ENJ MARKA

By serly13_

5.7K 2.4K 464

[Follow sebelum baca!!] "Semua orang, punya bahagianya." Cerita ini tentang Marka, dia pernah membuat suatu... More

Chapter 1 - [ Pulang ]
Chapter 2 - [ Tamu Masa Lalu ]
Chapter 3 - [ Penyelidikan awal ]
Chapter 4 - [ Sasaran pertama ]
Chapter 5 - [ Gencatan keluarga ]
Chapter 6 - [ Kecurigaan ]
Chapter 7 - [ Toko kue ]
Chapter 8 - [ Pacar Marka? ]
Chapter 10 - [ Full day with Sofia ]
Chapter 11 - [ Give hug for you ]
Chapter 12 - [Muncul Pertanyaan Baru ]
Chapter 13 - [ Mengincar Sofia ]
Chapter 14 - [ Ampera dan Kita ]
Chapter 15 - [ Perlahan Terungkap ]
Chapter 16 - [ Your perfect! ]
Chapter 17- [ Bukan Cemara ]
Chapter 18 - [ Akankah dijodohkan?]
Chapter 19 - [ Jatuh Hati ]
Chapter 20 - [ Berkaitan ]
Chapter 21 - [ Maaf Terlalu Jauh ]
Chapter 22 - [Saling Waspada!]
Chapter 23 - [ Jauh Sekali ]
Chapter 24 - [ Rapuh dalam Pengkhianatan ]
Chapter 25 - [ Melarikan Diri ]
Chapter 26 - [ Saling mengincar ]
Chapter 27 - [ First Kiss ]
Chapter 28 - [ Kemungkinan ]
Chapter 29 - [ Pasti Ada Ujungnya ]
Chapter 30 - [Mission 2]

Chapter 9 - [ Mission 1 ]

187 99 21
By serly13_

'Kadang rumah yang kita rindukan belum tentu memberi ketenangan'
~Marka, untuk Marka~

...

Happy Reading

"Gue berhasil!" ucapnya penuh semangat kepada anggota ENJ. "Gue berhasil deketin target kita, gue yakin setelah ini semuanya bakal kebongkar! Kita bakal tau siapa yang tega malsuin kejadian malam itu dan kita bakal tau dalang di baliknya!" Sambung Marka dengan penekanan kalimat penuh tekat.

"Gue juga yakin! Soalnya tuh cewek emang polos, yang artinya, dia gampang jujur, gampang ditanya, gampang disuap, bisa jadikan dia tahu orangnya" kata Aben.

"Kita ikut aja sama rencana lo, Ka. Asal semua bisa clear, tapi jangan sampai ada korban lagi atau ada hal yang lain terlibat" ujar Jack.

" Maksudnya?" Marka tak begitu paham dengan kalimat yang baru saja ia dengar.

Jack pun mendekati Marka dan menaruh jari telunjuknya tepat di dada laki-laki itu.

"Jangan pake hati!"

Tangan Jack ditepis oleh Marka, "Gak bakal! Gue gak ada ketertarikan sama cewek itu" ucap Marka dengan pedenya dan disaksikan oleh semua anggota ENJ.

"Awas jilat ludah sendiri!" Kata Roy pula.

"Lo pada kenapa si? Gak yakin amat sama gue."

"Bukan gak yakin, Ka. Cuma, tuh cewek masuk banget tipe ideal lo" jawab Bastian.

"Gila lo semua! Kenapa jadi bahas cinta!?"

"Siapa yang bahas cinta?" Tanya Arun.

"Iya siapa? Kita perasaan cuma ingetin doang" goda Bastian.

"Bodo! Gue mau pulang."

Benar saja, ia tidak sedang bercanda. Marka benar-benar pergi dari sana meninggalkan teman-temannya.

"Ngambek dah tuh anak" kata lintang diiringi gelak tawa yang tak dapat di tahan.

"Heran dah, semenjak putus sama yang sono tuh anak jadi sensitif banget kalau kita ngomongin cinta."

"Mungkin dia muak sama kisah waktu itu."

.
.

"Eh Mas Aka, tumben udah pulang. Sebentar banget keluarnya mas" ujar pak Adul yang tak lain adalah satpam rumahnya. Pak Adul membukakan gerbang untuk akses masuk Marka.

"Diluar dingin pak" kata Marka dibalik helmnya, ia pun menarik gas motor tersebut dan masuk ke dalam.

Pak Adul melihat ke arah langit. "Dingin? Perasaan dari kemarin ndak hujan."

Author: Itu mas Aka nya aja yang dingin pak. Sikapnya.

Marka mengistirahatkan dirinya di ruang keluarga, ia duduk sembari memainkan gitar melodi kesayangannya. Tangan Marka yang kekar namun memiliki jari lentik itu secara mahir memetik senar, sementara bibirnya sibuk menyanyikan lirik lagu tersebut.

"You say, I'm crazy. Cause you don't think I know what you've done."

"But, when you call me baby. I know I'm not the only one,"

Melihat sang kakak tenang, membuat Jelina yang menyaksikan itu tak terima. Ia berjalan diam diam ke arah belakang Marka, yang dimana ada sebuah drum miliknya disana.

Pasti kalian sudah bisa menebak kelanjutannya, benar. Jelina memukul asal drum tersebut sehingga suara yang dihasilkan tidak karu-karuan, meski begitu rencananya berhasil untuk menganggu sang kakak.

"Jelon, bisa diem gak?!"

Seperti orang yang tidak memiliki telinga, Jelina malah semakin menjadi, ia berteriak membawakan lagu yang, entah apa itu.

"We where, We whare rock you! Rock you!" Begitulah liriknya.

"Dasar Ubi jalar! Berisik kek radio pak abdul!" Cetus Marka, namun dirinya tidak memarahi Jelina. Ia memilih beranjak dari ruangan itu menuju kamarnya sambil membawa gitar, Marka sama sekali tidak menghiraukan sang adik dan hal itu lah yang membuat Jelina kesal.

"Gak asik ah, punya kakak sabar banget." Jelina mem-pout kan bibirnya lalu ia juga pergi dari sana.

Sedangkan Marka, ia sudah berbaring di atas ranjang empuk berukuran Big size. Satu minggu berada disini membuat dirinya merindukan Amerika, ia pikir pulang akan menyenangkan, namun ternyata itu jauh dari dugaan. Walaupun terkadang di Amerika Marka sendirian, tetapi banyak ketenangan yang ia dapatkan. Setelah kuliah biasanya ia akan mengikuti kegiatan seperti club music atau club basket, dilanjutkan dengan pesta kecil di malam hari lalu, ketika weekend tiba ia bisa menggunakan waktu tersebut untuk bersantai di tepian danau atau duduk disebuah caffe langganannya sambil menikmati secangkir Hot coffee.

"Apa gue balik ke sana aja ya?" Ucapnya, namun kemudian Marka mengusap kasar wajahnya dan berkata, "Gak! Gue harus bisa selesain masalah ini dulu."

Mission satu!

Marka beralih mengambil handphonenya yang tergeletak diatas meja tak jauh dari kasur, ia menggapai handphone itu lalu menyalahkan-nya. Tampak sebuah panggilan terakhir yang berasal dari Sofia, saat gadis itu menanyakan alamat rumahnya. Marka pun meng-klik nomor tersebut dan menyimpannya, barulah tak lama, ia kemudian mengirim pesan singkat kepada Sofia.

Sofia

Permisi, gue mau komplain.

Iya, ada masalah apa sama pesanannya?

Kue yang lo anter kemarin

Kenapa kuenya?

Enak.

Terus masalahnya dimana pak?

Masalahnya lo panggil gue pak!
Gue mau pesen awalnya, tapi gak jadi.

______________________________________

Kali ini tidak bisa di tahan, Marka benar-benar merasa kesal. Ia tidak habis pikir dengan Sofia yang memanggilnya 'Pak' sementara mereka sudah lebih dua kali bertemu, apakah menurut gadis itu wajahnya terlihat tua? Marka merasa umur mereka bahkan tidak jauh berbeda.

"Arghh! Cewek aneh! Temen aneh, keluarga aneh, semua orang aneh! Lama-lama gue juga ikutan aneh" cibirnya setelah membaca pesan itu. Raut wajah Marka sangat masam, ia bahkan melempar handphonenya asal begitu melihat pesan tersebut. Untungnya handphone tersebut jatuh ke atas kasur dan tak sampai berguling kebawah.

.
.

"Dia kenapa sih? Kalau bilang enak kan artinya muji. Terus, kenapa dia bilangnya komplain?" Ujar Sofia, yang dirinya lebih heran lagi saat mendapati seseorang memberinya pernyataan seperti itu lewat pesan.

"Kenapa Sofi?"

"Ini Maya, kemarin kan aku anter pesanan kue. Nah yang pesen barusan ngechat, dia bilang mau komplain, tapi kok komplain bilang enak si."

"Aduh Sofia! Itu artinya, dia mau muji tapi sambil becanda. Sekarang jadinya gimana tuh?" Tanya Maya. Ia merupakan satu-satunya teman Sofia yang tersisa saat ini. Mereka sudah berteman sejak Sofia duduk dibangku sekolah Dasar.

Sofia lantas memperlihatkan layar handphonenya dan menunjukkan pesan yang ia maksud, untuk bisa dibaca oleh Maya.

"Ih Sofi mah, itu dia muji Sofi! Terus kenapa harus di panggil Pak? Lo gak liat foto profile-nya masih muda begitu, mana cakep lagi" kata gadis itu sedikit mengomel.

"Maya kan tau kalau aku lama nangkepnya, jadi aku kira dia cuma orang iseng" jelas Sofia, "Menurut Maya orang ini ganteng?" Tanyanya dengan mata yang masih mengamati foto Marka.

"Ganteng!" Ia mengangguk.

"Maya suka? Kalau suka nanti aku mau deh bantuin Maya, tapi Maya bantuin Sofi ya buat jaga toko" tawarnya tak lupa dengan senyum serta mata yang berbinar.

"Enggak, cuma muji. Emang rumahnya dimana?"

"Eleh, tadi bilangnya muji, terus nanya alamat, sebenernya Maya itu suka atau suka".

"Kan nanya alamat doang."

Sofia berdiam sejenak dan mengingat apa yang ia tahu, "Dia anaknya Pradika, Pradika Kusuma."

"HAH?!" Maya yang semula berbaring disamping Sofia langsung berubah menjadi posisi duduk. "Itu tadi nomor anaknya?" Maya memastikan.

Sofia pun mengangguk untuk meng-iyakan. "Kemarin aku kesana, rumahnya lebih besar sepuluh, eh dua puluh kali lipat dari rumah kita, May."

"Sofia, lo keknya punya kesempatan buat tinggal disana."

.
.

Kesempatan, kesempatan apa yang bisa dateng delapan kali? Jawabnya, kesempatan di kali dua :)

Yah, seperti biasa. Kalau udah membaca jangan lupa vote terus komen dan buat yang baru join silahkan Follow akun ini demi kenyamanan bersama.

Satu lagi, ada gak sih yang kepo sama visualnya mereka? Kalau ada nanti kita bedah wkwk

Terimakasih, see you di next chapter. Bye 💕

Continue Reading

You'll Also Like

6.8M 286K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
558K 27K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
363 54 5
Ada pepatah mengatakan "Ilmu itu di ibaratkan udara, ia ada di sekeliling kita. Kamu bisa mendapatkan di manapun dan kapanpun" Jangan malu untuk menc...
1M 102K 40
END 🚫 FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA‼️ -16+ #TIDAK MEMBUTUHKAN PLAGIATOR BERKEDOK PEMBACA🚯 #PART TIDAK LENGKAP Bukan tentang seorang gadis yang di man...