Hari demi hari berganti, begitu pula dengan hubungan Christy dan Zee yang semakin erat. Keduanya sudah saling menerima satu sama lain terutama Christy yang sudah tidak masalah jika Zee menjadi kakanya.
Melihat anak-anaknya yang semakin akrab membuat Shani dan Gracio pun tidak mau berlama-lama lagi untuk melangsungkan pernikahannya.
Kini persiapan mereka sudah berjalan sedikit-sedikit. Shani dan Gracio tengah melakukan fitting baju bersama untuk acara pernikahan mereka yang akan dilangsungkan sebulan lagi.
Setelah mendapatkan yang cocok mereka pun berlanjut untuk menentukan dekorasi acaranya.
Ketika semuanya sudah selesai mereka pun mempercayakan kepada orang-orang yang akan mengurus semua itu.
"Mau pulang atau ke kantor sayang?" Tanya Gracio saat mereka sudah masuk ke dalam mobil
"Ke kantor aja mas" Jawab Shani
Gracio pun menancap gas nya menuju kantor Shani.
Sesampainya disana, Shani berpamitan pada Gracio.
"Makasih ya mas"
"Sama-sama sayang. Love you"
"Love you too. Daahh" Ucap Shani seraya keluar dari mobil
Setelah itu mobil Gracio meninggalkan area kantor Shani.
Shani menghembuskan nafas lelahnya sambil duduk bersandar di kursi kerjanya itu.
"Huufftt capek juga ya" Monolognya
Jinan pun masuk ke dalam ruangannya sambil senyum-senyum.
"Ciieee yang sebentar lagi mau nikah, uhuuyy" Jinan meledek
"Ih alay banget si lo" Balas Shani
"Ini kayaknya jadwal gue udah ga ada ya?" Sambung Shani
Jinan pun mengangguk
"Yoii"
"Jalan lah ayo, masih siang gini kemana kek" Ajak Shani sambil bangkit berdiri
"Weedeehh gass" Ucap Jinan keluar ruangan Shani untuk mengambil tasnya diruangannya
Setelah itu mereka pun pergi bersama untuk menikmati waktu kosongnya.
Mereka memilih untuk jalan-jalan ke mall saja. Waktunya lebih banyak digunakan untuk shopping dan ke salon.
Sebelum pulang mereka mencari tempat makan terlebih dahulu.
"Lo yang bayar kan Shan?" Tanya Jinan sambil melihat-lihat buku menu ditangannya
"Hmm" Deham Shani dengan malas
Jinan pun memesan beberapa menu yang membuat Shani geleng-geleng kepala.
"Ga abis gua pukul ya lo" Ancam Shani karna Jinan memesan banyak sekali makanan
"Santuyy pasti abis"
Saat mereka tengah menunggu pesanannya sambil bermain handphone masing-masing, Jinan tak sengaja mengangkat kepalanya dan melihat Gracio bersama wanita lain sedang jalan bersama.
Jinan menepuk tangan Shani pelan
"Shan, itu bukannya Cio ya?" Ucap Jinan dengan memicingkan matanya
"Mana?" Ucap Shani sambil melirik arah pandang Jinan
"Ituu Shan, dia sama siapa ko kayak cewe gitu sih samping nya"
Shani pun memicingkan matanya untuk memperjelas penglihatannya.
"Lho iya bener itu mas cio, sama siapa dia. Tapi ko kayak ribut-ribut gitu ya nan" Ucap Shani yang masih memperhatikan dua orang itu
"Makanya, si cio kayak emosi banget" Ucap Jinan
Shani terus memperhatikan tubuh belakang wanita disamping Cio.
"Nan coba deh lo liat lagi si cewe itu. Lo merasa kenal gasi? Ko kayak ga asing ya" Ucap Shani yang membuat Jinan menatap mereka kembali
"Umm iya sii, kayak kenal" Sahut Jinan
Terlihat Gracio meninggalkan wanita tersebut seorang diri. Sedangkan wanita itu seperti sangat kesal lalu memutar balik badannya dan pergi dari sana.
"Lho Anin!" Kaget Jinan dan Shani bersamaan
Mereka saling pandang dengan tatapan terkejutnya.
"Wah bahaya nih Shan, gabisa nih. Itu pasti si cewe kecentilan udah tau lo sama cio mau nikah. Dia ga terima kayaknya tuh" Ucap Jinan
"Ngapain coba tu orang balik lagi" Ucap Shani sewot
Anin adalah teman semasa kuliah mereka. Shani dan Jinan hanya sekedar mengenal Anin saja, tidak dekat.
Mereka sangat tau tentang Anin yang tergila-gila dengan Gracio waktu dulu mungkin sampai sekarang.
Tapi Anin bukanlah mahasiswi yang di cap baik di kampusnya karna selalu membuat onar dan geng nya itu sangat meresahkan warga kampus.
"Semoga aja si dia ga ngelakuin apa-apa ya sampe kalian nikah" Ucap Jinan
Shani hanya menganggukkan kepalanya saja.
--------------------------------------------------------------
Setelah mengantar Jinan sampai rumahnya, kini Shani sedang dalam perjalanan menuju rumahnya sendiri. Sebenarnya Shani masih kepikiran soal tadi siang dimana dia melihat Gracio bersama Anin.
Ia pun menghentikan mobilnya saat berada di lampu merah.
Shani menyurai rambutnya ke belakang lalu bersandar di kursi nya.
"Mas Cio ga mungkin ada main sama Anin. Tapi tadi itu mereka bicara apa dan kenapa mereka ribut?" Gumam Shani
Sesampainya dirumah, Shani pun langsung masuk ke kamarnya.
Ia melihat anaknya yang tertidur di meja belajar dengan posisi tidak nyaman. Ia pun langsung menggendongnya dan memindahkan nya ke atas kasur.
"Bundaa.." Ucap Christy dengan nada pelan dan matanya yang sayu
"Iiya ini bunda, kenapa?" Ucap Shani dengan lembut sambil membenarkan posisi tidur anaknya
Setelah itu Christy kembali tertidur lagi dan Shani pun hanya tersenyum melihatnya.
"Ngelindur ternyata" Gumam Shani lalu bangkit berdiri untuk membersihkan tubuhnya
Seusai itu ia langsung bersiap-siap untuk tidur. Belum lama ia berbaring disamping anaknya, anaknya itu mendusel di tengah-tengah dadanya.
"Eh.. Iya iya sebentar sayang" Ucap Shani pelan sambil membuka kancing baju atasnya
Shani mencium pucuk kepala anaknya berkali-kali dengan penuh kasih sayang.
"Jangan cepat-cepat besar yaa dek" Gumam Shani yang tiba-tiba saja melow
Setelah itu ia pun ikut memejamkan matanya.
Saat jam menunjukkan pukul 1 pagi dan suasananya sangat sunyi, ada seseorang yang menyelundup masuk ke kamar Shani melalui balkon kamarnya.
Orang itu memakai pakaian serba hitam dari atas kepala hingga ujung kakinya. Ia membuka pintu balkon kamar Shani dengan alat yang sudah ia bawa.
Dengan langkah pelan dan pasti dia mendekati dua orang yang sedang tertidur nyaman dan damai di atas kasur tersebut.
Lalu ia mencoba untuk melepaskan pelukan mereka.
Namun aksinya itu disadari oleh Shani. Ia pun menarik paksa tubuh Christy agar bisa cepat-cepat ia bawa kabur. Tapi Shani tidak membiarkan itu, sebelum orang itu berhasil mengambilnya, Shani sudah menarik kembali anaknya dan memeluknya sangat erat.
"SIAPA KAMU?" Teriak Shani sambil menggendong Christy menjauh dari orang itu
Sedangkan orang tersebut semakin mendekatinya sambil menodongkan pisau tajam.
"Serahkan anak itu atau dia akan mati!" Tegasnya
Shani menggeleng sambil menatap wajahnya yang tertutup topeng dan ia benar-benar takut sekarang. Degup jantungnya berpacu dengan cepat seiring dia semakin mendekatinya.
"KAMU MAU APA? SAYA AKAN KASIH APAPUN ASALKAN BUKAN ANAK SAYA" Ucap Shani dengan emosinya
Orang itu tertawa hambar
"Haha saya hanya ingin anak kamu, Zeashani. Cepat serahkan atau saya akan mengambilnya dengan cara kasar"
"Dia tau namaku" Batin Shani
Shani mengambil ancang-ancang untuk membuka pintu kamarnya.
"Bundaa hikss.. dedek takut" Lirih Christy di ceruk lehernya
Shani mengusap kepala belakang Christy
"It's okay, ada bunda disini. Dedek ga akan kenapa-napa yaa" Ucap Shani dengan suara bergetar
Saat ia hendak menyentuh kenop pintu kamarnya, orang itu kembali mengancamnya.
"Berani anda keluar dari kamar ini, anak anda tidak akan selamat"
Shani pun mengurungkan niatnya lalu menatap tajam orang tersebut.
"Apa alasan anda menginginkan anak saya?" Tanya Shani sambil berjalan memutar
Sedangkan orang tersebut ikut memutar dengan masih menodongkan pisau tajam kepada Shani.
"Anda tidak perlu mengetahui alasannya" Jawab dia yang semakin mendekati Shani
Langkahnya semakin cepat mendekati Shani, Shani berusaha menghindarinya sambil terus mendekap erat tubuh Christy dalam gendongannya.
"Anda mengulur waktu saya Shani. Anda ingin bermain-main sama saya rupanya"
Ia pun mengejar Shani yang terus menjauhinya. Shani melempar barang apapun agar orang itu berhenti mendekatinya.
Praangg
Praanngg
Duuggg
Srrett
Pisau tajam itu mengenai lengan Christy dan membuatnya mengeluarkan darah segar.
"Saya sudah bilang jika kamu menyerahkannya saya tidak akan membuatnya terluka. Tapi saya terpaksa melakukan ini"
Ia pun menarik Christy dari gendongan Shani tapi Shani dengan kuat menahannya.
"NGGAA, LEPASIN ANAK SAYA"
Disaat yang bersamaan pintu kamar Shani di dobrak oleh Keynal dan ia langsung masuk ke dalam.
"HEI, LEPASIN MEREKA" Bentak Keynal dengan wajah marahnya
Shani dan dia langsung menoleh ke arah Keynal.
"Sial" Gumam orang itu dengan geram
Orang itu pun langsung kabur melewati balkon kamar Shani dan berlari keluar dari area rumah Shani.
Luruh sudah tubuh Shani di bawah tepi kasurnya. Ia terduduk dengan tubuh lemas dan masih mendekap anaknya. Air matanya jatuh begitu saja.
Veranda dengan cepat mengambil alih Christy dan membaringkannya di atas kasur. Ia mengobati luka Christy yang tadi sempat tergores pisau.
Sedangkan Shani ia menangis sesenggukan di bawah lantai kamarnya. Tubuhnya benar-benar tidak berdaya di sandaran tepi kasurnya. Ia masih shock dengan kejadian barusan. Dirinya tidak bisa membayangkan jika saja Christy benar-benar dibawa oleh orang itu.
Keynal berlutut di hadapannya.
"Bangun ci, dia ga akan kembali lagi" Ucap Keynal dengan mengusap pipi Shani
Shani menatap papahnya dengan wajah yang sudah basah.
"D-dia siapa pah hikkss..? Kenapa dia mau ambil anak Shani? Shani takut hikss.. hiks.."
"Papa juga belum tau siapa dia. Tapi papa akan segera menyelidiki ini, kamu tenang aja yaa" Jawab Keynal
Karna melihat Shani yang tidak ingin berpindah dan sepertinya Shani tidak kuat berdiri, Keynal pun mengangkat tubuh Shani lalu memindahkan nya ke atas kasur.
Christy yang lukanya baru saja selesai di perban oleh Veranda langsung bangun dan duduk dipangkuan bundanya dengan memeluk lehernya erat.
Shani pun membalasnya tak kalah erat. Shani mencium pelipis Christy berkali-kali dengan air matanya yang belum berhenti sedari tadi.
"Lukanya ga terlalu dalam ko ci, cuma ke gores aja" Ucap mami ve yang seakan mengerti kalau Shani ingin tahu hal itu
Shani memeluk Christy menyalurkan kehangatannya. Jujur saja dirinya masih shock dan takut membayangkan bagaimana orang asing itu merebut paksa anaknya tadi.
Christy sudah tertidur pulas di bahunya. Shani yang sudah lebih tenang menyurai lembut rambut Christy sambil sesekali mencium pipinya.
"Kamu tidur juga ci, mami sama papa disini ko jagain kalian" Ucap mami ve dengan memandang sendu anaknya dari tepi kasur
"Aku ga akan bisa tidur mam" Jawab Shani
Veranda pun menatap suaminya yang berdiri di sampingnya.
"Yasudah gapapa. Cici pasti masih shock sayang. Biarin dia tenang dulu yaa" Ucap Keynal dengan mengusap kepala istrinya itu
Mereka berdua pun pindah ke sofa untuk menjaga anak dan cucunya malam ini.
Perlahan Shani membaringkan anaknya ke atas kasur tanpa melepas pelukannya. Dirinya menangis lagi sambil memandangi wajah tidur anaknya.
Christy yang mendengar isakan tangis bundanya itu pun bangun.
"Hei, ko bangun" Ucap Shani lirih sambil mengusap pipi Christy
Christy pun menenggelamkan wajahnya di ceruk leher bundanya.
"Jangan nangis bunda" Ucap Christy pelan
Shani tersenyum tipis
"Iyaa bunda ga nangis ko" Balas Shani sambil mengusap air matanya
TBC
Gatau mau bilang apa, coba komen aja
Kayaknya aku mau tamatin aja deh ni cerita, bosen banget ya ceritanya :((
Babaaaiii see you!!!
Tap untuk vote ☆