She's Mine

Da diaasp

231K 8.8K 180

"Tolong jangan biarkan orang lain menyentuhmu." Alex menangkup wajah Annie dan mencubit hidungnya pelan. "Itu... Altro

PROLOG
PART 2 - Danger
PART 3 - Unknown Number
PART 4 - Jealous
PART 5 - Electric Shock
PART 6 - Ich Liebe Dich
PART 7 - Alex?
PART 8 - The Car
PART 9 - That Man
PART 10 - Hospital
PART 11 - Help Me
PART 12 - With Him
PART 13 - Flashback
PART 14 - Party Begins
PART 15 - Found Her
PART 16 - I'm Sorry, Annie
BACA BENER YA
PART 17 - The Cop
PART 18 - Unknown Number Again
PART 19 - Tristan
PART 20 - You Smelled Good

PART 1 - Hans?

28.5K 874 4
Da diaasp

Udara Berlin masih belum tercampur polusi. Suasana pagi itu sangat sejuk dan segar, membuat Annie kembali menarik selimut dan semakin terlelap dalam tidurnya, sampai tiba-tiba alarm Kate berbunyi nyaring terasa menusuk telinga.

Kriiing... Kriiing...

"Ya Tuhan mengejutkan saja. Kate matikan alarmmu!" teriak Annie yang sibuk menutupi telinganya dengan bantal.

Dengan berusaha sekeras mungkin mengerjapkan matanya, Kate mengguncang-guncang tubuh sahabatnya itu, "Annie bangunlah. Ini hari Minggu."

"Lalu mengapa kalau hari Minggu? Semestinya kau juga tidak usah menghidupkan alarm."

"Apa kau lupa? Kau kan mengganti shift kerjamu di hari Minggu menjadi pagi hari."

"Yang benar saja Kate. Ini hari Sabtu." Dengan cepat Annie melihat kalender yang terdapat pada memonya. "Astaga ini hari Minggu. Bye Kate aku harus buru-buru." Sahutnya yang berlari terhuyung-huyung menuju kamar mandi kemudian pergi meninggalkan apartemen kecil itu.

Annie berlari ke tempat kerja part time nya di salah satu butik terkenal di Berlin. Ia baru bekerja satu bulan setelah berkali-kali dipecat di tempat kerja lain karena kebosanannya hingga akibatnya ia sering bolos. Tapi kini ia bertekad untuk mempertahankan pekerjaannya ini, apalagi gaji yang diterimanya di butik itu lumayan menggiurkan daripada tempat kerja yang lain.

Jam masuk kerjanya tinggal beberapa menit lagi sementara bus yang semestinya ia naiki sudah berangkat lebih dahulu. Mau tidak mau dengan boots cokelatnya, ia berlari sekencang mungkin mengejar waktu.

"Tepat waktu!" sahutnya puas dan dengan bangga mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja.

"Tepat waktu katamu? Lewat tiga menit." Sahut pria berpita merah di sudut ruangan yang perlahan berjalan menuju Annie.

Pria itu bernama Dave. Tubuhnya proporsional. Lengannya yang terlihat maskulin membuat orang tak menyangkanya bahwa ia adalah seorang gay. Ia tinggal bersama kakak laki-lakinya. Bisa dibayangkan betapa menyeramkan menjadi kakak laki-laki Dave. Tapi mungkin juga jika mereka ternyata sejenis, haha. Membicarakan kehidupan Dave saja sudah membuat Annie merinding, apalagi harus melihat tingkah lakunya yang melebihi seorang wanita setiap hari.

Dave menyilangkan kedua tangannya di dada. "Hans ke sini kemarin sore."

"Apa? Kau yakin?" Mata Annie melotot selebar mungkin, tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya.

"Kau tahu aku pengingat yang baik. Aku ingat dia kekasihmu, Hans."

"Untuk apa? Apa dia tahu aku bekerja di sini? Oh tidak aku sangat malu. Tidak mungkin aku jujur padanya bahwa kekasihnya ini adalah seorang pelayan. Hancur sudah hidupku. Aku..."

Tidak menghiraukan sikap Annie yang berlebihan, Dave melanjutkan, "Tidak, sepertinya dia tidak tahu. Dia bersama wanita."

Seketika tubuh Annie membeku. Mana mungkin kekasihnya yang selama ini mengantar jemput ke mana saja ia pergi tiba-tiba mengkhianatinya. Memang di bayang-bayang Annie, pria tampan dan kaya seperti Hans kebanyakan adalah tipe pria yang brengsek.

"Siapa wanita itu?"

Belum sempat Dave menjawab pertanyaan temannya itu, tubuh Annie sudah tergulai lemas ke lantai.

**

"Sudahlah Annie, mungkin pria itu bukan Hans. Dave pasti salah lihat."

"Tapi Dave menceritakannya dengan sangat yakin. Dan ia membuatku sangat percaya, Kate." isak Annie yang sudah sejak siang tadi sangat membuat Kate sesak.

Masih tak habis pikir dengan apa yang masih ditangisi oleh sahabatnya itu, Kate kembali mencoba berteriak lebih lantang, "Hey berhentilah menangis! Ini sudah larut malam!"

"Tidak bi-bisa..." ucap Annie sambil sesegukan. Kate menahan tawanya melihat tingkah sahabatnya itu. Ditariknya selimut yang sudah tergeletak di bawah tempat tidur kembali untuk menyelimuti Annie. Annie kembali melanjutkan, "Lelaki bodoh! Aku yakin dia pasti berselingkuh. Memang akhir-akhir ini dia jarang menghubungiku."

Kate menaikkan sebelah alisnya dan berkata usil, "Tapi kau menangisi lelaki bodoh itu. Kau yang lebih bodoh."

Annie kembali menangis sekencang-kencang, dan sesekali sesegukan yang makin membuat perut Kate mengguncang karena tidak bisa menahan tawa.

"Sudah, aku yang melihatmu seperti itu saja membuatku lelah dan sesak apalagi kau sendiri. Lanjutkan besok saja." ujar Kate sembari kembali ke single bed-nya, lalu kembali melanjutkan, "dan ingat! Pria tampan suka wanita cantik kan? Kau itu cantik Annie. Banyak yang naksir padamu. Kalau aku laki-laki juga aku sudah memacarimu." Seketika seisi ruangan penuh dengan tawa Kate, berusaha membuat Annie tertawa.

Ternyata usaha Kate berhasil. Annie memberikan tawanya di sela-sela tangisannya yang menggebu-gebu itu. Dengan satu gerakan yang cepat, ia melemparkan bantal boneka Garfield yang sedari tadi digunakannya untuk menutupi wajahnya yang basah ke arah Kate.

"Dasar kau gila!" gerutu Annie sambil melemparkan bantal-bantal yang lain. "Tapi bagaimana jika ternyata wanita itu lebih cantik dariku?"

Terdengar suara napas yang teratur menandakan Kate sudah tertidur. Sebenarnya pura-pura tertidur agar Annie berhenti menyerangnya. Tidak lama kemudian Annie menyusul Kate dan kali ini mereka benar-benar tertidur.

**

"Aaaaa...!!" teriak Annie yang membuat Kate melompat seketika dari tempat tidurnya.

"Apa-apaan sih Annie?!"

Annie kemudian berteriak histeris lagi memandangi kelopak matanya sendiri di kaca, "Mataku bengkak! Ya Tuhan mataku..."

Kate tertawa serak. Dilihatnya sahabatnya yang terus merengek sambil mengusap-usap kelopak matanya yang sembab akibat menangis seharian semalam. Kemudian Kate kembali membenamkan wajahnya di balik bantal.

Annie berhenti histeris. Lalu matanya tertuju pada setumpukan lembar-lembar tugas kuliah yang belum ia dan Kate selesaikan. Padahal tugas-tugas itu dikumpulkan hari itu juga dan pagi itu juga.

"Astaga Kate, jam berapa ini? Kate cepat bangun!"

Kemudian kedua gadis itu langsung melompat menuju kamar mandi untuk mencuci muka, lalu beranjak lekas pergi sambil merampas lembar-lembar tugas yang harus mereka selesaikan.

Annie dan Kate memang tidak pernah berubah sejak pertama kali memasuki bangku kuliah. Mereka terlihat masih seperti anak SMA yang selalu bersenang-senang. Hidup mereka tidak jauh dari hiburan dan cinta. Tidak heran jika paling besar dosen-dosen mata kuliah memberi mereka nilai C. Saat di kelas juga, tidak lain dan tidak bukan yang mereka lakukan hanya mengobrol atau tertidur.

Jika dikupas satu per satu, keduanya adalah anak yang sangat berbeda. Kate memang terlahir sebagai anak yang serba berkecukupan. Sedangkan Annie hanya anak yang berasal dari keluarga sederhana yang tinggal jauh dari pusat kota. Mengingat nasib keluarganya yang masih memprihatinkan, Annie masih saja uring-uringan saat kuliah. Untung saja ada Kate yang selalu menutupi kebutuhan finansial sahabat yang sudah ia kenal sejak SMP itu.

Sesampainya di kampus, Annie dan Kate segera bergegas lari menuju perpustakaan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Kate berjalan menyusuri koridor perpustakaan untuk mencari buku yang mereka butuhkan.

"Oh, tidak!" Annie terburu-buru memegang lembaran tugas itu menuju tempat di sudut ruangan. Ia rasa jantungnya sudah keluar dari tubuhnya mengingat wajah Prof. Dunst, dosennya yang seram itu, takut ia akan menerkam Annie dan Kate kalau mereka belum menyelesaikan tugas tersebut.

Namun tiba-tiba badan Annie terhuyung ke depan dan sempat merasakan kakinya tersandung sesuatu. Spontan saja ia berteriak. Namun belum sempat mendarat di lantai, ia merasa badannya tertabrak seseorang bertubuh besar dan dengan tidak sengaja menarik bajunya hingga terdengar suara sobekan. Tubuhnya juga seketika mendarat di lantai.

"Astaga!" teriak Annie saat mendongakkan kepalanya ke arah orang itu.

Dan tak disangka-sangka Prof. Dunst sedang berdiri dengan wajah yang merah padam menggebu-gebu serta napas yang terdengar berat. Urat-urat lehernya terlihat muncul meskipun ia adalah pria yang gemuk. Dan yang menarik kini, pakaian yang ia kenakan kini bolong karena ulah Annie.

"Apa yang kau lakukan Annie!" pelototnya pada Annie. Annie segera berdiri dan merapikan pakaiannya dengan gemetar. Annie melihat sekelilingnya, memastikan jika tidak ada yang melihat peritiwa memalukan itu. Namun tidak seperti yang ia harapkan, orang-orang sudah terlanjur berjajar di hadapannya siap-siap untuk menertawakan tingkahnya, terutama Kate.

"Ya Tuhan bajuku! Lihat apa yang kau perbuat Annie! Ini masih pagi!"

Dengan cepat Annie menundukkan kepalanya dan mengepalkan kedua tangan di depan dadanya. "Astaga Mr. Dunst maafkan aku! Sungguh aku minta maaf. Aku... aku tidak tahu mengapa tiba-tiba aku terjatuh. Sungguh Mr. Dunst!"

Namun tiba-tiba Annie mendengar suara langkah kaki seseorang di balik tubuhnya dan berjalan ke sampingnya berkata, "Maaf Mr. Dunst, bukan salah Annie, tapi ini salahku. Ia terjatuh karenaku."

Sontak kaget Annie mendongakkan kepalanya ke arah lelaki itu, membuatnya sungguh heran dan shock setengah mati. Tidak sadar ia segera memanggil lelaki itu, "Hans! Apa yang kau lakukan di sini?"

Continua a leggere

Ti piacerà anche

151K 17.3K 67
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...
194K 9.9K 35
"GW TRANSMIGRASI? YANG BENER AJA?" ... "Klo gw transmigrasi,minimal jangan di peran antagonis lah asw,orang mah di figuran gitu,masa iya gw harus mat...
86.8K 4.8K 32
☠️ PLAGIAT DILARANG KERAS☠️ FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ayla Humairah Al-janah, yang dijodohkan oleh kedua oran...
455K 19.6K 55
WARNING⚠️TYPO BERTEBARAN‼️ {Cerita ini sudah di revisi,maaf kalau masih ada TYPO🙏🏻} **** bagaimana jika seorang gadis yang amat sempurna dengan waj...