpin ciuman yang kami lakukan, bibirnya menari-nari di atas bibirku, tangannya yang bebas terkadang membelai leher dan dadaku yang masih terbungkus kemeja putih. Aku lebih banyak diam dan membiarkannya mengeksplorasi bibirku dengan bibir manisnya itu. Dia menciumku tanpa henti dan begitu intens untuk waktu yang sangat lama hingga sempat membuatku sesak nafas tapi aku tdak mendapatinya kesulitan bernafas, entah bagaimana dia melakukannya, dia hanya membiarkanku menghirup nafas sebanyak-banyaknya sedangkan dia melanjutkan cumbuannya padaku di bagian leher dan telingaku. Terkadang dia menggigit bibirku dengan keras hingga membuatku meringis kesakitan karena aku mendapati bibirku meneteskan darah. Aku menatap Ashley yang menatapku dengan pandangan manisnya dan senyumannya yang benar-benar memabukkan itu, rasa sakitku langsung terlupakan digantikan dengan kebahagiaanku karena melihatnya tersenyum padaku.

"Lakukan lagi Ash, puaskan dirimu" aku mendesah ketika mengatakannya sambil membiarkan dia menjelajahiku lebih dalam lagi, sambil mengangkangiku dia terus saja menyerang bibir, leher bahkan dadaku yang kini hanya tersisa beberapa kancing yang masih terkancing. Aku mendongakkan kepalaku ketika dia mencium perutku yang telah dia telanjangi.

"Kau suka?" dia bertanya dengan pandangan liar, wajahnya merona dan cantik, sangat memesonaku. Dia bagaikan dewi cinta yang dikirim tuhan untukku, hanya milikku seorang, dan hanya untukku seorang.

"Hmm" aku hanya menggumam padanya karena rasanya aku telah kehilangan seluruh kata-kata yang ada dalam otakku, dia benar-benar bisa membuatku gila. Saat kami hampir sampai di Penthouse tiba-tiba saja Ashley menghentikan cumbuannya padaku, dia mengelus bibirku yang berdarah karena gigitannya.

"Apakah sakit?" dia bertanya dengan tatapan menyesalnya dan matanya yang mulai berkaca-kaca, bahkan dengan pandangan sialan itu dia sungguh bisa menghancurkanku, oh tuhan aku benar-benar memujanya.

"Tidak sakit sayang, aku menyukainya" aku meraihnya lalu menenggelamkannya ke dalam pelukanku, dia menghadiahiku sebuah kecupan ringan di ujung bibirku sambil memainkan jemariku.

"Aku mau cincinku Sean" dia berbisik sambil mencium tenggorokanku dan menggigitnya kecil, aku tahu dia sedang menggodaku, dia selalu bersikap seperti itu jika dia menginginkan sesuatu, aku tertawa kecil ketika aku mengingatnya, dia sungguh sangat manis. Aku mengeluarkan cincin itu dari saku jasku dan saat itulah mata indahnya berbnar penuh dengan kebahagiaan, astaga... aku bahkan belum pernah melihat binar kebahagiaan itu dan aku merasa begitu bahagia karena aku menjadi penyebab kebahagian di matanya itu.

Aku mengambil telapak tangannya yang ada di dadaku lalu membawanya ke bibirku untuk kucium, dia tersenyum manis padaku dan akupun membalasnya dengan senyuman terbaikku dan pandangan memujaku untuknya, aku memasangkan cincin itu di jarinya dan aku merasa saat dia memakai cincin itu semuanya terasa benar dan semuanya terasa lebih mudah saat aku melihatnya. Ashley benar-benar anugerah terindah tuhan yang di berikan untukku dan aku bersyukur karena hal itu. Aku akan mensyukurinya sepanjang sisa hidupku.

Aku mengecup pipi Ashley ketika aku melihatnya begitu bahagia bisa kembali memakai cincin itu, sekali lagi dia tersenyum padaku lalu mengecup bibirku sebagai balasannya.

"Terima kasih Sean"

"Kuberikan hidupku untukmu sayang"

***

Semua persiapan pernikahan ini sungguh sangat melelahkan tapi aku tidak bisa menyembunyikan diriku bahwa aku sangat bahagia, aku senang bisa melihat semua persiapan yang rumit itu dilakukan, aku senang melihat Melisa berkali-kali menggerutu ketika ada sesuatu yang membuatnya tidak puas dengan pernikahan ini, biasanya dia akan marah dan melempar kertas atau apapun yang sedang dia pegang ke arah meja jika ada sesuatu yang tidak tepat dan itu sungguh membuat orang lain ketakutan setengah mati. Mereka pasti sangat menyadari bahwa melayani keluarga Blackstone tidak semudah kelihatannya. Siang ini Richard melaporkan jika Ashley dan Melisa sedang makan siang bersama, aku sedikit tenang mendengarnya, meskipun tidak sepenuhnya tenang dengan adanya Melisa di dekat Ashley, setidaknya aku tahu jika Melisa menginginkan Ashley untuk menjadi bagian dari keluarga Blackstone dan itu akan memudahkan menjaga Ashley tanpa harus mengekangnya.

"Aku mengerti Richard, kau boleh pergi sekarang" aku berkata singkat sambil kembali memusatkan perhatianku pada pekerjaanku.

"Mr Blackstone" aku mendengar Richard berkata dengan sopan sebelum kemudian berjalan ke arah pintu dan keluar dari ruanganku. Aku melewatkan waktu makan siangku dan melanjutkan pekerjaanku yang rasanya tidak ada habisnya. Setelah beberapa jam berlalu, aku tidak bisa menahannya lagi, aku benar-benar merasa akan kehilangan akal sehatku jika aku tidak mendengar suara Ashley. Aku meraih ponselku lalu segera menghubungi Ashley.

"Sean?" aku merasa seolah lebih tenang dari sebelumnya ketika aku mendengar suara lembutnya itu.

"Aku mencintaimu" aku berkata sambil mengetukkan penaku ke atas meja besarku, aku menggigitku dan menahan nafas menanti jawaban apa yang akan dia berikan padaku, saat itulah aku merasa diriku benar-benar tolol, aku seperti seorang pemuda bodoh yang sedang jatuh cinta untuk pertama kalinya. Aku yakin saat itu aku benar-benar terlihat memalukan.

"Aku juga mencintaimu Sean" aku mendengar suara lembutnya lagi, aku bersumpah hatiku serasa terbang ketika dia mengucapkannya.

"Aku merindukanmu, kau tidak datang untuk menemuiku?" aku berkata sambil bersandar pada kursiku, aku memejamkan mata sejenak untuk memikirkannya, suara yang kudengar selanjutnya adalah suara tawa kecilnya yang terdengar begitu menghibur.

"Aku tidak bisa Sean, aku sedang bersama nenekmu" dia menjawabnya lagi.

"Apa yang kalian lakukan?" aku bertanya dengan seringai di bibirku.

"Aku tidak bisa memberitahumu" dia berkata sambil tertawa ringan.

"Kau bermain rahasia padaku?"

"Aku berjanji ini bukan sesuatu yang membahayakan, jangan marah padaku, please" dia berkata dan aku bisa membayangkan saat ini dia sedang menggigit bibirnya karena gugup.

"Maka katakan padaku manisku" aku menggodanya tapi dia masih tidak mengatakannya, aku tertawa sebentar lalu mengalah padanya.

"Apa menu makan siangmu?" dia bertanya padaku dengan suara riangnya.

"Aku melewatkannya"

"Baiklah, kupikir kau juga tidak akan mati kelaparan hanya karena melewatkan makan siangmu" aku menyeringai ketika mendengar kata-katanya, belum pernah ada wanita yang berani berkata seperti itu kepadaku.

"Ashley, kupikir aku tidak bisa menghargai kata-katamu barusan" aku berkata dengan serius tapi aku menyeringai tipis.

"Hmm begitukah?, apakah kau bisa mempertimbangkan permintaan maafku Mr Blackstone?" dia berkata dengan diakhri tawa ringannya.

"Mungkin jika kau menyenangkanku aku akan mempertimbangkannya" aku berkata dan mendengarnya mendengus sebal yang membuatku tertawa ringan ketika dia melakukannya.

"Menyenangkanmu dalam hal apa Mr Blackstone?" aku terkekeh mendengar suaranya yang terdengar manis dan penasaran.

"Hmm, aku sudah memikirkan sesuatu"

"Apa kau akan memberitahuku?" dia berkata sambil tertawa geli.

"Tentu, sekarang aku ingin melanjutkan pekerjaanku, kau cukup menyita waktuku sayang"

"Baiklah, sampai jumpa nanti"

"Aku mencintaimu Ashley"

"Aku tau"

Aku meletakkan ponselku kembali ke atas meja dan memfokuskan diriku kepekerjaanku sebelum akhirnya aku tenggelam pada pekerjaanku.

***

Aku berjalan kepintu keluar Blackstone Company setelah semua pekerjaanku selesai, beberapa pegawaiku menyapaku dan membungkuk hormat padaku saat aku berjalan melewati mereka. Aku melayangkan senyuman tipis pada mereka untuk menjaga sopan santunku. Saat aku telah berada di luar, aku telah melihat Richard siaga di depan pintu mobilku.

"Selamat malam Mr Blackstone" dia berkata sambil membukakan pintu untukku, aku mengangguk sambil masuk kedalam mobil, aku sangat lelah hari ini dan yang kuinginkan saat ini hanyalah mendudukkan Ashley ke pangkuanku dan menguburkan wajahku pada lehernya. Oh betapa aku sangat merindukannya.

Sesampainya kami di Penthouse, aku segera melompat dari mobil dan berjalan dengan tergesa tanpa memperdulikan Richard yang ada di belakangku. Aku membuka pintu Penthouse dan aku bergegas masuk kedalam kamarku, aku tidak mendapati Ashley disana tapi aku mendengar suara di kamar mandi.

"Ashley?!" aku berujar dan hampir berteriak karena tidak sabar.

"Tunggu sebentar Sean" aku mendengarnya berkata dengan panik karena aku terus menggedor pintu kamar mandi yang dia kunci.

"Ashley, buka pintu sialan ini sekarang juga sebelum aku meruntuhkannya!" aku berteriak padanya karena aku tidak sabar. Pada menit berikutnya dia langsung membuka pintunya, masih dengan wajah memerah dan rambut basahnya. Aku langsung menghambur memeluknya saat aku telah berada begitu dekat dengannya, dia yang hanya mengenakan jubah mandi beludru berwarna gold langsung balas memelukku sambil mengelus punggungku. Aku bisa merasakan dia sangat cemas saat itu.

"Ada apa?" dia bertanya padaku setelah beberapa lama kami berpelukan, aku mengecup lehernya yang harum, aku merasakan wangi mawar di tubuhnya, oh tuhan ini benar-benar candu untukku.

"Sean, kau membuatku takut" dia mulai bergerak tidak nyaman di pelukannya dan saat itu aku merasakan kegusarannya, aku tahu dia tidak nyaman saat itu dan aku mengerti alasannya, aku datang secara tiba-tiba dan langsung menggedor pintu kamar mandi begitu aku sampai, tentu dia sangat terkejut dibuatnya.

"Jangan pernah mengunci pintu, kupikir aku akan gila" aku berbisik sambil mengangkat tubuhnya menjauh dari kamar mandi. Dan saat itulah aku sadar bahwa dia sedang mandi.

"Apakah kau ingin melanjutkan mandimu?" aku bertanya dan dia menggeleng sambil melingkarkan lengannya pada leherku.

"Aku sudah selesai" suaranya terdengar lembut ditelingaku, aku mencium pelipisnya lalu membawanya ke arah tempat tidur, aku menempatkannya ke pangkuanku lalu menenggelamkannya kedalam pelukanku, oh tuhan... aku benar-benar merasa lengkap saat ini. Ashley mulai bergerak tidak nyaman saat aku terdiam dan hanya menenggelamkannya kedalam pelukanku.

"Diam Ashley, biarkan aku memelukmu selama beberapa saat lagi" aku berkata sambil mengecup lehernya dengan lembut, aku mendengarkan dia menggumam mengiyakan dan membelai rambutku dengan pelan dan penuh dengan kasih sayang. Aku sangat mencintainya.

"Apa kau mencintaiku Sean?" dia berkata dengan tatapan malu-malunya, aku mengelus bibir merah mudanya yang menggoda lalu mengecupnya.

"Tergila-gila" aku menjawabnya sambil menggigit telinganya, aku mendengarkannya mendesah dan gemetar karenanya.

"Kau memikirkanku?" dia kembali bertanya masih dengan sikap malu-malunya dan itu membuatku sangat terpesona.

"Sepanjang hari" aku menjawabnya dengan senyuman puas, dia tersenyum sambil menghadiahku kecupan lembut di bibirku.

"Aku juga merindukanmu" dia berkata padaku sambil melingkarkan lengannya di pinggangku dan memelukku begitu erat, aku mengecup puncak kepalanya singkat.

"Aku punya sesuatu untukmu" aku berkata dengan senyuman mengembang di bibirku, aku hanya mendengarnya menggumam pendek tanpa melepaskan pelukannya di pinggangku, aku tersenyum lebar saat melihatnya seperti ini. Dulu Ashley yang kukenal tidak akan semudah ini bersandar padaku atau memelukku kecuali saat dia sedang mabuk, tapi kini aku tidak perlu lagi menunggu saat itu tiba.

"Kau tidak ingin melihatku sayang" aku meraih dagunya dan mengangkatnya hingga dia menatapku.

"Aku punya kau, aku tidak butuh apapun lagi" dia berkata dengan kesungguhan dan ketulusan dimatanya yang seolah membuatku melayang ke langit ketujuh.

"Tapi aku ingin kau melihatnya" aku berkata dan kini dia mulai melepas lengannya yang tadinya melilit pinggangku. Aku tersenyum padanya dan mengeluarkan kutak dari saku jasku perlahan-lahan aku membuka kotak itu, ketika penutup kotak itu terbuka sepenuhnya aku melihatnya menutup mulutnya karena terkejut, matanya mulai berkaca-kaca saat memandangku.

"Kuharap ini tidak terlalu berlebihan, aku terburu-buru saat aku memesannya, meskipun begitu mereka menyelesaikannya dengan hasil maksimal" aku berkata sambil membelai pipinya yang telah dibasahi air mata bahagianya.

"Jadi, apa kau menyukainya?" aku bertanya padanya setelah beberapa saat dia terdiam.

"Sean, ini sangat indah, aku tidak pantas untuk..."

"Jangan!" aku memperingatkannya untuk menghentikan kata-katanya itu, dia menatapku dengan mata indahnya lalu mengecup pipiku dengan lembut untuk ucapan terima kasihnya.

"Kau mau memasangkannya untukku?" dia bertanya sambil menyibakkan rambutnya yang telah kering, aku membelai rambut kecokelatannya, rambut itu begitu lembut di tanganku dan tercium begitu harum di dekatku.

"Aku akan jadi orang paling bahagia ketika melakukannya" aku berkata padanya lalu memasangkan kalung itu di leher jenjangnya, aku menunduk mengelus kalung yang kini telah dia pakai, aku memandang kalung yang melingkar indah di lehernya, dia begitu cantik dan kini terlihat semakin menawan ketika kalung itu melengkapinya.

"Kau sangat cantik" aku berkata sambil mengecup bahunya yang terbuka.

"Ya, aku tau dan kau memilikiku selamanya" kata-katanya membuatku mendongakkan kepalaku untuk melihat kesungguhan di matanya, dan yang aku temukan dimatanya hanyalah kejujuran dan ketulusan yang bernilai lebih dari kehidupanku sendiri. aku tersenyum padanya dan memeluknya dengan keseluruhan jiwa dan ragaku, aku merasakan dia menyandarkan dagunya di bahuku lalu perlahan-lahan dia melingkarkan lengannya di leherku.

"Aku mencintaimu Ashley, kuberikan jiwaku untukmu jika kau mengingankannya" aku berkata sambil terus mendekapnya.

"Aku hanya menginginkan hatimu" dia berbisik lalu semakin mengeratkan pelukannya dileherku.

***

Aku merasakan tubuh Ashley mulai melemas, lengannya juga tidak memelukku seerat tadi tapi aku masih memeluknya dengan erat. Entah selama berapa lama kami saling memeluk, aku tahu dia lelah tapi aku masih saja memeluknya tanpa menyisahkan sedikit ruangpun diantara kami berdua. Suara nafasnya terdengar teratur di telingaku dan aku sangat menikmati hal itu, suara nafasnya adalah hal terindah yang penah kudengar dan itu juga menbuatku tenang. Aku membelai pipi merahnya dan dia tetap menutup matanya karena mengantuk. Aku membaringkannya di dekatku, kulepas jubah katun itu dari tubuhnya dan melemparnya ke arah lantai, aku kembali mengamati wajah damainya ketika da tertidur, kalungnya terlihat mencolok pada ketelanjangannya dan itu membuatku tersenyum puas. Aku menarik selimut satin berwarna biru tua untuk menutupi tubuhnya lalu aku kembali merengkuhnya kedalam pelukanku.

Aku terbangun dari tidurku saat aku mendengar suara ponsel bergetar di sisi tempat tidurku, aku langsung cepat-cepat membuka mataku karena aku tidak ingin ponsel sialan ini membangunkan kesayanganku. Aku mengangkat ponsel itu dari meja dan pandanganku kembali kearah wanitaku yang sedang tertidur, aku menyibakkan anak rambutnya yang menghalangiku memandang wajahnya lalu mengecup bibir meronanya yang menggoda itu singkat. Aku melihat nama Melisa di layar ponselku dengan sedikit mengumpat aku akhirnya menerima panggilan itu.

"Demi tuhan, ini tengah malam!"

"Daniel ada mansion, dia mencari Ashley!" suaranya terdengar begitu panik dan sedikit tidak terkendali, aku terkejut ketika aku mendengarnya begitu takut, seumur hidup aku tidak pernah melihatnya seperti itu.

"Apa mau bajingan itu!"

"Dia bilang dia akan membawa Ashley kembali ke California"

"Dia harus melangkahi mayatku lebih dulu!"

"Bukan itu yang terpenting Sean, tapi apakah menurutmu Ashley akan mengingat Daniel?" Melisa berkata dengan serius.

"Entahlah, tapi aku akan kesana sekarang juga"

***

Aku memacu mobilku gila-gilaan hingga aku sampai di Mansion, aku mengabaikan sapaan pelayan dan masuk kedalam mansion. Mataku mencari laki-laki itu dan aku menemukannya sedang berdiri di dekat jendela.

"Hei!" aku membentaknya sambil berjalan kearahnya, tanpa banyak bicara lagi aku menghujamkan pukulanku ke arah rahangnya hingga dia terjatuh diatas lantai.

"Dimana Ashley!" dia berkata padaku sambil susah payah berdiri dan menyeimbangkan tubuhnya karena pukulanku tadi.

"Dia ada padaku dan akan selalu bersamaku sampai hari kematian kami!" aku berkata sambil menanamkan pukulanku di perutnya hingga dia terjatuh lagi.

"Dia tidak mencintaimu!" kata-katanya membuat darahku semakin mendidih, aku mencengkeram lehernya lalu memberinya pukulan bertubi-tubi di perutnya.

"Dia sangat mencintaiku!, kau harus tahu jika tadi malam dia mengatakan bahwa aku akan selalu memilikinya!" aku melihatnya mengeluarkan darah di mulutnya tapi aku tidak memperdulikannya, aku hanya terus memukulinya tanpa ampun.

"Sean!, hentikan!!!" Melisa berusaha menghentikanku tapi aku tetap saja memukulinya, aku benar-benar kehilangan kendali atas diriku jika itu menyangkut Ashley.

"Ashley adalah wanitaku!, dia milikku dan selamanya akan menjadi milikku!" aku berteriak padanya ketika tubuhku ditarik oleh Richard.

"Sean, kendalikan dirimu!" Melisa membentakku tapi aku tidak memperdulikannya.

"Jika kau berani menyentuhnya, maka akan kubuat kau menyesalinya selama sisa umurmu!, kau dengar aku!, dia adalah milikku" aku berteriak kehilangan kendali pada Danel yang berjuang dengan susah payah kembali berdiri.

"Biarkan saja Ashley yang memutuskannya!"

"Bajingan!, kau bahkan sama sekali tidak punya hak untuk bicara disini!, berani sekali kau meminta hal itu!" aku memberontak dari Richard dan kembali menerjangnya tapi Melisa kembali menengah kami.

"Dia tidak memilihmu!, dan hal itu tidak akan pernah terjadi, tapi dia memilih untuk menikah denganku!, dia berkata dia mencintaiku, kami bercinta sepanjang malam dan dia menjeritkan namaku saat itu, hanya ada aku dalam hatinya, kau hanyalah selingan saja di pikirannya,tapi aku adalah satu-satunya pria yang ada di hatinya!"

"Biarkan aku bertemu dengannya, maka dia akan merubah pikirannya!"

"Kau bajingan!, aku tidak akan membiarkanmu menyentuh wanitaku!, sebaliknya aku akan membunuhmu!" aku berkata sambil menghujamkan pukulan lagi diwajahnya tanpa bisa dicegah atau ditengahi siapapun.

***

Tulis komentar tentang pendapat kalian cerita ini dari awal chapter sampe chapter ini, chapter mana yang paling kalian suka dan paling kalian benci kalo banyak yg komentar ntar aku up-date cepet oke?





Continue Reading

You'll Also Like

297K 12.2K 32
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
6.1M 317K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
4.4M 32.3K 29
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
4.7M 174K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...