ENJ MARKA

By serly13_

6.2K 2.4K 465

[Follow sebelum baca!!] "Semua orang, punya bahagianya." Cerita ini tentang Marka, dia pernah membuat suatu... More

Chapter 1 - [ Pulang ]
Chapter 2 - [ Tamu Masa Lalu ]
Chapter 3 - [ Penyelidikan awal ]
Chapter 4 - [ Sasaran pertama ]
Chapter 5 - [ Gencatan keluarga ]
Chapter 6 - [ Kecurigaan ]
Chapter 7 - [ Toko kue ]
Chapter 8 - [ Pacar Marka? ]
Chapter 9 - [ Mission 1 ]
Chapter 10 - [ Full day with Sofia ]
Chapter 11 - [ Give hug for you ]
Chapter 12 - [Muncul Pertanyaan Baru ]
Chapter 13 - [ Mengincar Sofia ]
Chapter 14 - [ Ampera dan Kita ]
Chapter 15 - [ Perlahan Terungkap ]
Chapter 16 - [ Your perfect! ]
Chapter 17- [ Bukan Cemara ]
Chapter 18 - [ Akankah dijodohkan?]
Chapter 19 - [ Jatuh Hati ]
Chapter 20 - [ Berkaitan ]
Chapter 21 - [ Maaf Terlalu Jauh ]
Chapter 22 - [Saling Waspada!]
Chapter 23 - [ Jauh Sekali ]
Chapter 24 - [ Rapuh dalam Pengkhianatan ]
Chapter 26 - [ Saling mengincar ]
Chapter 27 - [ First Kiss ]
Chapter 28 - [ Kemungkinan ]
Chapter 29 - [ Pasti Ada Ujungnya ]
Chapter 30 - [Mission 2]

Chapter 25 - [ Melarikan Diri ]

150 56 11
By serly13_

"Rahel atau Sofia? Aka pilih mama aja"
~Marka Darindra~

.
.

Happy Reading

Karena Pradika mengizinkan, Rahel pun menyusul Marka yang tadi pergi meninggalkan mereka semua di ruang keluarga. Lelaki itu berjalan menuju taman belakang rumah, Rahel sempat tertinggal karena Marka berjalan cukup cepat.

Marka duduk sendirian di kursi yang ada disana dengan pikirannya terbang ke segela arah.

"Marka" seru Rahel, yang berdiri tepat dibelakangnya.

Tanpa melihat kebelakang Marka bertanya, "Siapa yang suruh lo ikutin gue?"

"Gak ada." Rahel berjalan mendekat ke sebelah Marka, ia menunjuk kursi kosong di hadapan lelaki itu. "Boleh gue duduk disini?"

Marka mendongak, tampaklah wajah cantik gadis tersebut dengan gummy smile-nya. Ia mengangguk, mengizinkan Rahel untuk duduk.

"Makasih." Rahel pun duduk di kursi tersebut yang berhadapan dengan Marka namun, ada meja pembatas diantara keduanya.

Gadis itu mengamati Marka, "Setelah dua kali kita ketemu, ternyata hobi lo ninggalin orang ya?" Tanyanya sambil tersenyum tipis.

"Kenapa lo bahagia banget?" Tanya Marka melihat ekspresi Rahel.

"Karena, bakal jadi jodoh kamu."

"Ck! Udahlah, gak usah ketinggian mimpinya, lagian gue sama sekali gak minat sama perjodohan."

"Benci ya sama gue, gara-gara kejadian di minimarket itu?" Tebaknya, "jangan terlalu benci, Ka. Cinta tuh berawalnya dari sana."

Marka menghembus nafas kasar, ia benar-benar muak, "denger, ya! ini bukan tahun delapan puluhan, dimana anak-anak mereka dijodohin satu sama lain. Kita ini udah hidup dalam era moderen, gak berlaku lagi ikut hal konyol kek gini."

"Tapi gue gak keberatan, malah, gue yang minta ke bokap buat dijodohin sama lo."

Marka memijat pelipisnya, "Gue yang keberatan, gue gak suka sama lo!"

"Tahu" jawabnya santai, "ada gak alasan yang lebih spesifik daripada itu? Gue udah tau jawabannya kalau cuma lo gak suka sama gue."

Marka berpikir, ia diam cukup lama. Apakah dirinya harus berbohong? Tidak-tidak, bisa-bisa ini akan lebih kacau.

Namun seketika, ia teringat dengan apa yang ibu tirinya ceritakan kemarin. Itu adalah kunci permasalahan ini, "Hubungan yang gak di dasari cinta, cuma bikin penyesalan di akhir nanti. Ketika lo nikah sama orang yang gak punya perasaan sama sekali buat lo, lo bakal hancur, kesepian, terkurung sendiri dalam rasa cinta lo yang gak di anggap. Dan, dalam berumah tangga suami istri udah pasti bakal punya anak, lo mau anak itu jadi korban?"

Mendengar pernyataan dari Marka seharusnya Rahel menjadi sedikit terbuka bukan? Tetapi kalian salah besar jika mengira seperti itu.

Gadis itu tertawa, "lucu bangettt sii, gue baru mikirin nikah lo udah sampai ke bikin anak."

Marka ternganga, apa ia tak salah dengar dengan perkataan Rahel barusan?

"Cewek gila!" Marka bangkit lalu, lagi-lagi ia meninggal Rahel saat mereka punya moment bersama.

"Tuh kan, HOBY LO TUH EMANG NINGGALIN APA GIMANA SIH?" Teriaknya terus di iringi tawa.

.
.

Pada waktu yang bersamaan Sofia, Maya dan Aben kini tengah berbincang di sebuah caffe. Semalam, Sofia telah menghubungi keduanya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk bertemu.

"Jadi, lo mau gue awasin kalian berdua?" Sofia mengangguk begitu juga dengan Maya.

"Kak Aben bisa bantu aku kan?" Tanya Sofia pelan.

Aben masih diam, memikirkan harus menerima atau tidak permintaan Sofia.

"Terima aja, kenapa sih lo? Kelamaan mikir tau gak" ucap Maya menahan emosi karena lelaki itu kepalang lama.

Aben melirik Maya dengan sinis, " Sabar dikit napa? Gue gak mau deh bantuin" Ia berlagak ingin bangkit dari duduknya.

"Eh, kak Aben jangan dong, please bantuin aku, ya?" Tangan Sofia memegang lengan kanan Aben. "Maya jangan gitu, ih!" Sofia beralih memperingati Maya.

"Lagian dia lemot banget, jadi cowok harus sat set dikit lah" protes Maya.

"Sofia, mulut temen lo ini bisa di mute aja gak?"

"EH, MULUT LO TUH YANG HARUSNYA DI MUTE!" Pekik Maya tak Terima.

"Udah-udah, kenapa kalian malah jadi berantem gini sih. Denger ya, aku tuh minta bantuan biar semua masalah yang ada di pihak aku dan pihak kak Aben bisa clear" Sofia meihat keduannya bergantian. " Aku gak mau kak Marka salah paham tentang aku dan aku juga sekalian bisa bantu dia buat ambil rekamannya, paham?"

"Paham" Maya memelan kan suaranya, "tapi nanti kita harus cari si Bianca kemana, dia kan udah lama ngilang."

"Aku semalam udah cari tau alamatnya, dia kerja di perusahaan kecantikan sekarang ini. Tempat tinggalnya masih di dekat wilayah itu juga, dia kerja di hari senin sampai kamis, kita bisa tunggu dia waktu pulang buat ajak ngomong, gimana?"

"Keknya gue gak bisa kalau sendirian, Sof." Pandangannya melihat ke luar caffe dan tertuju pada seseorang yang berdiri di sana. "Itu Gito, salah satu orang Alex" ucapnya.

Sofia dan Maya pun langsung melihat ke luar, benar saja ada seorang laki-laki berdiri di dekat sebuah motor. "Itu orang-orang Alex?" Tanya Maya kepada Aben.

Aben mengangguk lalu balik bertanya, "kenapa?"

Maya memeluk lengan Sofia erat, "itu orang yang ngejar gue sama nyokap lo, kalau dia liat wajah gue gimana?" Gadis itu mulai panik.

"Tenang aja, dia gak bakal nyakitin lo" ujar Aben dengan santai kepada mereka berdua.

"Dih, tau dari mana lo!?"

"Ada gue disini" jawabnya menanggapi Maya, seketika bulu kuduk gadis itu merinding.

Najis banget nih cowok. Pikir Marya.

.
.

Menahan malu sekaligus rasa kecewa dengan kejadian hari ini, Pradika sangat emosional. Di kamarnya, ia kini duduk ditemani oleh sang istri dengan raut wajah datar.

"Papa kecewa dengan Marka, semakin hari semakin susah di urus."

Eliana mengelus punggung suaminya. "Pa, sebenarnya aku setuju sama Marka." Pradika melihat ke arah istrinya.

"Aku cuma gak mau kejadian seperti kita dulu terulang kepada Marka" ungkap Elliana penuh kekhawatiran, "Hubungan tanpa cinta itu tantangannya besar, susah senang dalam berumah tangga bisa dilalui karena ada cinta, kepercayaan juga terjadi karena cinta dan, yang paling penting, jangan paksaan cinta datang cuma demi kepentingan pribadi pihak lain" tuturnya pelan.

"Maksud kamu?" Pradika masih belum mencerna baik maksud dari perkataan sang istri.

"Maksudku, Marsha dan kamu bercerai karena tidak ada cinta di antara kalian, hubungan kalian dahulu dibangun oleh kehendak orang tua. Lantas? Papa mau Marka merasakan apa yang dulu Papa rasakan?"

Pradik bersandar di bahu wanita itu. "Papa salah, tapi ini sudah terlanjur. Papa butuh kontrak dengan perusahaan mereka Ma, dan mereka baru akan menyetujui jika Marka menikah dengan putri mereka" ucapnya.

Eliana mengelus rambut suaminya, ia tahu Pradika tak akan setega itu dengan Marka, terlebih Pradika punya pengalaman pahit dalam hubungan perjodohan.

"Jangan egois, Pa."

.
.

Dendam masa remaja ternyata bisa separah ini, jika dipikir secara logika mungkin kedengaran konyol dimana, ada anak SMA yang melakukan kenakalan remaja sampai merenggut nyawa seseorang dan mirisnya, sampai sekarang pelaku masih berkeliaran.

Namun, inilah yang terjadi di hidup Marka, berawal dari keisengannya yang membuat suatu komplotan Geng motor biasa bersama Arezz lalu, malah menjadi petaka bagi mereka sendiri karena peristiwa tak di inginkan tersebut terjadi.

Geng itu dulu dibuat dengan maksud mengumpulkan sekelompok orang yang memiliki hobi sama yakni, otomotif. Tapi, tak disangka hal itu akan berlanjut sampai ke titik dimana ada nyawa seseorang yang menjadi korban.

Menyesal? Tentu sudah tidak ada gunanya. Kini, Marka dan rekannya hanya dihantui rasa bersalah karena kematian Arezz yang sampai sekarang belum bisa di ungkap.

Sore harinya, Marka langsung menemui Lintang, Bastian, Aben, Roby dan Roy di markas lama mereka. Dirinya yang merasa gelisah mencari ketenangan disana, ia juga punya hal penting yang ingin di bagi dengan yang lain.

"Lo kenapa ke sini sih, Ka? Gue takut bokap lo malah makin menjadi ntar kalau tau anaknya di mari" ucap Bastian, ia memang kerap dibuat pusing oleh kelakuan Marka.

"Gue lagi mikirin perkataan Alex" jawabnya.

"Yang mana? Yang dia bilang Sofia punya bukti kuat? Atau, dia bakal bunuh lo?" Tanya Roby.

"Semuanya" Marka melihat Roby, "gue juga bingung kenapa polisi sampai tutup kasusnya Arezz padahal tante Mira berani bayar mahal buat otopsi lebih lanjut. Seolah ada yang sengaja bayar tuh penyidik biar mereka gak mau lagi dalami kasus ini. Gue sebenernya gak terlalu curiga sama Sofia, karena setelah gue pikir-pikir lagi, kalau dia emang bener punya rekaman yang di maksud Alex seharusnya Sofia udah lama lapor polisi" terang Marka kepada semuanya.

Aben mencentingkan jarinya, "ini dia nih. Gue diminta sama Sofia buat bantuin dia tadi, Ka"

Marka menengok cepat ke arah Aben. "Bantu? Lo ketemu Sofia? Berdua doang?"

Mereka semua tersenyum, "khawatir benget dia Ben dengar lo ketemu Sofia" goda Lintang.

Marka berdecak, "Gue serius."

"Iya Ka, dia minta bantuan gue buat jagain dia sewaktu mereka nanti ngomong sama Bianca. Soalnya kata Sofia dia lagi di buntutin orang-orang Alex dan itu emang bener, gue tadi liat Gito ada didepan caffe tempat kita ngobrol" Aben menjelaskan.

"Kita bantu Sofia, gue takut Alex celakain dia" kata Marka tiba-tiba.

Roy bersiul. "Ciee, segitu khawatirnya lo?"

"Gak gitu, gue-" Otak Marka seolah membeku seketika.

"Tuh, kan? Gak bisa jawab, katanya lagi marah dan kecewa sama Sofia, buktinya belum ada sehari udah khawatir aja" goda Lintang.

Teman-teman Marka memang hobi memancing amarah dari Srigala lapar itu.

"Berisik!" "By the way, waktu gue ketemu sama Alex di Ampera itu dia sempet ngomong aneh" sadunya.

"Ngomong apaan?" Tanya Roy.

"Dia bilang dia gak bakal biarin gue hidup setelah keluarga dia hancur karena bokap gue. Menurut lo apa hubungannya?"

"Yang bener aja lah, Ka! Ngapain sampe ke bokap lo segala dibawa-bawa?" Ungkap Roy.

"Lo gak mau tanya langsung sama bokap lo? Barang kali dia tau" saran Bastian.

Mungkin terdengar gampang, tapi bagi Marka itu cara terburuk untuk bunuh diri.

"Males, ntar dia marah sama gue. Lo semua kan tau, kalau bokap gue gak suka sama pergaulan gue di SMA" nafasnya berhembus, "lagian, gue juga lagi ada masalah sama dia."

Roby mengangkat dagunya, "Gara-gara apalagi?"

"Gak perlu tau kalau soal ini, ntar lo pada kaget semua."

"Ceilah, anak Papa udah bisa jaga rahasia" cemooh Lintang.

.
.

See you di next chapter, jangan lupa vote ya cinta ku....

Ayoo dong sampai 100 vote per chapter :)

Continue Reading

You'll Also Like

695K 1.7K 35
menceritakan tentang perjalanan aira si gadis polos , yg menjadi lonte karna dititipkan dirumah om nya, yuk baca 20#sadis 28#bxg 9#binal 120#kejam 1...
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.1M 65.6K 33
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
505K 10.7K 56
Allea kembali ke Indonesia setelah 8 tahun untuk menemui calon tunangannya, Leonando. Namun Allea tidak tahu telah banyak hal yang berubah, termasuk...
6.4M 366K 65
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Nanzia Anatasya harus menerima kenyataan bahwa dirinya sudah dinikahi diam-diam oleh seorang Gus di pesantren tem...