Boy crush

By JoandAlberto

310K 10.9K 1K

Boyxboy, bromance dan sejenisnya. Kisah antar remaja yang memiliki keterikatan satu sama lain dengan rasa yan... More

Boy crush
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15 Special Fernando
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21+
Chapter 22
Chapter 24

Chapter 23

5K 323 65
By JoandAlberto

"Ndo balik yuk! Uda gelap nih" ajakku.

"Iye.."

"Mana kuncinya, gue aja yang nyetir"

Dia memberikan kuncinya padaku dan akhirnya kami meninggalkan pantai setelah nando selesai berbilas.

Kini jalanan menjadi sepi, suara motor kami bersautan dengan suara alam disana. Lampu temaram jalanan menuntun kami.

Nando melingkarkan tangannya di perutku, dia meringkuk di balik punggungku. Di peluknya aku erat. Dia lelah, terbukti kepalanya telah bersandar menempel belakang pundakku.

Sengaja aku melaju dengan kecepatan normal, hanya ingin mengulur waktu agar moment seperti ini bertahan lebih lama.

Dekapannya hangat dan mantap. Jika aku bisa mungkin akan kubalas, namun tanganku hanya bisa mengusap kulit lembutnya dan tangan lainya memegang stir kendali.

~~

Beberapa hari kemudian.

Kami melanjutkan aktivitas kami masing-masing, karena besok kita sudah harus kembali ke sekolah.

Dengan tahun ajaran baru, kelas baru dan suasana baru. Jujur, aku tak sabar untuk ke sekolah. Bukan untuk belajarnya sih, tapi untuk bertemu Nando.

Tapi dengan pahit hati aku menerima kenyataan bahwa aku tak sekelas lagi dengannya karena kelas kami kembali di acak. Aku kecewa karena tak bisa duduk berdua lagi denganya, dan terlebih lagi aku tak bisa menikmati paras dan aroma yang menawan itu.

Padahal dulu aku bisa tiap hari curi-curi kesempatan itu tapi sekarang enggak. Atau mungkin karena dulu kita belum ada apa apa, makanya biasa aja, malah dulu aku keganggu karena sikap dingin nya namun saat ini, dingin itu berubah hangat.

Sekarang aku rindu padanya. Aku memang tak pernah bilang langsung. Hanya memberikan kode atau guratan kangen yang tersirat dalam setiap percakapan di chat kami.

Entahlah, seakan aku mulai addicted denganya. Pengen ketemu terus, jalan bareng, pokoknya berduaan sama Nando aja aku udah seneng. Ga pernah puas lah kalo mandang parasnya. Btw, dia lagi apa ya?

Berkali aku berikan pesan, namun tak ada balasan. Mungkin dia kecapekan. Masa bales chat aja capek, atau udah ga peduli?

Ga kerasa tinggal setahun lagi aku bisa lulus dari sekolah ini. Ga nyampe setahun malah. Ternyata memang benar kata orang, masa SMA adalah masa yang paling seru. Banyak cerita pada 3 tahun saat kamu jadi siswa, karena setelah itu bakal jadi mahasiswa. Mungkin dunia pekuliahan akan berbeda.

"Besok keluar yuk, jalan kemana gitu, nonton kek atau apalah." ajak Nando saat kita berada dikantin. Akhirnya ketemu juga, kenapa sekarang jadi aku yang rewel ya ? Padahal dulu aku bisa cuek ke dia, kena pelet apa aku?

"Ayok aja, besok habis pulang sekolah ya, langsungan aja sampe malem" kataku.

"Eh, tapi tar gue gabisa nganter lu balik ya, gue dijemput bokap" sahutnya.

"Hu um, eh cieh yang udah akrab. Nah gitu dong! Jangan jaga jarak sama bokap lu ndiri, ntar durhaka loh" candaku. Nando tertawa garing.

"Sekarang gue uda deket kok sama bokap, udah sering ngobrol malah"

"Ya baguslah kalo gitu"

Keesokan harinya.

Kami berdua sudah sampai di bioskop. Celingukan kami melihat jadwal film yang tayang sore ini.

Kalo diinget inget, kami cuma beberapa kali keluar nonton film, dulu aja gagal gegara Nando ketiduran.

"Ndo, jadinya mau nonton apa?" tanyaku.

Tak ada sahutan. Aku menengok kearahnya. Pandangan matanya tak menatap layar jadwal film tapi dia memandang jauh dan tatapannya kosong. Nando melamun.

"Ndo..?" kataku lagi "Nando!"

"Haa? Kenapa?" Dia tersadar gelagapan.

"Lu kenapa sih, bengong aja. Jadinya mau nonton apa?"

"Ha? Eumm, terserah elu aja. Hari ini semua elu yang nentuin."

"Lah gimana sih, orang elu yang ngajak"

"Apa aja boleh Sam, yang penting bangku kita ga kepisah. Lu tau ndiri ni bioskop rame banget, mana tu antrian panjang. Kalo perlu cari yang filmnya sepi penonton, trus sama tempat duduknya cari dipojokan biar gue bisa nyium elu nanti. Hehehe" cengirnya.

"Ahh ngeres aja otak lu, mentang mentang di dalem gelap" kutoyor kepalanya lembut. Aku tersenyum melihatnya.

Dan jadilah kami menonton film drama yang menggores hati dan memilukan nurani, karena malah bikin ngantuk. Duh, keblondrok kan.
Asal milih film sih, jadinya malah zonk gini. Tapi kegondokan hati tak berlangsung lama.

Walaupun tidak duduk dipojokan, tapi film yang sekarang diputar tak banyak penontonnya. Disela sela adegan film, Nando menggenggam tanganku. Aku tak peduli dengan yang lain, toh mereka pada fokus ke filmnya dan lagian juga gelap disini.

Dia menatap mataku dan akupun membalasnya. Kuberikan senyuman terbaikku padanya. Pertanda bahwa aku senang disisinya. Senyumnya juga mengembang.

Pandangan kami kembali ke layar, dan kemudian kepala Nando besender di pundakku. Sontak aroma wangi yang berasal dari rambut Nando menyeruak kehidungku. Wanginya begitu menenangkan dan menyegarkan. Lalu, kukecup singkat kepalanya agar dapat kucium lebih jelas wanginya.

Aku tak peduli dengan film yang kutonton, dan aku berusaha agar aku tak tertidur. Sembari membunuh bosan karena aku tak mudeng filmnya, tanganku iseng mengelus pipi mulusnya.

Hampir dua jam berlalu setelah filmnya selesai, kami mencari makan di area foodcourt. Hingga pesanan kami datang, Nando terus menatapku.

Sedikit salah tingkah aku dibuatnya dan juga malu tentunya.
"Lu ngapain ngeliatin gue kaya gitu?" protesku.

"Lah orang elu manis gitu, mubazir kalo ga dipandangin terus" katanya.

Walaupun kalimatnya menurutku tak romantis, tapi sukses membuatku merona.

Daripada terusan aku mati gaya gara gara Nando memandangiku kaya emak-emak yang lagi kegirangan nontonin aktor di serial drama Turki, aku mengambil ponselku dan mengambil foto dirinya.

"Lu ngapain sekarang nyuri-nyuri kesempatan ngambil foto gue?" tanyanya balik.

"Orang elunya cakep gitu, mubazir aja kalo ga di save fotonya. Lagian foto lu di hp gue baru dikit." Ku ulang ucapannya.

Gantian dia yang merona. Dia tersenyum malu.

"Nah gitu dong senyum, kan makin cakep jadinya. Eh, Ndo, lu pindah sini gih samping gue, kita selfie bareng. Gue belum punya foto kita berdua" pintaku. Dia pun menurut.

Kami habiskan makan malam dengan beberapa obrolan ringan. Sering kami kembali bercanda tak penting. Bahan guyonan garing pun bisa terasa sangat lucu bila bersamanya. Saat seperti inilah yang mungkin bakal kurindukan.

--

"Thanks ya Ndo, gue seneng hari ini, elu baliknya ati ati ya." kataku setelah sampai di depan rumahku.

"Iya Sam, gue juga seneng" katanya padaku di iringi senyumnya.

"Jangan ngebut lu, kabarin kalo uda sampe" pamitku. Aku hendak membuka pintu namun Nando kembali memanggilku.

"Sam, tunggu."

"Ha?"

Dengan tiba tiba bibir Nando menciumku. Sedikit kaget aku dengan sikap spontannya. Tangannya memegang pipiku, dia menciumnya dengan lembut. Rasa bibirnya masih sama, lembut dan menggoda untuk dinikmati lagi.

Tak lama dia menjauhkan kepalanya. Jemarinya mengusap pipiku pelan dan dia berkata, "tadi gue belum sempet nyium elu dibioskop dan gue mau nagih jatah"

Aku tersenyum. "Yaudah sini gue kasih lagi buat bekal dijalan."

Kini gantian aku yang mencium bibirnya. Aku juga ingin merasakan bibirnya lagi lebih lama. Aku melumatnya bibirnya yang kenyal, dan dapat kurasakan dia sedikit kewalahan dengan cumbuanku.

Lembut, manis dan menggairahkan. Sebelum kami malah makin panas, aku memutuskan untuk berhenti padahal aku masih ingin.

"Hmmph,, gue takut khilaf Ndo. Hehe..ati ati yaa"
kuusap pipinya "dah Ndo"

Dia tersenyum, "dah Sam"

Aku keluar dari mobilnya dan menunggu dia berlalu. Senyumku tak berhenti mengembang malam ini.

~~

Sehabis pulang dari nonton kemarin, hubunganku dengan Nando jadi sedikit aneh. Maksudku bukan karena ciuman itu tapi dia sedikit jaga jarak denganku. Padahal texting kita lancar tapi bertemu secara fisik jadi sedikit susah.

Gatau ya, apa aku yang jadi baper apa gimana, pokoknya tiga atau empat hari setelah itu kita jadi jarang ketemu kecuali kalo pas di sekolah. Nando juga ga sering mengantar jemputku lagi, bahkan tak pernah lagi sekarang.

Dia bilang bahwa ayahnya sekarang yang mengantar jemput dia setiap harinya. Akupun tak masalah dengan itu, karena hal itu demi kebaikan Nando sendiri. Agar hubungan Nando dan ayahnya kembali seperti sedia kala. Kita bisa bertemu saat pas istirahat dan itu juga ga selalu tiap harinya sih, tapi tak apalah yang penting Nando bisa kembali akrab dengan ayahnya.

Awalnya sih aku menganggap itu masih normal-normal aja. Kita masih ketemu, ngobrol atau cuma makan siang dikantin itu juga uda cukup.

Namun, dia menjadi sedikit jarang ada kabar semenjak dia pamit mau pergi bareng bokapnya tempo hari.

Dan sekarang makin kesini kita jarang ketemu. Sangat sulit buat janjian keluar bareng dia. Pernah sekali aku sengaja kerumahnya, berniat untuk bertemu dan cuma ingin sekedar keluar bareng buat makan, tapi Nando tak ada dirumah.

Dibilang kangen? Iya jelas lah.
Dulu yang hampir setiap hari ketemu sekarang tak pernah lagi. Saat aku mencoba cari dikelasnya, ternyata dia tak masuk sekolah. Ijin katanya, tapi aku tak tau pasti. Sumber mengatakan bahwa beberapa hari ini, dia sering ijin tak masuk, bukan karena sakit tapi ada keperluan mendesak. Entah keperluan apa dan membuatku sedikit khawatir. Apa yang terjadi dengannya? Nando kenapa? Batinku terus bertanya seperti itu.

Ku coba menelpon, tersambung namun tak diangkat. Ku kirimkan pesan singkat, dia jarang untuk membalas cepat.

Merasa ada yang tak beres, aku menelpon Nando berulang kali dan masih tak diangkat. Sampai pada berapa jam kemudian atau lebih tepat malam harinya, baru dia menelpon balik.

"Halo?" akhirnya aku bisa mendengar suara nya lagi.

"Ndo??"

"Iya?" katanya diujung telepon.

"Lagi sibuk ya?"

"Hmm,, sekarang ini engga kok.. Kenapa?"

"Lagi apa lu?" tanyaku.

"Rebahan aja nih, baru aja nyampe rumah. Tadi habis nemenin bokap seharian." Jelasnya.

"Ohh" sahutku. Aku pun sudah bisa menduganya.

"Kalo lu sendiri?"

"Ha? Gue? Gue lagi... Lagi kangen sama elu" jawabku jujur.

"Hahaha..tumben."

"Ya habisnya elu ngilang mulu. Elu kemana aja sih?" kataku sambil mainin ujung bantal.

"Akhir akhir ini gue lagi sibuk nih bareng bokap gue"

Aku merindukan suaranya yang khas. Mungkin aku tak hanya kangen dengan suara, tapi dengan nya. Ingin aku mendekapnya, semua yang ada padanya ingin ku sentuhnya. Aku menunggunya bersuara lagi.

"Sam? Elu masih disana kan? Kok diem?"

"Gue nunggu elu ngomong nyet. Malah diem-dieman."

"Hahahaha..lah gue kira elu ketiduran. Eh, bentar bentar, kayaknya bokap manggil gue...-  iya pah, bentar! Bentar lagi turun!"
Aku bisa dengar Nando sedikit berteriak.
"Sorry sam, kayaknya bokap  manggil gue. besok gue nelpon lu lagi. bye sam! Happy sleeping, muah!"

"Iya ndo, happy sleeping buat elu juga" dan kemudian telponku terputus.

Sedikit kecewa.

Jelaslah! Baru sebentar aku bisa mendengar lagi suara merdunya malah sekarang kehambat lagi.

~~

Siangnya sepulang sekolah aku bertemu dengan Nando. Lebih tepatnya mengajak Nando ketemuan, karena sekarang Nando tak segampang yang dulu bila diajak ketemuan.

"Ndo, elu tuh kenapa sih akhir-akhir ini? Elu ada masalah? Apa ada sesuatu yang elu sembunyiin dari gue? tanyaku to the point dan dia hanya menjawab dengan gelengan kepala tanpa melihat mataku.

"Trus? Kok elu jadi aneh gini? Suka ngilang, ga bisa dihubungin, diajak ketemuan susah! Dan seakan elu ngehindarin gue sama kesibukan baru lu." terocosku.

"Gue gak papa Sam" Dia memalingkan mukanya.
"Kalo ngehindar iya, karena gue lagi banyak pikiran"

"Kenapa ndo? Elu mikirin apa? Kan elu bisa sharing ke gue" Nadaku melunak.

Dia kembali terdiam.
Dan kemudian mengehela nafas panjang.

"Gue mikirin kita Sam, gue mikir..." katanya terpotong."- gue mikir lanjutan hubungan kita."

Aku tercekat, kayaknya ada yang aneh. Bukan aneh sih, tapi ga biasanya doi kaya gini.

"Hmm,, lanjutan?? Maksud elu??"

"Gue ga tau Sam, gue gatau hubungan ini mesti di kemanain atau mesti diapain." Ekspesi Nando berubah muram.

Aku tercekat. Kalimat itu cukup menohok.

" Gue ga mudeng ndo, maksud lu apa?"

Dia menghela nafas panjang.

"Beberapa hari lalu, setelah kita balik liburan. Gue ngobrol berdua sama bokap"

"Dia tau hubungan kita?!" Aku langsung menyela omongannya.

"Engga, dia gatau apa-apa soal kita. Yang dia tau, elu itu sahabat gue."

Dan aku cuma meng-oh kan dan mengangguk.

"Trus?"

"Trus dia bilang sama gue, kalo bisnis nya di Singapore lagi maju dan butuh orang dijajaran manajerialnya."

"Maksudnya elu disuru nggantiin posisi bokap lu?" Potongku lagi.

"Untuk sekarang ini belum, tapi suatu saat gue bakal diposisi itu. Dan kemarin dia bilang kalo gue harus ikut dia untuk move kesana."

"Lah tapi kan lu baru aja naek kelas, Kok secepet itu sih? Kenapa ga nunggu lulus sma dulu?"

"Ga ngerti Sam, bokap bilang semua berkas gue uda diurusin, dan setelah itu gue langsung pindah singapore dan belajar disana"

Aku terdiam dan Nando kini melihatku.

"Gue nyesek kalo kita malah makin sering ketemu, makanya gue sedikit ngehindarin elu, soalnya berat Sam. Gue uda banyak berpikir ini itu tapi ni otak tetep aja buntu, hati gue sakit." sambungnya.

"Elu ga cape pindah-pindah sekolah terus?"

"Iya capek, tapi mau gimana lagi"

"Elu ga berusaha buat nolak?" Kataku.

"Sudah, and doesn't work baby. Katanya aku harapan satu satunya. Dan aku ga bisa berbuat banyak."

Aku hening dengan pikiranku. Sebenarnya bokapnya Nando berpikir panjang untuk dia. Beliau menjaga agar masa depannya terjamin. Tapi...

"Yaudah Ndo, elu ga perlu khawatir. Bokap lu tu ada benernya. Bokap lu gamau kalo anaknya ga punya masa depan, toh inikan demi kebaikan elu juga" kataku sok bijak padahal hatiku rasanya pedih, kaya habis ngiris bawang. Bikin nangis.

"Terus kita gimana?" kata Nando murung.

"Kita akan baik baik aja sayang" senyumku padanya.

"Tapi kita baru aja jadi satu. Maksudku, gue masih butuh elu Sam, gue masih pengen ngehabisin waktu berdua bareng elu, gue...gue... Gue gamau kita pisah dan gue sayang sama elu Sam" ucapnya lirih.

Hatiku teriris. Sesak. Dan begitu shock.
Itulah yang aku rasain saat ini.

"Gue juga ndo, tapi kan elu harapan satu satunya, elu kudu mikir panjang.. -" kataku pelan.

Aku menghela nafas panjang, menahan mataku agar tak terlalu berkaca-kaca.

"Tapi hidup kita harus berlanjut Ndo, elu gamau kan ngecewain bokaplu? Dan elu juga gamau ngecewain nyokaplu juga kan disana?"

Hening.
Kembali aku menghela nafas.

"Gue yakin, awalnya mungkin kita berdua bakal berat buat ngejalanin ini. Dan gue sadar kalo kita berdua bakal sama-sama menderita. Anggap aja ini proses kedewasaan, dan kalaupun elu sukses nanti ga cuma elu yang seneng, kita semua bakal bangga sama elu termasuk gue disini" kataku padanya.

Dia diam merenung.

"Tapi gue ga mau pisah sama elu Sam" dia menatap mataku.

Lirih

Tampak ujung matanya sedikit berair dengan raut wajah yang hopeless.

"Gue juga Ndo." Aku mengelus pipinya lembut.
"Jadi kapan elu mulai pindah?"

"Besok lusa" jawabnya.

What! Cepet banget!

Kembali aku mengela nafas. Walau rasanya nafas kali ini terasa begitu berat untuk dihembuskan.

"Sekarang kan uda canggih Ndo, kita kan bisa video call. So you don't have to worry about it." kataku.

"Iya tapi.. " keluh Nando, dia mengacak rambutnya sendiri, nampak frustasi.  "Arhgghh..."

Nando mengatur nafasnya, menjaga air matanya agar tak menetes. Aku hanya bisa meraih tangannya, menggenggam lembut untuk menenangkannya.

"Jadi kita berakhir?" tambahnya.

Enggak!
Jangan bilang itu!

Aku hanya menatapnya. Aku kalut.
Gatau lagi harus berkata apa. Aku diam berapa saat.

"Enggak ada yang perlu diakhiri. Kita masih punya hari ini, besok dan hari berikutnya buat kita ngabisin waktu bareng Ndo, kita puas-puasin waktu kita buat berduaan" sahutku.

Dia terdiam.

"Mungkin ntar kita bisa renang, nonton dvd sampe pagi sambil nyemil, atau mungkin belanja buat keperluan elu besok disana" hiburku.

Aku tersenyum padanya walapun susah sekali untuk melengkungkan bibir.

Dan dia hanya mengangguk.

"Yaudah yuk balik, tar malem gue nginep aja, tapi sebelum balik kerumah kita mampir ke supermarket dulu. Gue mau belanja. Entar elu gue masakin" kataku menyemangati.

Dia hanya menatapku tak ada harapan.

"Ayok Ndo, jangan bikin suasana jadi sedih gini. Senyum dong, mau sampe kapan kaya gini, kita bakal baik-baik aja kok" ku cubit pipinya lembut.

Aku sedih, iya.
Aku kecewa, tentu.
Aku galau, jangan ditanya.
Aku menderita, mungkin.
Aku bakal menangis, kita lihat saja nanti.
Sekarang saja mataku terasa panas. Tapi aku tahan sekuat mungkin. Aku takkan menangis didepan Nando. Yang ada kita berdua malah sama-sama drop nantinya. Tak ada yang menguatkan.

Semua berkutat di pikiranku, hatiku tak kalah berkecamuk. Aku membayangkan yang tidak tidak.

Selama di supermarket aku berusaha untuk berkonsentrasi membeli apa yang kubutuhkan saat memasak. Sedari tadi Nando hanya diam membisu.

Kuajak dia bicara, dia hanya menjawab seadanya. Kadang senyum simpul, menggeleng, dan mengangguk tak antusias. Begitu menyedihkan, begitu juga denganku.

Saat dirumahnya pun masih sama. Aku memasak pasta didapurnya dia hanya terus menatapku dibalik mejanya. Mengamati setiap gerakku seakan agar dia merasa puas sebelum kita berpisah.

Kemudian dia bangkit dari meja, dan membantu menata piring. Dia tau bahwa aku sudah hampir selesai memasak. Nando mempersiapkan apa yang kami butuhkan.

Kuambilkan porsi untuknya dan tak lupa kuberikan air minum.
Dia mulai menyuapkan pasta itu kemulutnya.

"Gimana? Enak kan? Ga kalah sama pasta di cafe mahal kan, hehe" candaku.

"Humm, ini enak banget! Tapi besok besok gue uda gabisa ngicipin kaya ginian lagi"
Sahutnya.

Jangan bilang gitu dong Ndo.

"Yauda gih, dipuas puasin makan nya, tapi pelan pelan biar ga gumoh"

Kembali kami makan dalam diam. Mungkin ini adalah dinner terakir kami. Kulihat dalam dalam parasnya, walaupun nampak tak bersemangat tapi ketampanannya tak akan pudar.


...........







Hi ! Did you miss us?
Sudah hampir berakhir kisah mereka..fiuh..
Terimakasih buat kamu yang setia menunggu, menanyakan story ini kapan dilanjut dan sudah mau membaca. Keep wait ya!

Salam senyum dari author :)

Continue Reading

You'll Also Like

31.8K 2.7K 32
[ ON GOING ] Cerita ini tidak hanya menceritakan satu dua keluarga saja melainkan semuanya, keseharian juga suka dan duka para penghuni komplek ini...
77.5K 12.6K 30
Tetangga baru yang selalu membuat keributan berhasil membuat dorison ingin pergi dari rumah. Ketenangan nya hilang saat tetangga baru nya suka menan...
29.5M 1.3M 44
[Story 4] Di penghujung umur kepala tiga dan menjadi satu-satunya orang yang belum nikah di circle sudah tentu jadi beban pikiran. Mau tak mau perjod...
97.9K 7.5K 25
Saat selesai memberi makan seekor kucing dipinggir jalan,Gavin tertabrak motor sehingga para warga membawanya kerumah sakit. saat terbangun,dia dibua...