DIA, BUNDAKU? [END]

By glomyna

214K 20K 2.7K

Seorang ibu yang kehilangan anak semata wayang nya dan sangat rindu dengan panggilan "bunda" untuk dirinya Se... More

CAST
🐟 01 🐟
🐟 02 🐟
🐟 03 🐟
🐟 04 🐟
🐟 05 🐟
🐟 06 🐟
🐟 07 🐟
🐟 08 🐟
🐟 09 🐟
🐟 10 🐟
🐟 11 🐟
🐟 12 🐟
🐟 13 🐟
🐟 14 🐟
🐟 15 🐟
🐟 16 🐟
🐟 17 🐟
🐟 18 🐟
🐟 19 🐟
🐟 20 🐟
🐟 21 🐟
🐟 22 🐟
🐟 23 🐟
🐟 24 🐟
🐟 25 🐟
🐟 26 🐟
🐟 27 🐟
🐟 28 🐟
🐟 29 🐟
🐟 30 🐟
🐟 31 🐟
🐟 32 🐟
🐟 33 🐟
🐟 35 🐟
Something That I Made
Mau Tanya
SPALL SPILL
Yay or Nay

🐟 34 🐟

3.5K 463 47
By glomyna

Pria paruh baya itu langsung menghubungi anak buahnya untuk menghalangi Shani yang sedang dalam perjalanan.

Ia tak akan membiarkan wanita yang masih berstatus istrinya itu pergi begitu saja.

Setelahnya ia keluar dari kamarnya dengan setelan rapih dan langsung mengendarai mobilnya untuk menyiapkan tempat dimana ia akan menyembunyikan Shani.

Disisi lain

Seorang gadis yang baru saja bangun dari tidurnya sedang termenung dengan menatap langit kamarnya. Ia memutuskan untuk menyewa hotel beberapa hari ke depan.

Lokasinya sangat jauh dari orang-orang sekitarnya. Bahkan beda kota.

Ia menghela nafasnya kasar
"Huuh.. kenapa jadi gini sih?"

Lalu ia bangun untuk duduk dan sekejap memejamkan matanya karna pusing yang menyerang tiba-tiba. Mungkin itu efek dari dirinya yang kehujanan dan juga terlalu lama menangis hingga ia tertidur.

Ia menyurai rambutnya ke belakang lalu menoleh ke arah handphone yang ia letakkan disamping bantal.

"Kangen bunda" Batinnya

Dengan meyakinkan dirinya ia mengaktifkan handphone nya yang dari semalam ia nonaktifkan.

Ketika hp itu menyala banyak sekali telfon dari sang bunda yang menghubunginya. Bahkan kiriman pesan dari bundanya pun tidak terlewatkan.

Perlahan air matanya luruh kembali, lalu ia meletakkan lagi handphone nya dan pergi ke kamar mandi.

-------------------------------------------------------------

Para anak buah Cio sudah berhasil membawa Shani ke lokasi yang sudah di berikan oleh bos nya itu.

Cio menyuruh anak buah nya untuk melepaskan Shani dan menyuruhnya untuk pergi meninggalkan mereka berdua.

Shani menatap lelah sang suami di hadapannya

"Mau apa lagi mas?"

Yang ditanya bukannya menjawab justru mendekati wanitanya dan memeluknya erat.

Ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang istri untuk mencari kenyamanan.

Shani bergeming dengan tubuh tegaknya yang tak membalas pelukan itu sama sekali.

"Aku harus cari anakku mas" Ucap Shani lagi

Cio menggeleng pelan

Lalu Shani melepaskan tangan Cio yang melingkar di pinggangnya dan menjauhkan wajahnya dari ceruk lehernya.

Shani bisa melihat bagaimana sorotan mata tegas yang dimiliki oleh suaminya kini berubah menjadi sorotan yang sedih dan penuh penyesalan.

"Mass, tolong jangan membuat ini semakin rumit. Aku mau cari Angel, aku khawatir sama dia mas. Aku takut dia kenapa-napa" Ucap Shani dengan emosional

"Aku tau sayang. Biarin anak buah aku aja yang cari Angel ya. Aku mau kamu tetep disini" Balas Cio dengan menggenggam kedua tangan Shani

Tapi Shani melepaskannya dengan kasar dan menuju pintu rumah untuk keluar. Namun, saat ia akan membukanya ternyata pintu itu terkunci.

"Ck" Decaknya lalu berbalik menatap Cio

Sebelum ia berucap, suaminya sudah lebih dulu berbicara

"Aku ga akan biarin kamu keluar dari rumah ini. Kamu akan menetap disini sampai aku bisa menemukan Angel.  Disini kamu akan dijaga oleh beberapa anak buah aku dan aku juga akan kesini di waktu tertentu"

Shani mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Lalu ia mendekati suaminya lagi dan menatapnya dengan tatapan menahan amarahnya.

"Kamu beneran gila ya? Aku cuma mau cari anak aku aja sampe kamu larang? Oke fine, tapi kalo sampe anak buah kamu itu ga nemuin Angel juga, aku tetep turun tangan buat cari anak aku sendiri" Pungkasnya dan langsung membanting pintu kamar

Cio pun memerintahkan anak buahnya untuk segera mencari keberadaan Christy yang hilang entah kemana.

Sedangkan Shani hanya bisa berdiam diri di rumah itu tanpa bisa melakukan apapun. Saat ia mencoba untuk menelfon anaknya lagi, senyuman manis mengukir di bibirnya kala telfonnya itu tersambung.

"Plis angkat sayang pliss" Gumam Shani dengan terus memandangi layar handphone nya

Christy pov on

Aku yang sedari tadi udah ngelakuin banyak hal buat ga mikirin permasalahan itu tapi tetep aja gabisa. Apalagi soal bunda.

"Ck, tuhannn kenapa sih ini kepala gamau berhenti mikirin itu ish" Ucapku dengan kesal

Lalu aku beranjak untuk duduk disofa. Baru beberapa menit aku duduk, tiba-tiba handphone ku berdering di atas meja.

Aku sedikit melirik kontak siapa yang menelfon ku.

Mata ku langsung membelalak kaget ketika nama bunda yang tertera di layar itu.

Aku mengambil handphone itu dan menimang apakah aku harus mengangkatnya atau tidak.

"Kalo aku angkat, aku harus bilang apa sama bunda? Aku harus bersikap gimana? Tapi kalo aku ga angkat... takut bunda mikirin aku terus, lagian aku juga kangen sih sama bunda. Ck, gimana dongg" Monolog ku dengan mengetuk-ngetuk handphone itu ke dagu

Setelah cukup lama berpikir, akhirnya aku memilih untuk mengangkat panggilan telfon tersebut.

Aku menempelkan layar ponselku ke sebelah telinga ku.

"Halo bunda"

Tidak ada sahutan untuk beberapa saat dari si penelfon. Aku pun memanggilnya lagi.

"Bundaa.. Halooow, bunda bunda bunda" Rindu sekali memanggilnya bunda padahal belum terhitung sehari aku berpisah dengannya

Terdengar kekehan pelan dari bunda yang sepertinya tadi ia sempat menangis.

"Halo sayang.. Kamu baik-baik aja kan? Dede kemana sih, hum? Ko ninggalin bunda sendiri"

Aku tersenyum tipis mendengar suara dan ucapannya.

"Dede baik-baik aja ko bun.. Tapi dede ga bisa kasih tau bunda dimana dede sekarang" Ucapku dengan memilin ujung bantal sofa

Bunda diem lagi. Aku bingung harus bilang apa ke bunda. Tapi rasanya aku masih butuh waktu sendiri untuk saat ini.

"Bunda jangan khawatirin aku yaa.. Dede gamau bunda sakit, pokonya bunda percaya aja sama dede kalau dede akan baik-baik aja meskipun dede sendirian"

"Kamu pasti kepikiran sama ucapan papa Cio kan?"

Ucapan bunda membuat ku mengatupkan bibir ku dan tidak menjawab pertanyannya.

"Hei, denger bunda baik-baik.. Ucapan papa itu ga bener sayang, kamu anak kandung bunda. Bunda yang ngelahirin kamu, bunda yang merasakan ikatan batin antara kita berdua, jadi dede gausa mikir yang macem-macem yaa. Bunda kangen sama kamu, cepet kembali dan temuin bunda plis"

Aku mengangguk walaupun bunda ga melihatnya.

"Iyaa bunda. Aku juga kangen bunda"

Setelah itu suasana kembali hening lagi antara aku dan bunda.

"Bun.." Panggilku dengan lirih

"Hum?"

Aku tersenyum mendengar sahutan lembutnya.

"Bunda pernah bilang kan kalau aku itu udah jadi sebagian dari hidupnya bunda. Apa yang bunda rasakan itu sama seperti yang aku rasain juga. Aku gabisa jauh dari bunda, aku bukan apa-apa tanpa bunda, aku gabisa hidup tanpa bunda. Tapi bun, jika tuhan akan mengambil aku lebih dulu daripada bunda, aku minta satu hal sama bunda. Jangan menyerah untuk tetap melanjutkan hidup bunda yang masih panjang yaa"

"Sejauh apapun nantinya aku dari hidup bunda, aku akan selalu ada di hati bunda, aku akan selalu menemani langkah bunda kemanapun, dan aku akan menjaga bunda dari sisi manapun"

"Kenapa kamu bicara kayak gitu ke bunda? Jangan bikin bunda takut. Bunda ga akan pernah bisa ngelakuin itu tanpa kamu disisi bunda"

Aku mendengus pelan seraya terkekeh mendengar ucapannya
"Namanya takdir itu ga ada seseorang pun yang tau bunda. Aku cuma mau berpesan itu ke bunda. Bunda pasti bisa ko, kan belum dicoba. Kalau bunda berusaha pasti semuanya berjalan lancar. Banyak lho yang sayang sama bunda, pokoknya apapun yang terjadi nanti bunda harus tetep semangat dan ga putus asa buat hidup bunda sendiri. Love you bunda"

"Ah bunda ga bales nih, bunda ga love aku. Udah lah males"

"Ih kata siapa bunda ga love kamu. Love you morreeeeee babyyy!! cepet pulanggggg heeiii. Ga kasian kahh sama bunda nyaa iniii"

Aku tertawa ngakak karna bunda yang terus membujuk aku untuk segera pulang.

"Iyaaaa tungguu yaa bundaa Zeashani Glenca National hehehehe"

"Astagaaa, ini gara-gara bergaul sama Jinan-Jinan itu ya kamu ikut-ikut ngerubah nama bunda"

"Hhahahahah maappp bunn soalnya lucuu"

"Up to you deh yang penting bayiku seneng. Udah mam belum?"

"Belum"

"KENAPAAA??? Mamm gaaaa!!! Awas aja ya kamu pulang-pulang pipi chubby nya ilang"

Aku terkikik geli karna berhasil membuat panik bunda. Bunda tuh emang setakut itu kalo pipi aku jadi tirus. Padahal kan aku mau ya punya pipi tirus.

"Iyaaa huhuhuuuu"

"Lhoo kenapa nangisssss???? Dedeeee"

"Hah? Apa??? Ngga ko ngga nangis, pura-pura doang"

"Ck, nyebelin banget si kamu"

"Biarin, wleekk.. Ini sampe kapan telfonnyaaa bundaaa"

"Sampe kamu ketemu bunda"

Aku pun menepuk jidat ku sendiri
"Astagreee, modar nanti handphonenya"

"Beli lagi lah"

"Wedeh wedehh.. Siap bunda sultan"

"Bunda Shani ko jadi bunda sultan sih"

Aku jadi gemes sendiri dengan menggigit ujung bantal yang ku pegang.

"Bukan gituuuu, maksudnya bunda itu sultann yang banyak uang gitu lhoo.. Yang kalo mau beli apa-apa tu yauda tinggal beli ga pake mikir"

"Oooo maaf deh bunda baru tau"

"Hmm.. yauda ini aku matiin yaayayayaa"

"Ish iya dehh, babai sayangku, cintaku, bayiku, manisku"

"Babai bundadari kuuu yang sempurnaaaa"

Setelah itu aku pun memutuskan sambungan telfon tersebut.

Christy pov off

Selanjutnya, gadis itu turun ke bawah untuk makan siang. Ia tak bisa menutupi senyum bahagia nya setelah bertelfonan tadi.

Christy juga sudah memutuskan untuk pulang nanti malam.

Tak jauh berbeda dengan Shani yang sangat bahagia setelah mendengar suara anaknya lagi.

Meskipun ia tidak tau dimana Christy berada setidaknya ia bisa mengetahui bahwa anaknya baik-baik saja.

Karna Shani bosan di dalam kamar, ia pun menuju ke dapur untuk membuat sesuatu.

--------------------------------------------------------------

Di tempat lain, Zee yang anteng berbaring di atas sofa panjang nya dan sedang menonton film dikejutkan dengan nada dering handphone nya.

Dengan malas ia mengambil handphone tersebut dan mengangkat nya tanpa melihat siapa si penelfon.

"Ya halo?"

"Hai ka zizi"

Ekspresi Zee berubah seketika dengan membulatkan kedua matanya. Ia menganga dan langsung bangkit untuk duduk.

"TOYAAAA"

"Santaaaii donggg, budeg nih telinga aku"

Zee pun cengengesan
"Hehehe maaf maaf.. Kamu kemanaa siihh?? Aku sama bunda khawatir tau. Kenapa juga hpnya pake segala dimatiin? huh" Kesalnya

"Aku ada koo di suatu tempat. Nanti aku pasti pulang kok ka zii, tungguin yaa. Tapi aku mau ngomong sesuatu sama kamu ka"

Zee mengerutkan keningnya, ia merasa adiknya itu akan mengatakan sesuatu yang sangat serius.

"Apa toy?"

Christy pelan-pelan menyampaikan sesuatu kepada Zee

"Ka zii.. Kaka sayang sama bunda kan? Kaka udah nerima bunda seperti bunda kaka sendiri kan?"

"Iyaa dee. Kenapa kamu tanya kayak gitu?"

"Hehe gapapa ko, aku mau tau aja. Ka zizi temenin bunda terus yaaa, kalau aku udah gabisa sama bunda lagi aku mau ka zizi yang jagain bunda. Aku percaya sama ka zi kalau ka zii bisa ngelakuin itu. Jangan tinggalin bunda sendirian ya ka zii, cukup aku aja yang suka ninggalin bunda hehe"

"Bilangin maaf aku ke bunda kalau aku sering ninggalin dia. Ka zizi janji sama aku yaa harus temenin bunda dalam keadaan apapun. Bunda itu rapuh banget ka, tolong jagain bunda kita ya ka. Aku titip bunda ya ka zizi. Oh iya, aku sayangggg banget sama kamu ka hehehe"

Entah apa yang dirasakan oleh Zee, tapi ia merasa ada yang janggal dan aneh dengan apa yang disampaikan Christy.

"Kaka juga sayang banget sama kamu de. Kamu kapan pulang?" Ucap Zee yang berusaha menyingkirkan pikiran aneh nya

"Kapanpun itu aku pasti pulang ko, tunggu aku yaa. Kaka mau nitip sesuatu?"

"Oh ngga ko. Dede hati-hati yaa dijalan kalau mau pulang. Atau kamu naik taksi aja deh biar aman" Ujar Zee yang sebenarnya menaruh kekhawatiran yang lebih kepada adik tirinya itu

Namun, Christy menolaknya

"Gausa ka, aku tetep bawa motor. Aman ko tenang aja"

Panggilan terputus secara sepihak. Zee menurunkan handphone nya dengan perlahan.

"Jaga dede dimanapun ya tuhan" Batinnya

Sedangkan dilain tempat, Christy sudah menaiki motor gedenya dan bersiap untuk meninggalkan area tersebut.

Ia menutup kaca helmnya dan menancap gas untuk pulang ke rumahnya.

Awalnya ia mengendarai motornya dengan santai. Langit sore yang akan terganti oleh malam saat ini terlihat mendung. Perkiraan nya salah soal hujan yang akan turun.

Ia pikir hujan itu akan turun setelah ia sampai dirumahnya, namun ternyata hujan turun saat ia belum jauh dari area hotel.

Christy menepikan motornya untuk memakai jas hujan.

"Ck, kalo aku nungguin hujannya reda ini sih bakal kelamaan. Terobos aja lah" Gumam Christy dan menaiki motornya lagi

Ia menerjang air hujan yang turun dengan derasnya. Karna jalanan yang cukup lengang, Christy menambah kecepatannya agar lebih mempersingkat waktu.

Sepertinya apa yang dia lakukan sangat salah. Jalanan itu basah oleh air hujan dan pastinya sangat licin bagi siapapun yang melewatinya dengan tidak berhati-hati.

Di depannya terlihat sebuah mobil Van yang ditabrak oleh sebuah mobil kontainer yang menyebabkan terjadinya kecelakaan beruntun.

Christy berusaha menghindari kecelakaan tersebut dan untungnya berhasil.

Namun, ia tak menyadari bahwa di depannya terdapat jurang yang sangat dalam. Christy tak dapat menghindari itu. Ia bersama dengan motornya terlempar dan terguling ke dasar jurang.

Ia terkapar tak berdaya dengan posisi menelungkup.

Dengan matanya yang sayu dan nafasnya yang sudah sekarat, Christy meraih gelang pemberian bundanya yang tak sengaja terlepas.

Ia menggenggamnya dengan kuat. Bayangan pertemuan awalnya dengan Shani hingga ia menjalani hidupnya bersama Shani memutar bagai kaset.

"Dede mau ga panggil cici dengan sebutan bunda?"

"Bundanya dede itu cuma bunda Shani"

"Kamu akan selamanya jadi bayi bunda"

"Bundadarinya dede"

"Dede anaknya bundadari"

"Jangan lari-lari de nanti jatuh"

"Sini gendong"

"Mau nen, hm?"

"Bunda harus bayar berapa biar di kiss kamu?"

"Bunda sayang dede, maafin bunda ya"

"Bunda sibuk terus ga inget sama anaknya ya"

"Ayo manja lagi sama bunda, bunda suka"

"Love you more sayangku, cintaku, bayiku, manisku"

"Jangan tinggalin bunda lagi"

Christy terbatuk dengan mengeluarkan darah segar. Ia sudah tidak kuat lagi menahan sakit yang ia rasakan disekujur tubuhnya.

"B-bunda" Kata terakhir yang Christy ucapkan sebelum nafasnya benar-benar hilang dan matanya terpejam sempurna.

--------------------------------------------------------------

Cio yang sedang menonton TV seorang diri mendengar berita terupdate yang menampilkan kecelakaan beruntun malam itu.

Ia menonton dengan seksama sambil merentangkan sebelah tangannya ke sandaran sofa.

Handphone nya pun berdering menandakan telfon masuk.

Ia mengangkat nya dan menempelkan layar ponsel itu ke telinganya.

"Ya?"

"Pak, anak yang sedang kami cari saat ini masuk ke jurang karna sebuah kecelakaan yang terjadi. Beritanya juga udah masuk tv"

Cio terkejut mendengarnya. Ia langsung berdiri tegak dan berbicara pelan di telfonnya

"Jangan sampai berita ini terdengar oleh Zee dan juga Shani. Cari Angel sampai ketemu dan pastikan dia baik-baik saja! Paham"

"Baik pak, paham"

Cio mematikan telfonnya dan sekarang dia mondar mandir di depan tv. Dengan cepat ia mematikan tv nya juga.

"No no no, ga mungkin. Kamu pasti selamat kan Angel. Tolong bertahan nak, kamu pasti kuat sayang. Gimana pun caranya Shani ga boleh tau soal ini sebelum Angel ditemukan" Monolognya yang terus mondar mandir kesana kemari

"Shani? Papa tau dimana bunda?" Ucap Zee yang mengejutkannya

Cio mendekati Zee, namun anaknya itu mundur menjauhinya.

"Papa sembunyiin bunda? Jawab pah!" Bentak Zee

Cio memegang kedua bahu Zee dan menatap kedua matanya dengan teduh.

"Zee, papa ga bermaksud buat nyembunyiin bunda. Papa cuma mau bunda tetep disini sama kita Zee" Ucap Cio

Zee menghempaskan pegangan tangan Cio di pundaknya.

"Dimana bunda sekarang? Aku mau ketemu bunda" Tegas Zee tanpa mau dibantah

Cio mengangguk kepadanya
"Oke, ayo papa akan bawa kamu ketemu bunda"

Mereka pun berjalan menuju mobil dan bergegas untuk mengunjungi rumah yang Cio gunakan untuk Shani tempati.

Sesampainya disana, Zee langsung berlari untuk masuk ke dalam namun pintunya dikunci.

Papanya datang dan membuka pintu tersebut dengan kunci yang ia simpan.

"Papa kurung bunda dirumah ini?" Tanya Zee yang tak mendapat jawaban dari sang papa

Ia melihat anak buah papanya yang mengelilingi rumah itu.

Lalu ia pun menyusul papanya yang sudah lebih dulu masuk.

"Bunda kamu ada di dalam" Ucap Cio sambil menunjuk pintu kamar Shani

Sebelum masuk ke kamar itu Zee melempar tatapan sinis kepada papanya dan melengos pergi ke dalam kamar Shani.

Ia melihat bundanya sedang berdiri di samping jendela kamarnya dengan bersedekap dada.

Dengan jarak yang sedikit jauh, Zee memanggil bundanya.

"Bunda"

Shani terlonjak kaget dan membalikkan badannya.

"Zee" ia menatap sendu ke arahnya

Begitupun Zee yang menatap Shani dengan tatapan penuh rindu.

Zee berlari memeluk tubuh Shani. Ia memejamkan matanya merasakan hangat tubuh sang bunda yang selalu ingin ia rasakan.

"Zee kangen bunda" Lirihnya dipelukan tersebut

Shani mengusap kepala belakang Zee dan mengecup pucuk kepalanya

"Bunda juga kangen Zee sayang"

Zee mendongak menatap Shani dengan ekspresi lucu
"Papa ga jahatin bunda kan disini? Ko papah kurung bunda disini? Papah ga macem-macem kan bun?" Tanya Zee bertubi-tubi

Shani mengusap pelan pipi Zee "Ngga sayang, papa baik ko ga macem-macem dan ga jahatin bunda disini"

"Hmm, bagus deh" Balasnya sambil menempelkan kepalanya lagi ke dada Shani

Cukup lama mereka berada disituasi hening, Shani pun bersuara

"Tadi dede angkat telfon bunda ka"

Reflek Zee melepas pelukannya dan menatap intens kepada Shani.

"Dede juga telfon Zee tadi sore bun" Sahutnya

"Dia bilang kalau dia akan pulang. Bunda daritadi nungguin dede, siapa tau dia pulang malam ini. Bunda udah coba telfon lagi tapi ga nyambung" Ujar Shani

Zee memainkan jarinya dengan menunduk

"Itu juga yang dia bilang sama aku. Tapi.." Ucap Zee menggantung

Shani mengerutkan keningnya "Tapi apa ka?"

Perlahan Zee mengangkat wajahnya dan menatap Shani.

"Tapi dia juga bilang sesuatu ke aku yang bikin aku bingung. D-dede titip bunda ke aku. Dia bilang aku harus selalu temenin bunda dan jagain bunda selalu kalau dia udah gabisa lagi sama bunda"

JEEDDERRR

Shani menyentuh dadanya yang tiba-tiba bergemuruh tak karuan. Hujan itu semakin deras dan petirnya juga sangat menyeramkan.

"Perasaan bunda ga enak Zee. Dede baik-baik aja kan ka?" Cemas Shani dengan tubuhnya yang sudah lemas

Zee menuntun Shani untuk berbaring di atas kasur. Ia menyelimuti tubuh bundanya.

"Zee, coba telfon dede sekarang" Titah Shani yang langsung dipatuhi oleh Zee

Zee mulai menghubungi adiknya memalui telfon. Namun, berkali-kali ia coba handphone adiknya tidak tersambung.

"Ga aktif bun. Hpnya mati deh kayaknya. Bunda tenang yaa, dede pasti baik-baik aja ko. Ini udah malem bun, bunda tidur yaa. Zee temenin" Ucap Zee menenangkan bundanya yang dilanda perasaan cemas

Zee memeluk Shani yang tidur dengan telentang disampingnya.

Sedangkan Shani mengusap lengan Zee yang ada diatas perutnya.

Pikiran Shani melayang jauh mengingat ucapan anaknya siang tadi. Firasatnya tiba-tiba mengatakan apa yang anaknya bilang itu sebagai ucapan perpisahan dengan dirinya.

"No, ga mungkin. Duh udah deh shan jangan mikir aneh-aneh" Batinnya

Setelah itu ia memejamkan matanya untuk tidur. Meskipun susah tapi ia berusaha memasuki alam mimpinya.






TBC

Heheheh peace ✌
Minal aidin wal faizin ya ges yang ganteng, yang cantik, yang manies, uncchh.. Tapi gapapa deh kalian bebas mau komen apa huhuhuu

Komennya donggss

Tap untuk vote ☆

Continue Reading

You'll Also Like

286K 22.2K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
20.2K 3.1K 24
Haiiii, bertemu kembali dengan Nataya dalam seri Ramadhannya. Nataya adalah bocah gembul yang berusia tiga tahun, mencoba menjalani puasa dengan tuju...
457K 3.1K 7
Bagaimana rasanya memiliki dua orang kakak yang begitu posesif dan galak? mari kita cari tau lewat cerita si anak bungsu yang merasakannya. warning! ...
48.2K 3.8K 38
Dua anak kembar yang terpisah secara paksa karna hubungan sang orang tua yang tidak direstui.