ARSYAD DAYYAN

By Zhaylalhedy

2.3M 123K 6.8K

"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mem... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 45
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50
Bab 51
Bab 52
Bab 54
Bab 55
Bab 56
Bab 57
Bab 58
Bab 59

Bab 53

26.4K 1.6K 177
By Zhaylalhedy

ASSALAMU'ALAIKUM.
*
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمد

*
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
"Wanita punya mahkota di kepala, jadi, jangan pernah menunduk, hanya karna cinta."

~Arsyaddayyan.

____________________


"Gus, aku takut."

"Apa yang kamu takutkan, ay?"

Azalea melihat Arsyad sekilas, lalu kembali melihat jalanan yang cukup ramai pengendara, udara segar di malam hari membuat Azalea nyaman.

"Takut, takut Gus Arsyad pergi ninggalin aku."

"Gak akan Ay, aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

"Ayo, pulang Gus."

Arsyad mengangguk, meraih tangan Azalea lalu menggenggamnya erat.
Seperjalanan pulang, tidak ada sedikitpun pembicaraan, Arsyad diam, begitu juga dengan Azalea.

"Gus."

"Iya?"

Azalea berjalan selangkah, berhadapan dengan Arsyad. "Jangan pergi."

"AWAS AY!!" Arsyad meraih kedua lengan Azalea, menyingkirkan istrinya kesamping, sebuah motor dengan cepat melaju kearah Arsyad, hingga menabraknya.

"GUS!!"

Teriakan Azalea, juga tubuh Arsyad yang terlempar cukup jauh, mengundang perhatian pengendara juga pejalan kaki.

Azalea segera berlari kerah suaminya yang tergelak di lumuri darah, tubuh itu tak lagi bergerak, Arsyad pingsan.

"G-gus," tubuh Azalea meluruh jalan, meraih kepala Arsyad lalu menidurkan di pahanya. "Bangun."

Semua orang kini mulai mengerumuni Azalea juga Arsyad, riuh di telinga ketika mereka hanya membicarakan masalah kecelakaan itu, bukan membantu memanggil ambulance.

"Tolong, panggilkan ambulance," ucap Azalea lirih, tangannya tak henti mengusap darah yang akan menetes ke jalan.

"Gus."

"Jangan seperti ini Gus, aku takut, bangun Gus."

"Gus!"

"Bangun," berkali-kali Azalea pipi Arsyad.

"Sepertinya dia sudah tiada," ucap seorang pria.

"Gak mungkin."

"Gak mungkin!! Gus bangun!"

"GUS!!!"

"Ay! Bangun."

"Gus!" Azalea membuka matanya, detak jantungnya begitu cepat, peluh membasahi kening Azalea, semua hanya mimpi, iya mimpi.

"Kamu kenapa?"

Azalea tersenyum dengan bibir yang masih bergetar, dengan segera Azalea memeluk tubuh Arsyad.

"Ada Al-Qur'an di tangan mu ay, bagaimana jika batal."

Azalea tak menghiraukan ucapan Arsyad, saat ini dirinya hanya ingin terus memeluk suaminya.

"Kenapa, Ay?"

"Aku mimpi, Gus."

"Mimpi apa?"

Azalea menggeleng, tidak mungkin dirinya menceritakan mimpi yang sangat mengerikan itu.

"Aku takut, Gus."

"Ada aku di sini Ay."

Azalea melihat jam dinding, jam tiga pagi, nampaknya Azalea tertidur saat menghafal.

"Entah apa yang kamu mimpikan tadi Ay, aku berjanji akan selalu ada di sini mendampingi mu."

"Mimpi itu terkesan nyata Gus, aku takut, semua benar-benar akan terjadi," batin Azalea, air matanya kini terus menetes, hingga membasahi baju Arsyad.

"Mau lanjut tidur?"

"Enggak Gus."

Arsyad melepaskan pelukan itu, meraih kedua tangan Azalea.

"Jangan di pikirkan ay, mimpi hanya bunga tidur."

Azalea mengangguk.

"Jangan kuatir."

*****

Yulia juga Irsya tak hentinya memandangi Azalea, pagi ini menantunya hanya diam saja, bahkan Yulia bisa melihat ada kekuatiran di wajah Azalea.

"Kenapa nak?"

"Ha-ah?"

"Kamu kenapa nak?" Kali ini Irsya yang bertanya.

"Oh, enggak papa kok umi, Abi."

"Arsyad kemana nak?"

"Gus? Gus Arsyad kemana?" Azalea berdiri.

Irsya mengernyit bingung, menantunya begitu aneh.

"Umi, Abi, aku izin pergi cari Gus Arsyad" pamit Azalea berlari pergi.

"Ada apa dengan Azalea ya umma."

"Menjadi ibu hamil memang begitu Abi, tingkat kekuatiran terhadap suami semakin besar, apalagi seperti menantu kita, jika tidak berada di dekat Arsyad dia tidak akan nyaman."

Irsya mengangguk, bagaimana Irsya bisa lupa, bahwasanya anaknya itu tidak bisa terpisah walau hanya sebentar saja, pernah saat Irsya mengajak Arsyad ke toko sarung, anaknya merengek minta pulang dengan alasan dia mengkuatirkan Azalea.

****

"Gus," Azalea berlari menuju Arsyad, di mana suaminya berada di dalam warung bersama Erlan.

"Ada apa ay?"

"Jadi Gus Arsyad di sini? Gus Arsyad tau gak sih kalo aku itu kuatir, jangan jauh-jauh dari aku!!"

Arsyad keluar dari warung, sedangkan Erlan kini terkekeh pelan, istri Gusnya ternyata sangat manja.

"Ada apa sayang?"

"Aku cuma kuatir aja, Gus Arsyad gak ada, lain kali kalo mau kemana-mana itu bilang!"

"Tumben istriku manja."

"Bukan manja Gus," kesal Azalea. "Aku kuatir," lanjut Azalea dengan suara pelan.

"Ayo kembali ke Ndalem."

"Aku mau ke pesantren Putri Gus, hari ini ada kunjungan keluarga, pasti mamah, papah, sama mas Raka datang."

"Kan mereka bisa langsung masuk ke Ndalem nanti Ay."

"Nanti aku gak bisa liat ustazah Namira sama mas Raka."

Arsyad terkekeh. "Jadi ini tujuan utama kamu."

Azalea mengangguk cepat.

"Anterin sampe ke gapura putri."

"Ayo."

Kedua kini berjalan menuju gapura pesantren Putri, warung juga pesantren Putri hanya berjarak beberapa meter.

"Ustad Dalen udah gak ngajar lagi, Gus?"

"Ngajar ay, cuma dia masih butuh waktu."

"Apa kabar dengan ustad Erlan sama Ning Kayra mereka sudah menikah atau belum Gus?"

"Belum Ay."

"Eeem, yaudah aku masuk dulu."

Sebelum pergi, Azalea mencium pipi Arsyad singkat lalu berlari pergi.

"Hati-hati Ay."

****

Fiona juga Duan tidak datang kali ini, mereka sibuk, jadi hanya Adiraka yang datang, itupun bukan untuk adiknya, tetapi untuk Namira, Azalea hanya bisa berpasrah diri, menjadi nyamuk di antara keduanya.

"Jadi, kapan siap mir?"

"Siap apa mas?" Tanya Azalea sedikit terpancing dengan pertanyaan Adiraka.

"Siap aku Nikahi."

Namira hanya menunduk, senyum tipisnya kini terlihat manis, adiraka yang melihat itu ikut tersenyum.

"Aku belum siap."

"Belum cinta juga, kan? Gak papa aku akan bersabar menunggu cinta itu tumbuh, berdaun, berbunga mekar."

"Lebay!" Ketus Azalea memalingkan wajahnya kesamping.

"Iri Lo curut!"

Namira mengangkat wajahnya melihat Adiraka sekilas, di depan Namira Adiraka tidak bisa diam, Adiraka sangat memalukan, namun Namira sangat menyukai sifat terbuka itu.

"Kalo siap, cepat kasih tau ya mir, masak kamu mau buat laki-laki spek pangeran ini menunggu tuan putrinya."

"Huek!"

Adiraka melihat kearah Azalea, terlihat jelas, adiknya sangat muak dengan kelakuannya.

"Biarin, biarin dia iri."

"Aku pergi aja deh mas," kesal Azalea berniat berdiri.

"Jangan Za, tunggu mas kamu pulang, aku tidak mau ada yang berpikiran buruk tentang aku dan mas kamu."

"Calon suami Dek Mira."

"Mas Raka!!" Kesal Azalea memukul paha Adiraka, Azalea rasanya ingin membuang kakaknya itu. "Lebay tau gak sih?"

"Pulang aja deh kamu!!" Azalea berdiri, menarik tangan Adiraka agar ikut berdiri juga.

"Kenapa sih De?"

"Pulang!!" Dengan kuat Azalea menarik tangan Adiraka, lalu mendorongnya keluar dari ruangan itu.

Namira hanya bisa tersenyum.

"Gak usah balik kesini kamu mas, biarin mamah sama papah aja yang kesini liat menantunya, kamu jangan ikut."

"Enak aja! Oa Mir aku pulang dulu, jangan beralih hati, tetap kepadaku."

Adiraka melangkah pergi, merasakan kepergian Adiraka, Namira mengangkat wajahnya, dia tersenyum lebar, Namira memang belum mencinta Adiraka, tetapi berada di dekat Adiraka dia bahagia.

*****

"Mamah apa kabar Len?"

"Baik."

"Kenapa kamu datang kesini?"

Galen menghela nafas panjang, jika bukan untuk melihat Azalea dia tidak akan meluangkan waktunya untuk menemui Salwa.

"Hubungan kita tidak sebaik itu, hingga kamu sering datang kesini."

"Bagaimana jika aku ingin memperbaiki hubungan kita?"

"Hubungan kita, atau hubungan antara kamu dan istri orang, jangan gila Len, memang dulu aku pernah melakukan kesalahan, dan itu mungkin tidak akan pernah bisa di maafkan, kamu jangan melakukan itu."

"Az-"

"Jangan menganggu hubungan Azalea dengan Gus Arsyad, Galen!!"

"Emba juga mencintai Arsyad, kan?"

Salwa terdiam, bagaimana Galen bisa tau jika dirinya pernah mencintai Arsyad.

"Kenapa diam, Emba Salwa pasti berpikir, dari mana gue tau tentang perasan itu?"

"Itu dulu."

"Lalu sekarang?"

"Dia bukan takdir ku, untuk apa aku mengganggu mereka, aku tidak seperti kamu."

"Cepat sekali sadarnya Emba."

"Karna percuma aku berusaha memisahkan mereka Len, karna sejatinya mereka ditakdirkan bersama, aku tidak ingin menentang sang pencipta dengan berperilaku gila karna cinta."

Galen mengangkat satu alisnya lalu tersenyum.

"Emba aja yang kurang usaha."

"Kamu, jangan pernah berani mengganggu hubungan Azalea dengan Gus Arsyad, Galen."

"Gue gak harus ngikutin apa yang Lo bilang emba."

Dari arah kejauhan Azalea mengepal tangannya, melihat Galen membuat Azalea ingin sekali menghantam lelaki itu, karna Galen, hubungannya dengan Arsyad pernah renggang.


*****

"Cukup moro'jeahnya untuk sekarang ay."

"Shadaqallahuladzim."

"Kamu cantik," Arsyad merapikan mukennah Azalea yang sedikit miring.

Azalea melihat wajah Arsyad lekat, kenapa suaminya malah semakin tampan, tidak mungkin karna usianya yang semakin matang kan? Bibir tipis itu, kenapa Azalea baru menyadarinya, suaminya sangat menggoda iman.

"Boleh tidur di sini?" Tanya Azalea menunjuk paha Arsyad.

Arsyad mengangguk, dengan segera Azalea merebahkan tubuhnya menghadap samping.

"Gus."

"Iya?"

"Anak kita sudah bisa gerak Gus, maaf gak pernah kasih tau."

Arsyad tersenyum lebar, namun dia harus berakting terkejut, agar istrinya senang.

"Benarkah? Sejak kapan ay? Bagaimana rasanya, boleh aku mengusapnya?"

"Kayaknya dia tidur deh Gus."

"Coba," Arsyad memasukkan tangannya kedalam mukennah yang masih dikenakan Azalea, perlahan mengelus perut itu, hingga terasa ada sedikit pergerakan.

"Gus, dia bangun."

"Jadi, seperti ini rasanya" walau Arsyad selalu merasakan itu di malam hari, dia tidak bisa memungkiri bahwa ketika anak itu bergerak, Arsyad selalu merasakan kebahagiaan.

"Gus, aku merasakannya di saat usia kandungan ini 4 bulan."

"Jadi, istriku ini mencoba merahasiakannya dari ku."

"Bukan merahasiakan Gus, aku hanya malu mengatakan itu."

"Malu Kenapa?"

"Takutnya Gus Arsyad nanti malah bilang aku menghayal."

"Astaghfirullah, Ay."

"Eh, Gus" Azalea menghentikan tangan Arsyad.

"Kenapa?"

"Jangan di elus lagi, kasian biar dia tidur."

Arsyad menarik tangannya dari dalam mukennah.

"Ay."

"Iya?"

"Ketika aku mencintaimu tanpa melibatkan Allah, aku merasa sangat terluka. Namun ketika aku mencintaimu karna Allah, aku menemukan kebahagiaan yang teramat sempurna di depan mata.

*

*

*

*

Nangis dikit gak ngaruhhh....

Kitaa senggol bacok AE lah Galen 😌

JANGAN LUPA VOTE KOMEN JUGA SHARE NYA...

DI FOLLOW AKUN AKU YAH..

IG: Zhaylalhedy
WP: Zhaylalhedy
TT:Zhaylalhedy

Sampai bertemu di part selanjutnya 🤗
👇👇👇👇👇

Continue Reading

You'll Also Like

30.2K 344 2
[ Follow akun ini ya sayang sayang aku<3] [Sequel Ana Uhibbuka Fillah Imam Pilihan Abi] ⚠️Peringatan Kebaperan Tingkat Tinggi⚠ Gadis bernama Azahra P...
657 293 7
Aku akan menyerah, setidaknya aku sudah berusaha ~Batin Khansa. "Apa aku boleh menyerah?" tanya Khansa lesu. "Aku tidak akan membiarkan kamu menyerah...
69.6K 8.8K 10
©2023 (Blue Lock - Muneyuki Kaneshiro)
1.3M 118K 50
Segera terbit dengan cover dan isi baru di novel🙌🏻 Tentang Al Habibie Akbar yang berstatus Gus. Namun, perilakunya benar-benar tidak seperti seoran...