My Neighbor is Acting Weird

By elvabari

16.9K 2.7K 368

"What if you have a neighbor who acts really out of your mind?" Dia adalah tetangga baruku. Awal kucoba menya... More

[ I ] His Name is Cheri
[ II ] Take Care of Cheri
[ III ] Another Cheri
[ IV ] Cheri Say Sorry
[ V ] The Host Personality
[ VI ] Blake
[ VII ] Cheri's return
[ VIII ] Cheri's painful past
[ IX ] The unspoken truth
[ X ] The cause of all tragedies
[ XI ] The key is Seung Cheri
[ XII ] Daegu Kid
[ XIII ] Abandoned Cheri
[ XIV ] His Own Rules
[ XV ] They are alters
[ XVI ] A sudden reunion
[ XVII ] Cheri's Neverland
[ XVIII ] Unworthy
[ XIX ] Darkest Cloud
[ XX ] Dusty Room

[ XXI ] A pure love for Cheri

502 91 21
By elvabari

Last Episode

. . .

"Aku akan menganggap semua itu sebagai kenangan hangat di mana aku pernah merasakan arti dari menyayangi seseorang seperti Seung Cheri."

. . .

[•My Neighbor is Acting Weird•]

     

"Kasus penggelapan dana yang melibatkan pemimpin Ti'Q Incorporation, CEO Choi Seungjo bersama Direktur CH Corporation, Choi Sunghyun, kembali menemukan bukti. Setelah sebelumnya data buku kas perusahaan ditemukan adanya banyak riwayat transaksi ilegal mengatasnamakan banyak petinggi perusahaan tersebut, tim penyidik kepolisian menyatakan bahwa Choi Sunghyun melibatkan nama mendiang istrinya untuk menyimpan kekayaannya melalui beberapa aset properti ilegal di beberapa negara."

"CEO Choi Seungjo melakukan penyekapan terhadap pemimpin Reverie Incorporation, CEO Choi Seungcheol pada tanggal 15 Desember di gedung Rumah Sakit Jiwa Hwimang. Motif penyekapan masih dalam penyelidikan tim kepolisian dan hingga saat ini kondisi CEO Choi Seungcheol belum diketahui karena dalam pengawasan ketat."

"Diketahui bahwa Rumah Sakit Jiwa Hwimang merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang beroperasi secara ilegal di bawah nama Direktur Choi Sunghyun. Dibangun di pedalaman Hudong-ri sejak tahun 2010 dan belum pernah mengajukan izin operasi. Menurut hasil penyelidikan sementara, Direktur Choi Sunghyun telah melakukan penyekapan terhadap tokoh-tokoh yang bertentangan dengannya untuk kemudian mendapatkan kekerasan di rumah sakit tersebut. Beberapa nama tokoh yang berhasil ditemukan di antaranya...."

"Sumber terpercaya menyatakan bahwa CEO Choi Seungcheol telah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh Direktur Choi Sunghyun bersama CEO Choi Seungjo. Adanya riwayat pemeriksaan medis milik CEO Choi Seungcheol yang menjelaskan indikasi kekerasan yang telah dialami sejak masa kanak-kanak hingga kondisi mentalnya sempat terganggu. Hingga saat ini, CEO Choi Seungcheol sedang dalam perawatan juga pengawasan intensif."

. . .

Secangkir teh hangat datang menarik perhatianku dari layar televisi. Aku lekas mendapatkan senyum hangat dari Inkyung yang spontan kubalas.

Tanganku pun memeluk gelas tersebut sedikit kuat. Menyadarkanku bahwa aku masih belum menemukan tenagaku dan tidak kusangka efeknya akan selama ini.

Selimut yang terus membungkusku tak kunjung membuatku berhenti menggigil. Bukan karena udara yang masih terasa dingin, melainkan karena berita yang terus digaungkan oleh televisi yang sedari tadi menjadi pemandanganku.

Mungkin ini sudah memasuki satu minggu. Tetapi hatiku masih saja mendidih tiap kali menyaksikan sosok Choi Seungjo yang terus menerus menjadi sorotan utama media massa.

Pria itu—tidak, si keparat itu harus dituntun oleh beberapa petugas di tengah kerubungan para wartawan yang berlomba-lomba mencari jawaban dari mulutnya yang terus terkatup. Ekspresinya yang teramat datar membuatku semakin merapalkan berbagai macam kutukan di dalam kepalaku untuknya.

"Aku tidak menyangka dia sudah melakukannya sejak lama." Inkyung bersuara dalam desis pelan. Turut menyaksikan berita terkini di sampingku. "Siapa yang mengira bahwa bosmu yang selalu terlihat ramah di kantor itu ternyata seorang psikopat gila? Manusia memang lebih mengerikan daripada hantu."

Pandanganku sudah beralih pada gelas di tanganku. Tak ada minat bagiku untuk menyeruputnya. Pikiran maupun perasaanku masih belum menunjukkan kemajuan. Seakan-akan jiwaku masih terjebak di dalam ruang penyekapan di malam itu.

Setelah tragedi mengerikan itu, aku ditahan di rumah sakit untuk menjalani perawatan sebelum melaksanakan interogasi panjang. Mendekam di kantor polisi sebagai saksi nyaris 48 jam lamanya dan ternyata aku tidak banyak mengetahui banyak soal Choi Seungcheol dan keluarganya.

Aku hanyalah orang asing yang kebetulan terseret ke dalam skandal besar Keluarga Choi dan beruntung sekali nyawaku terselamatkan.

Aku hanya mampu menceritakan soal Choi Seungcheol yang menjadi tetangga unit apartemenku dan perkara diska lepas yang disembunyikan di tempatku. Kuasa hukum yang dikirimkan Choi Seunggeun—kakek Choi Seungcheol sekaligus Komisaris CH Corporation—pun menyatakan bahwa kondisi sesungguhnya Choi Seungcheol akan dirahasiakan demi kebaikan pria itu sendiri.

Kesimpulan yang dapat kuambil setelahnya adalah Tuan Choi Seunggeun berada di pihak Choi Seungcheol. Dan Mingyu merupakan otak dari segala penyergapan sekaligus pembongkaran kasus-kasus besar yang melibatkan Keluarga Choi.

Perlu kuakui bahwa Mingyu sangatlah berani mengambil langkah amat berbahaya ini. Dan aku tidak lagi dapat menyalahkan keputusannya ini. Meski pada akhirnya, dia juga harus dikasuskan karena melakukan tindak pencurian data perusahaan melalui peretasan.

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

Seungkwan hadir membawakan semangkuk bubur yang baru saja matang. Pria itu sedari tadi berkutat di dapur membuatkan makanan mengingat aku tidak memiliki tenaga untuk melakukan apapun.

Mereka terus menemaniku bahkan bermalam di sini. Inkyung lebih banyak menghubungiku saat dia tengah pergi bekerja. Memastikan bahwa aku memakan makanan yang dipesankannya dan akan memarahiku jika mencoba menyentuh dapur.

Sementara Seungkwan masih harus menjalani beberapa interogasi mengingat dia lebih banyak terlibat dalam rencana melindungi Choi Seungcheol bersama Mingyu.

"Sudah ada banyak karyawan hengkang dari sana. Manajer Ko bahkan langsung mengundurkan diri. Mungkin kita harus mengikuti jejak mereka setelah ini. Ti'Q benar-benar hancur sekarang," papar Inkyung.

"Memang tidak ada pilihan. Bisa diprediksi bahwa semua karyawan akan dipensiunkan dari sana. Perusahaan tidak akan selamat dari ini. Ah, sial, kita akan menjadi pengangguran."

Sudut bibirku sedikit terangkat. Entah dapat dikatakan sebagai sebuah senyuman. Tapi aku membenarkan ucapan kedua temanku ini.

Namun setelah itu apa?

Aku merasa tidak lagi memiliki tujuan. Semuanya terasa buntu. Apakah aku harus kembali ke rumah Ibu dan mencari pekerjaan di sana?

Lalu bagaimana dengan Choi Seungcheol? Apakah dia akan baik-baik saja seperti ini?

Bagaimana dengan Cheri...?

Apakah dia baik-baik saja di sana? Apakah dia sudah menemukan tempat teramannya? Apakah dia tidak lagi ketakutan?

Maka dari itu dia tidak lagi kembali....

"Chaerin."

Inkyung seakan tahu apa yang sedang kurenungkan. Memberi rangkulan yang memang sangat kubutuhkan dan dia merengkuh tanganku yang mulai gemetaran.

"Kau sudah lakukan yang terbaik, Chae. Kau berhasil melewati semuanya dengan segala kekuatanmu. Kau akan pulih tidak lama lagi."

Tidak. Aku tidak yakin akan baik-baik saja setelah ini.

Karena aku tidak melakukannya....

Aku hanya terkurung di sana, menyaksikan seluruh penyiksaan itu tanpa mampu melakukan apapun selain menangis dan berteriak ketakutan.

Aku tidak berhasil menyelamatkannya di saat dia terus memanggilku bahkan sampai di titik akhir kesanggupannya untuk bertahan.

Aku gagal melindunginya.

Aku gagal menyelamatkan Cheri dan aku telah kehilangan dia....

Inkyung membawaku ke pelukannya. Bersamaan tetes air mataku tumpah dan aku hanya bisa menarik napas dalam berusaha untuk tidak tergugu. Tapi semuanya teramat percuma.

Aku tidak bisa menguatkan diri lagi. Aku tidak punya ketegaran maupun kekuatan lagi untuk bersikap bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Aku sudah terlanjur hancur sejak menerima kenyataan bahwa Cheri telah tiada.

***

Ini sudah melewati hari kesepuluh, jika aku tidak salah menghitung. Atau mungkin lebih.

Butuh waktu selama itu untuk bisa mengumpulkan nyali menginjakkan kaki kemari. Dua pengawal yang berjaga di pintu lekas menundukkan kepala begitu mengetahui siapa aku. Mempersilahkan diriku masuk ke dalam, bertemu dengan pria yang masih menjadi topik panas di media massa hingga detik ini.

Aku cukup memahami bahwa Choi Seungcheol membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih. Dia masih terlihat tidak sehat, duduk melamun memandangi luar jendela dengan infus masih harus menutrisi tubuhnya yang kini tampak layu.

Suntikan obat terlarang, kejutan listrik yang nyaris merusak sistem sarafnya, hingga hantaman psikis bertubi-tubi..., boleh kukatakan bahwa keajaiban masih berpihak pada Choi Seungcheol. Aku tidak dapat membayangkan sudah separah apa kerusakan dirinya di saat dia masih bisa menyambutku dengan senyum kecil terukir di bibir pucatnya kini.

"Bagaimana kabarmu?"

Hatiku tertohok hanya dengan mendengar sapaannya. Sebab sorot matanya hanya diisi oleh kekosongan mendalam, bagai tak bernyawa dan kini hanya ada raga yang masih bernapas di hadapanku.

"Terlalu mudah dikatakan bersandiwara jika aku menjawab baik-baik saja," jawabku pelan. "Tapi sepertinya kau yang paling tidak baik-baik saja di sini."

Choi Seungcheol menarik sudut bibirnya. Tangannya bergerak mempersilahkanku duduk di kursi tak jauh darinya dan aku segera menuruti.

"Dokter mengatakan bahwa aku hampir mengalami lumpuh. Tetapi aku masih bisa melewati masa kritis itu. Mereka bilang bahwa itu adalah keajaiban. Tapi tidak bagiku."

Dia sedikit tertunduk, mengamati kedua tangannya yang tampak ringkih dan aku sedikit memahami itu. Maka aku keluarkan sekotak susu dari bingkisan yang sengaja kubawakan untuknya, meletakkannya di pangkuannya sehingga dia termangu setelah menengokku sesaat.

"Aku harap itu sedikit membantu mengembalikan tenagamu," ucapku yang membuatnya mendengkus kecil.

"Seung Cheri sangat menyukainya. Sedangkan aku hanya menyukai kopi. Tapi sayang sekali, aku tidak diperbolehkan meminum kopi lagi." Dia menoleh lagi padaku untuk mengucapkan. "Terima kasih, Park Chaerin."

"Aku hanya memberi sedikit buah tangan sekaligus memastikan keadaanmu. Itu sudah menjadi salah satu tanggung jawabku karena kau harus mengalami ini karenaku juga. Maaf, aku terlambat datang."

Dia menggeleng perlahan. "Aku mengerti bahwa kau juga pasti butuh waktu untuk bertemu denganku. Begitu juga aku."

Dia menggenggam kotak susu itu, memandanginya cukup lekat di sela mulutnya kembali bersuara.

"Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan padamu selain meminta maaf karena sudah melibatkanmu ke dalam kekacauan ini. Aku harus mengakui bahwa aku sungguh pengecut.

"Dokter mengatakan aku mengalami amnesia karena tidak mengingat sedikitpun insiden itu. Selalu seperti itu yang aku dapatkan. Karena memang seperti inilah proyeksi seorang Choi Seungcheol."

Getir terpetak di bibirnya yang melengkung lemah. Aku bisa melihat air wajahnya yang mengatakan akan betapa dirinya tengah kehilangan arah sekarang.

Aku melihat adanya keputusasaan mengalir di sana.

"Tapi aku tahu bahwa satu dari kami telah menghilang. Aku tidak dapat menanyakan ini karena mereka seakan menjauh dan memilih untuk bungkam. Kepalaku tiba-tiba terasa begitu sunyi seakan-akan aku hanya seorang diri sekarang."

Dia menggeleng pelan di sela senyum sedihnya yang terpatri. "Aneh sekali..., ternyata aku benci kesepian ini. Dan aku harus menerima hilangnya Cheri tanpa aku tahu penyebabnya...."

Hatiku teriris mendengarnya. Bukan hanya soal Cheri, tetapi juga dirinya yang harus menghadapi kondisinya dan itu pasti jauh lebih menyakitkan baginya.

"Kau sungguh tidak merasakan keberadaannya...?" tanyaku pelan. Sangat pelan. Sebab aku merasakan adanya gemetar di suaraku saat ini.

"Cheri selalu meringkuk di sudut sana, tertidur dengan nyenyak dan kami selalu berusaha untuk tidak membangunkannya sebelum waktu baginya untuk bangun tiba. Tapi sekarang dia tidak ada di manapun."

Dia kembali menatap ke luar jendela. Layaknya mencari jawaban yang tak akan bisa dia temukan, dan aku menelan saliva dengan pahit melihatnya mengembuskan napas lelah.

Semua itu terasa pedih untuk kusaksikan.

"Kami terbiasa menyadari keberadaan satu sama lain, terbiasa merasakan kehadiran satu sama lain sekalipun salah satu dari kami sedang begitu jauh. Karena hanya dengan begitu, kami tahu bahwa tidak ada dari kami yang pergi dari sini."

Melihat Choi Seungcheol saat ini turut menyakitiku. Aku mungkin tidak akan pernah merasakannya, tetapi aku seperti mampu membayangkan kesakitan yang tengah menyiksanya saat ini.

"Aku sungguh tidak dapat merasakan keberadaannya lagi."

Aku mulai memahami bahwa sesungguhnya dia tak kalah menderita. Dia mungkin tidak mengalami segala jenis penyiksaan itu, tetapi dia harus menanggung semua akibat yang menghunjamnya.

Apa yang dia katakan adalah benar. Dia merupakan proyeksi seorang Choi Seungcheol yang selalu dituntut untuk menjadi sempurna. Dia tercipta atas ekspektasi yang bertubi-tubi menempa sampai kini kehilangan aktualisasi dirinya.

"Cheri benar-benar menghilang dan aku tidak tahu ke mana harus mencarinya. Maafkan aku, Park Chaerin. Aku gagal melindunginya."

Dan dia harus merasakan arti sesungguhnya dari kehilangan bagian dari jati dirinya....

***

Aku menyadari bahwa kehadiran Cheri selama beberapa bulan ini sudah mengubah banyak hal.

Sebelumnya, aku tidak pernah membuat kimbab di setiap pagi. Tidak pernah pulang tepat waktu karena merasa ada yang menunggu. Tidak pernah mengira bahwa aku akan terbiasa diiringi alunan acara kartun yang diputar berulang-ulang pada televisi yang terus menyala hingga jam malamnya tiba.

Aku menyadari bahwa jenis keseharian itu telah menjadi bagian dari hidupku. Dan aku sungguh kehilangan ketika menyaksikan apartemenku kini hanya diselimuti sunyi menyesakkan.

Aku kehilangan suara kanak-kanaknya yang selalu merengek lapar padaku. Aku kehilangan kebiasaannya yang menonton acara Spongebob atau Minions sembari menyantap sereal atau kue yang kadang kubawakan. Aku kehilangan presensinya yang sudah memenuhi tiap sudut tempat tinggalku ini.

Kini aku hanya bisa merasakan asing melihat barang-barang miliknya teronggok begitu saja. Rasanya seperti semua itu hanyalah mimpi. Rasanya bahwa keberadaan Cheri hanyalah ilusiku semata dan aku belum bisa menerima kenyataan ini.

Bahkan ketika aku melangkah keluar, pandangan nanarku sontak terpaku pada pintu unit sebelah yang tertutup rapat. Di mana aku bisa membayangkan sosok Cheri yang berjongkok di antaranya, membayangkan bagaimana dia mendongak ke arahku dan memanggilku dengan suara khasnya yang kurindukan.

Aku merindukannya....

Aku rindu tatapan polosnya yang selalu berbinar tiap memandangku.

Aku rindu rengekannya yang takut akan kutinggalkan di saat dia berada di kamar mandi.

Aku rindu melihatnya menyantap kimbab buatanku dan mendengarnya memuji diriku sebagai nuna paling baik baginya.

Aku rindu kehadiran Cheri. Aku sangat merindukannya....

Napasku terembus berat sebagaimana dengan air mataku mengalir lagi. Aku meluruh lemas di tempatku, mengubur wajahku untuk sekali lagi menumpahkan kesakitanku dalam bentuk tangis deras.

Terlalu banyak kata andai berputar di kepalaku dan aku tahu semua itu tidak akan pernah terulang lagi.

Terlalu banyak angan yang aku tahu bahwa hanya mustahil sebagai jawabannya. Namun aku terlanjur putus asa menginginkannya.

Cheri..., bisakah kau kembali...?

Aku ingin meminta maaf padamu karena sudah menyulitkanmu selama ini.

Aku ingin meminta maaf karena masih selalu memarahimu.

"Maafkan aku...."

Aku ingin meminta maaf karena telah gagal melindungimu.

Aku ingin memelukmu lagi, Cheri....

"Sungguh, maafkan aku...."

Aku ingin melihatmu lagi, Cheri. Maafkan aku....

***

Pagi hari ini, aku sudah berlarian di tengah kerumunan sekaligus meminta maaf pada mereka yang tak sengaja kutabraki.

Pikiranku sudah dipenuhi dengan kekhawatiran soal aku tak lagi mendapatkan kesempatan ini setelahnya. Maka begitu melihat sosoknya, kupercepat kaki-kakiku demi segera sampai padanya.

"Mingyu!!"

Dia menoleh dan langsung tersenyum padaku, meraih kedua pundakku agar aku sungguh berhenti di hadapannya setelah sebelumnya dia biarkan tas jinjingnya tergeletak di lantai bandara ini.

"Kau sungguh datang."

"Kau—" aku tak mengira suaraku akan sedikit meninggi. Sementara dia hanya terkekeh seakan kecemasanku saat ini adalah lelucon. "Kenapa baru memberi tahu kalau kau akan pergi ke Swiss sekarang juga?!"

"Maaf. Terlalu banyak hal yang harus kukerjakan sampai melupakanmu." Mingyu sungguh menyesal dan aku bisa melihat dari ekspresinya saat ini. "Ternyata aku sudah sejahat ini karena tidak memprioritaskanmu seperti seharusnya."

Aku cukup mengerti bahwa Mingyu masih menjalani pemeriksaan atas meledaknya kasus Keluarga Choi. Aku memaklumi bahwa keberadaannya yang tidak lagi kulihat adalah karena dia harus menyelesaikan kobaran yang sudah dia sulutkan hingga sebesar ini.

"Ka-kau akan kembali lagi kemari, kan...?"

Melihat dia tidak pergi seorang diri—ada dua orang yang kuyakini bertugas mengawasinya sebab kepergiannya ini merupakan bagian dari penyidikan—aku sedikit berharap bahwa dia tidak akan lama di sana.

"Aku akan segera kembali jika urusanku di sana sudah selesai."

"Lalu setelah itu apa? Kau—tidak akan dinyatakan bersalah, kan...?"

Melihat senyumnya yang tidak selebar sebelumnya, entah mengapa aku bisa menebak bahwa jawabannya adalah sebaliknya.

"Aku tidak tahu apakah ini akan menghindarkanku dari hukuman. Tapi aku tidak akan melarikan diri lagi."

Benar. Mingyu memang sedang menegakkan kebenaran. Tetapi hukum tetap akan berlaku dan mungkin tidak akan menjadi tumpul untuknya.

"Chaerin."

Mataku masih tak beralih darinya, ketika merasakan tangannya yang sedari tadi merengkuh bahuku kini beralih menggenggam tanganku.

"Aku sudah membuatmu menderita dan mengalami ini semua, karena itu aku akan terdengar egois jika tetap mempertahankanmu bersamaku."

"Mingyu...."

"Maafkan aku," ucapnya penuh sesal. Dia bahkan sempatkan memejam bagai menggali keberaniannya untuk melanjutkan, "Aku tidak bisa mengembalikan keadaan kita seperti semula. Dan aku tidak bisa menjanjikan masa depan untukmu. Aku hanya akan menyulitkanmu jika menginginkanmu tetap bersamaku."

Aku tidak tahu bagaimana harus menyikapi ucapannya. Pandanganku sudah mengabur dan mungkin sebentar lagi aku akan menangis karenanya.

"Kini aku hanya ingin kau bahagia dan aku sadar bahwa aku bukan lagi orang yang tepat untukmu. Karena itu...."

Tapi satu hal yang kutahu, aku enggan melepaskan tangannya yang mulai mengendur dalam menggenggamku. Menegaskan ucapannya bahwa dia mulai merelakanku. Bahwa dia ... selesai denganku.

"Berbahagialah tanpaku, Chaerin."

Aku menggeleng pelan.

"Hiduplah dengan baik di sini. Aku berharap kau menemukan orang yang jauh lebih baik dalam menjagamu setelah ini."

Aku menunduk masih diiringi gelengan. Satu tetes air mataku jatuh sebagai bentuk kesadaranku bahwa aku belum bisa menerima keadaan ini.

"Bagaimana mungkin aku bisa berbahagia jika aku masih mengharapkanmu?" ujarku penuh gemetar. "Bagaimana mungkin aku bisa hidup dengan baik jika aku masih mencintaimu dan hanya melihatmu sebagai masa depanku?"

Aku mendongak lagi. Membiarkannya melihat keruntuhanku. Agar dia tahu bahwa aku masih membutuhkannya.

"Aku sudah cukup menderita karena kau meninggalkanku. Aku sudah cukup banyak menangis karena mengira kau benar-benar mati. Dan kau berharap aku akan berbahagia setelah harus kehilanganmu lagi setelah ini? Kau benar-benar bajingan!"

Kupegangi kepalaku yang berdenyut keras. Aku sudah terlalu banyak menangis belakangan ini dan aku harus menghadapi pilu karena ditinggalkan dengan cara menyakitkan seperti ini?

"Aku tidak mau merasakannya lagi, Mingyu. Aku tidak mau berduka karena harus kehilangan lagi. Aku tidak mau kehilangan siapapun lagi termasuk dirimu. Bagaimanapun keadaannya. Aku tidak mau."

Mungkin karena pada akhirnya aku tergugu, mungkin karena aku sungguh terlihat menyedihkan, Mingyu membawaku ke pelukannya dan membiarkanku menangis kencang di dadanya.

"Aku tidak bisa hidup lebih baik jika kau meninggalkanku lagi. Aku hanya ingin bersamamu dan aku tidak peduli jika harus menunggumu kembali. Jangan paksa aku untuk mencari penggantimu, Bodoh! Aku masih menginginkanmu!"

Aku tidak tahu bagaimana reaksinya setelah mendengar segala pengakuanku. Yang aku tahu, dia memelukku semakin erat dan aku bisa merasakan sapuan lembut di kepalaku kala mendengar embus napas panjangnya di dekat telingaku.

"Maafkan aku, Chaerin."

Dan aku hanya bisa menangis akan perih yang kembali menyayatku. Menerima kenyataan bahwa mungkin beginilah akhir dari cerita kami.

Bahwa aku memang harus merelakannya walau aku tahu dengan pasti perasaanku tidak pernah padam dalam mencintainya.

    

&&&

Satu tahun kemudian....

        

"Ibu, kiriman dariku sudah sampai, kan?"

"Sudah. Sepatu dan tasnya sangat cantik jadi jangan kirimi aku barang-barang mahal lagi! Simpan saja untuk kebutuhanmu di sana! Dasar anak boros!"

Aku tertawa saja sembari menerima segelas hot coffee pesananku yang sudah dibuatkan. Akupun melenggang keluar dari kafe melanjutkan perjalanan menuju kantor.

"Eii, aku hanya ingin menjadi anak berbakti. Aku merasa bersalah karena liburan tahun baru kemarin harus kuhabiskan sebentar saja bersama Ibu di rumah. Maaf, Ibu. Pekerjaan awal tahun memang sedikit merepotkan."

"Aku sudah cukup senang karena kau masih mengingat rumah dan kau tampak sehat. Jagalah dirimu di sana. Chuseok nanti biarkan ibumu ini datang ke tempatmu. Aku tahu kau pasti tidak akan mendapatkan jatah libur jadi biar kubuatkan banyak makanan untukmu lembur."

"Aigu, ibuku memang sangat pengertian. Aku merasa tidak membutuhkan siapapun lagi di dunia ini selain Ibu."

"Simpan angan-anganmu itu. Impianku adalah melihat putriku satu-satunya menikah dengan pria terbaik jadi cepat bawakan dia padaku!"

"Ibu! Aku masih sangat muda untuk itu!"

"Kau bahkan sudah berkepala tiga, berani sekali mengatakan kau ini masih sangat muda? Aku bahkan sudah menikahi ayahmu di usia 28 tahun!"

Aku mendengkus saja. Tidak ingin melawan lebih jauh sebab aku tidak mau mengecewakan ibuku. Aku cukup memahami kekhawatirannya dan aku tahu bahwa Ibu hanya ingin aku berbahagia.

"Baiklah, Ibu, baiklah! Aku akan bawa dia segera bertemu dengan Ibu. Jangan terkejut saat melihat calon menantu Ibu yang tampan itu nanti!" putusku sebelum harus mengakhiri panggilan ini. "Aku sudah sampai kantor. Aku akan menghubungi Ibu lagi sepulang bekerja nanti."

Barulah aku menyimpan ponselku ke saku. Melewati akses kontrol menggunakan kartu pegawaiku lalu menunggu elevator datang bersama beberapa karyawan lainnya.

"Good morning. Apa makan siang kita hari ini?"

Aku mendengkus, Inkyung tiba-tiba muncul dan menggamit lenganku. Melihat kantung matanya yang sedikit menggelap, bisa kutebak bahwa dia pasti lembur lagi malam tadi.

"Apa kau tidur dengan nyenyak?"

"Entahlah. Aku hampir mati karena proposal sialan itu tak kunjung selesai jadi sepertinya aku hanya memejamkan mata sejenak."

Kemudian Inkyung menjatuhkan kepalanya di pundakku. Merengek seperti anak kecil di sela dumalannya yang masih berlanjut.

"Si botak Kepala Cha itu meneleponku pukul enam pagi dan menyuruhku menuntaskannya sebelum rapat pagi ini. Sialan sekali, memang."

Aku pun menepuk-nepuk kepalanya penuh prihatin. Awal tahun memanglah menjadi awal mula kesibukan baru kami. Tidak ada istilah liburan tahun baru yang tenang dan mengasyikkan mengingat kami harus bekerja ekstra membangun kembali perusahaan ini agar berdiri tegak lagi.

Jika ada yang berpikir kami masih bekerja di Ti'Q, tenang saja, kami sudah berhenti. Tapi mungkin bisa dikatakan ini adalah sebuah kompensasi sehingga kami tidak perlu menjadi pengangguran.

Tiba-tiba saja kerumunan kami bergeser disertai bisik-bisik yang seketika membuat aku dan Inkyung mengikuti arus. Menyadari bahwa beberapa orang baru saja datang dan seketika kami membungkuk hormat padanya.

"Selamat pagi, Direktur Choi."

Sapaan yang mewakili kami semua. Kulihat dia hanya mengangguk lalu bergabung menunggu elevator datang. Kemudian suasana tiba-tiba terasa begitu canggung.

Mungkin ini sudah kesekian kalinya, tetapi aku perlu menilai bahwa beginilah rupa Choi Seungcheol sebagai seorang pemimpin perusahaan besar CH Corporation.

Semenjak skandal besar itu terkuak, CH Corporation berada di ambang pailit. Satu per satu anak perusahaannya mengalami kejatuhan. Terutama Ti'Q yang kabarnya kini harus melakukan pembangunan ulang dengan jumlah pegawai yang harus dibatasi.

Choi Seungcheol mengambil tanggung jawab besar itu. Memulihkan kerusakan yang terlanjur fatal, menarik kembali kepercayaan para petinggi, hingga menyelamatkan puluhan ribu karyawannya agar tetap bertahan hingga kini. Satu tahun bukanlah waktu yang singkat baginya untuk bisa memperbaiki itu semua.

Selama itu pula, aku harus menerima kenyataan bahwa keadaan kami kembali sangat asing. Aku tidak lagi pernah bertegur sapa dengannya dan kami benar-benar seperti tidak saling mengenal.

Walau cukup untuk mengaguminya yang berhasil menyembuhkan nama perusahaan. Walau aku tidak yakin apakah dia masih berkutat dengan para alters yang bahkan tidak pernah terdengar lagi kabarnya.

Walau aku tidak pernah mendengar apapun lagi soal Cheri....

Aku hanya bisa menarik kesimpulan bahwa semuanya sudah kembali ke sedia kala. Choi Seungcheol dengan dunianya, dan aku dengan realitaku sendiri.

Lalu Cheri..., mungkin dia sudah kembali bertemu dengan neverland-nya dan hidup penuh damai di sana....

Dan aku akan menganggap semua itu sebagai kenangan hangat di mana aku pernah merasakan arti dari menyayangi seseorang seperti Seung Cheri.

Bukan sebuah cinta yang dimiliki seorang wanita untuk prianya. Melainkan cinta murni yang hanya aku sendiri memahami, akan betapa Seung Cheri memiliki ruang tersendiri untuk kulimpahkan kasih sayang yang berbeda itu.

Dan aku akan berikan ruang itu hanya padanya, jika suatu saat dia bersedia untuk kembali....

        

        

           

[•My Neighbor is Acting Weird•]

The End

         

Halo, akhirnya kita bertemu di ujung kisah Cheri dan para alter-nya 🥹

Maafkan aku karena harus menyelesaikan cerita ini sangat lama. Sebenarnya cerita ini sudah lebih dulu rilis di twitter pada bulan Oktober 2022. Bisa dikatakan udah satu tahun lebih cerita ini berjalan, selama itu pula yang aku butuhkan untuk bisa mengurai cerita ini sampai bertemu kata selesai.

Ada banyak rintangan yang terjadi selama menggarap cerita ini. Bisa dikatakan, My Neighbor is Acting Weird merupakan cerita dengan alur paling berat untuk bisa aku tulis. Konflik yang dihadirkan ternyata jauh lebih rumit dari yang sudah aku rencanakan. Karenanya, awal mula menulis sangatlah lancar dan aku sangat menikmatinya. Karena bisa dikatakan ini merupakan ide cerita yang baru dan menjadi tantangan baru juga untuk aku.

Tapi seiring berjalannya cerita, aku merasa bahwa kisah ini terlalu mempengaruhi perasaan dan batin aku sendiri. Aku seperti ikut terluka oleh derita yang Cheri rasakan, aku jadi lebih banyak menangis tiap kali menulis episode demi episode yang kian berat dirasa ini. Sehingga aku mulai merasa takut untuk melanjutkannya.

Itu kenapa, aku sungguh meminta maaf untuk pembaca yang begitu antusias pada cerita ini lantaran harus membuat kalian mengalami penantian panjang 🥺🙏

Jujur, aku merasa dilema sekali dalam menentukan akhir cerita Cheri ini. Aku mau Cheri bahagia, tapi..., aku sadar kalau Cheri tetap bertahan itu artinya dia bakal terus ingat sama kisah sedihnya, dan mungkin insiden terakhir yang dia alami menjadi trauma juga luka baru untuk dia.

Mungkin ini bukanlah ucapan selamat tinggal yang semestinya. Mungkin kepergian Cheri terasa nggak benar. Mungkin..., Cheri seharusnya bisa kembali lagi. Kita pasti mau Cheri kembali lagi, aku juga mau....

Tapi Cheri tetaplah anak delapan tahun yang belum bisa menerima segala siksa pedih itu sendirian. Dia tetap jiwa anak-anak yang nggak seharusnya merasakan kesakitan luar biasa itu. Sebagaimana dia sayang sama ibunya, sebesar apapun sayangnya sama Nuna, dia tetap anak kecil yang nggak bisa bertahan dari kekejaman itu.

Cheri mungkin pergi, Cheri mungkin menghilang, Cheri..., mungkin nggak akan kembali ... tapi setidaknya, Cheri nggak perlu lagi merasakan sedih apalagi sakit berkepanjangan. Cheri akan baik-baik saja di Neverland-nya. Dan ini, akhir yang terbaik untuk Cheri. :")

Aku meminta maaf karena cerita ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Aku juga minta maaf kalau akhir cerita ini buat kamu kecewa. Ini memang bukan akhir yang baik, tapi aku harap, ini adalah yang terbaik untuk semuanya.

Terima kasih untuk teman-teman yang masih bersedia mengikuti cerita ini hingga akhir. Terima kasih sudah menyukai para alters di sini, dan terima kasih sudah memberi cinta yang banyak untuk Cheri. 🥹❤️‍🩹

Mungkin setelah ini aku akan kasih sedikit cerita lepas dari Nuna sama Cheri, mungkin juga, dari alters lain. Kita lihat nanti ya?

Sampai jumpa lagi (semoga) 💙🩵

     

Elvabari❣️
Yang untuk pertama kalinya menutup cerita dengan air mata.

March 3, 2024

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 11.5K 20
Sebelum membaca, alangkah baiknya kalian untuk follow akun wp gw ya. WARNING!!!🔞 YANG GAK SUKA CERITA BOYPUSSY SILAHKAN TINGGALKAN LAPAK INI! CAST N...
208K 19.4K 71
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
54.4K 5K 31
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
63.8K 3.4K 19
seorang gadis bernama Gleen ia berusia 20 tahun, gleen sangat menyukai novel , namun di usia yang begitu muda ia sudah meninggal, kecelakaan itu memb...