ARSYAD DAYYAN

By Zhaylalhedy

2.2M 119K 6.5K

"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mem... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 45
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50
Bab 51
Bab 52
Bab 53
Bab 54
Bab 55
Bab 56
Bab 57
Bab 58
Bab 59

Bab 40

35.6K 1.7K 41
By Zhaylalhedy

ASSALAMU'ALAIKUM...

*
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمد

*
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Setajam-tajamnya belati, lisan juga bisa lebih tajam, dan sangat menyakiti."

~Arsyaddayyan.

_______________________

Ujian yang di langsungkan selama lima hari itu, kini sudah santri putra dan santri putri lewati, bagaimana hari ini adalah hari kepulangan untuk mereka, hari yang paling di tunggu-tunggu, untuk kembali bersama dengan kedua orang tua juga saudara.

Tak banyak yang merasa bahagia, karna merasa kuatir dengan hasil ujian mereka, begitu juga dengan Elvira, Okta, juga Azalea yang kini duduk di lantai pesantren, menyandar pada tembok, Elvira juga okta memeluk tas berisikan baju, juga kitab.

"Kita duluan ya Ning, udah di jemput" keduanya kini berdiri, begitu juga dengan Azalea.

"Bakalan rindu banget sama kamu Ning."

"Cuma satu bulan, Ta."

"Iya juga, kami pergi Ning."

"Hati-hati."

Ketika kepergian kedua temannya, juga para santriwati, suasana pesantren sangat sepi, tidak sedikitpun terdengar suara tawa, juga candaan teman-temannya, di ujung sana tepatnya di dekat gapura pesantren, hanya tinggal beberapa ustazah, juga pengurus, yang akan mengurus pesantren ini ketika santri pulang.

"Kok aku belum di jemput ya?" Azalea kembali duduk, kali ini dirinya benar-benar sendiri, Ustazah juga pengurus tadi pergi, menuju Ndalem.

"Kok di sini ay, aku cariin tadi di kamar gak ada," Arsyad berdiri di hadapan istrinya.

Azalea mendongak, kenapa beberapa hari ini melihat wajah suaminya sangat membuatnya kesal.

"Ngapain di sini sih Gus?"

"Kenapa, kok gitu?"

"Aku mau pulang, lagian mas Raka kemana sih! Kalo jemput pasti belakangan."

"Di sini rumah kamu juga ay."

Azalea berdiri. "Aku mau pulang."

"Satu Minggu lagi ya ay."

"Gak mau Gus, aku mau pulang sekarang!"

Arsyad terdiam, Azalea memiliki sifat aneh sejak beberapa hari yang lalu, keras kepala, dan selalu mengusir keberadaannya, tetapi ketika malam hari, Azalea akan bermanja kepadanya.

"Yaudah besok, kita pulang gimana?"

"Sekarang, Gus!"

"Ay."

"Yaudah besok," Kesal Azalea berlalu pergi, dia hanya tidak ingin berlama-lama bersama suaminya.

"Ya, Allah. Istriku kenapa?"

****

Saat ini Azalea duduk di bawah pohon Cemara, yang berada di samping bangunan pesantren. Tanpa dirinya ketahui, Arsyad mengikutinya dari belakang, hanya sekedar menjaga, takut Azalea kenapa-kenapa.

"Syad," panggil umi Yulia, menepuk pundak putranya.

Mendengar suara dari arah belakang Azalea menoleh, lalu segera berdiri, berjalan menghampiri umi Yulia juga suaminya.

"Umi ngapain di sini?" Tanya Azalea kepada umi Yulia, sekilas melihat kearah Arsyad lalu kembali melihat kearah uminya.

"Umi lagi cariin kalian, taunya ada di sini."

"Ada keperluan apa Umma?"

"Tidak ada keperluan apapun, umma hanya mencari kalian, pesantren sudah sepi, makin sepi kalo kalian ada di sini, ayo kembali."

Arsyad mengangguk. "Ayo, Ay" Arsyad berniat meraih tangan Azalea, namun nyatanya Azalea menolak dan lebih dulu berjalan.

Umi Yulia yang melihatnya menggeleng, pertengkaran di dalam rumah tangga pasti akan ada.

****

"Kamu apain istrimu Syad, umma liatin, kalian gak dekat kayak biasanya."

"Aku juga gak tau Umma, tiba-tiba saja istriku berubah, aku juga bingung umma."

Keduanya kini berada di belakang Ndalem, tempat paling sejuk, ketika di hadapannya, di hiasi dengan berbagai bunga.

"Apa ada kemauan istrimu yang tidak kamu turuti?"

Arsyad berpikir sejenak. "Cuma mau pulang."

"Terus?"

"Besok kita akan pulang, tapi istriku tiba-tiba marah, sebenarnya bukan hanya tadi saja, dari beberapa hari yang lalu juga sifatnya berubah-ubah."

Umi Yulia terdiam sejenak, lalu tersenyum. "Istrimu hamil?" Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Arsyad mengernyitkan dahinya bingung.

"Emang kalo tanda tandanya hamil gitu ya umma?"

"Azalea gak pernah minta rujakan, sama mangga muda?"

"Enggak."

"Mual-mual?"

"Engga?"

"Atau istrimu pernah minta pijitin punggungnya?"

"Engga umma."

Mendengar jawaban Arsyad, membuat senyum umi Yulia tadi hilang, dia sudah mengharapkan seorang cucu, namun nyatanya Azalea masih belum memiliki tanda-tanda kehamilan.

"Yaudah, berarti belum rizeki umma buat gendong cucu sekarang. sebentar lagi magrib, bersiap-siap ke masjid."

Arsyad mengangguk.

"Umma kedalam."

"Iya, umma."

*****

Azalea bangun dari tidurnya lalu duduk. menepuk tubuh Arsyad yang kini sudah terlelap di sampingnya, entah pukul berapa sekarang, Azalea tidak bisa melihat jam karna gelap, lampu di kamarnya di matikan.

"Gus," panggil Azalea menggoyangkan tubuh Arsyad.

"Gus."

Arsyad membuka mata ketika merasa ada sebuah tangan, menutupi Indra penciumannya, karna hal itu Arsyad tidak bisa bernafas.

"Gus!" Panggil Azalea lagi, melepaskan tangannya dari hidung Arsyad.

"Hem?"

"Bangun."

"Ada apa sayang?" Tanya Arsyad masih mengantuk.

"Mau kucing."

Arsyad terbangun mendengar permintaan Azalea, sedikit terkejut, meminta kucing malam-malam, mau cari kemana dirinya, Arsyad kini menghidupkan lampu, melihat jam dinding, di mana sudah menunjukkan pukul setengah dua pagi, bahkan dirinya baru saja terlelap.

"Mau kucing, sekalian mangga muda Gus, tadi aku gak bisa tidur, ngebayangin makan rujak, di temenin kucing."

"Azalea gak pernah minta rujakan, sama mangga muda?"

Arsyad mengingat perkataan umma-nya sore tadi, jika benar saat ini Azalea tengah hamil, Arsyad benar-benar bahagia, lagi pula dia sudah pantas menggendong seorang anak di usia 21 tahunnya.

"Ay, kamu hamil?"

Bukannya menjawab, Azalea malah cemberut, dia tidak menyukai pertanyaan Arsyad.

"Cuma mau Gus! yaudah kalo gak mau cariin kucing sama mangga muda! Aku mau tidur, aneh banget pertanyaannya."

"Besok pagi ya."

"Gak mau Gus, harus sekarang!"

"Yaudah iya aku cariin sayang. kucingnya mau yang warna apa?"

"Beneran?"

"Iya, ay."

Senyum Azalea mengembang. "Yang putih, ada hitamnya ya Gus, yang ada kayak poni di kedua telinganya."

Sejenak Arsyad berpikir, kucing yang yang seperti apa itu, namun karna tak ingin membuat istrinya kesal, dia mengangguk mengiyakan.

"Cowok apa cewek?"

"Yang cowok, jangan lupa ya Gus, nanti mangganya menik dari pohonnya langsung."

Kali ini Arsyad yang tersenyum, terpaksa dirinya mengangguk mengiyakan. Memetik mangga langsung dari pohonnya di tengah malam, memang terdengar aneh, tapi tidak papa, DEMI ISTRI.

"Tidur, nanti kalo aku udah datang, aku bangunin."

Azalea menggeleng. "Aku tungguin Gus."

*****

"Mau kemana Syad?" Pertanyaan itu kini terlontar dari Irsya yang berpapasan dengannya.

"Mau cari kucing sama mangga muda Abi."

"Ini sudah malam, besok kan bisa."

"Istriku maunya sekarang abi, di mana ada pohon mangga yang masih berbuah ya Abi, istriku mintanya yang langsung di petik dari pohonnya."

"Umma yakin istrimu pasti hamil itu, Syad."

Arsyad menoleh kearah umma nya, kenapa kedua orang tuanya masih belum tidur di jam sekarang.

"Besok umma panggilin tukang pijit, buat liat apa istrimu hamil atau engga."

"Dulu umma kamu awal hamil, suka minta mangga muda Syad, kayaknya beneran istri mu hamil," Gua Irsya kini yakin.

"Langsung ke dokter aja ya Umma, abi."

"Tukang pijat itu lebih ahli, umma lebih percaya sama tukang pijit."

"Yaudah, aku pergi dulu."

Arsyad menyalami kedua orang tuanya.

"Hati-hati, ini sudah malam, jangan mengebut menyetirnya."

Arsyad mengangguk, keluar dari Ndalem, lalu berjalan menuju garasi motor, sudah lama rasanya Arsyad tidak menaiki motor kesayangannya itu, terakhir saat dirinya memasuki kelas dua SMA.

****

Azalea membuka mata ketika mendengar suara kucing kecil di dekatnya, terdengar dari masjid pesantren, sebuah surah Yasin sudah di bacakan, itu tandanya sudah subuh. Pandangannya langsung tertuju kearah kucing putih dengan warna hitam di kedua telinganya, yang kini tengah berada di gendongan Arsyad.

"Bangun ay, solat dulu."

"Wah, lucu banget Gus" dengan segera Azalea bangkit, lalu meraih kucing itu. "Mangga mudanya mana?"

Arsyad tersenyum lalu memberikan kresek hitam kepadanya. Asal Azalea tau perjuangan Arsyad saat berada di atas pohon mangga, banyak sekali yang berteriak mengira dirinya hantu.

Namun saat hendak membuka Kresek itu, Azalea merasa mual. "Ay, kenapa?"

"Buang donatnya Gus, aku mau muntah" Azalea menaruh kucingnya lalu berlari pergi menuju kamar mandi, di dalam kresek itu, bukan hanya mangga muda tetapi makanan kesukaannya.

Arsyad menyusul, memijat punggung istrinya yang terus saja muntah, Arsyad berpikir ini bukanlah tanda-tanda kehamilan, tapi saat ini istrinya tengah sakit.

"Kita ke dokter ya, ay."

"Engga G-" kembali Azalea memuntahkan isi perutnya.

"Syad, istrimu kenapa?" Umi Yulia kini mengetuk pintu.

"Buka aja umma gak di kunci."

Dengan segera, Umi Yulia membuka pintu kamar itu. kuatir akan keadaan menantunya yang pucat, dia memberikan minyak kayu putih lalu di oleskan, ke leher, kepala dan perut Azalea.

"Udah umi."

Melihat Azalea seperti tidak kuat berjalan, Arsyad menggendong tubuh Azalea.

"Turunin Gus, malu sama umi."

Namun Arsyad tak menggubris, dia tetap membawa Azalea, ke kasur.

Irsya yang baru saja kembali dari masjid, dan mendengar kabar menantunya, segera menuju kamarnya.

"Panggil bidan Syad, sejak kapan istrimu begini."

"Tadi Abi, udah manggil bidan, bisa nanti pukul tujuh katanya."

"Telfon mamah mertua kamu."

Arsyad mengangguk.

*****

"Lea kamu kenapa nak?" Fiona kini mengelus puncak kepala Azalea.

"Gak tau mah, tadi tiba-tiba muntah pas liat donat."

"Sejak kapan kamu suka kucing dek?"

Pandangan Azalea tertuju kepada Adiraka. "Emang kapan Lea gak suka kucing, dulu cuma alergi aja kok, sekarang udah sembuh, buktinya udah bisa pegang kucing."

"Anak papah beneran gak papa?" Tanya Duan sangat kuatir.

"Lemes aja pah habis muntah, udah di pijitin sama Gus Arsyad, terus di kasih minyak kayu putih sama umi, jadi gak muntah lagi."

Umi Yulia juga Gus Irsya kini masuk kedalam bersama seorang bidan kandungan.

Pemeriksaan kini sudah selesai, umi Yulia juga Fiona yang ada di kamar itu terlihat tegang, para lelaki kini menunggu di luar.

"Alhamdulillah ya, Azalea hamil kemungkinan dari telat nya Azalea menstruasi, usia kandungannya sudah hampir dua Minggu."

Wajah tegang tadi, kini berubah menjadi wajah kegembiraan, di mana kabar ini sangat membuat kedua keluarga bahagia, namun tidak dengan Azalea.

"Hamil!" Teriak Azalea. "Gak mungkin! Masak anak sekecil ini, mau punya anak mah," tangis Azalea melihat lekat wajah mamahnya.

"Loh, Alhamdulillah dong sayang, mamah bakalan punya cucu, umi kamu juga pastinya bahagia."

"Gak mau. Lea, gak mau punya anak!!"

"Jadi, istriku hamil?"

"Alhamdulillah ya Gus, kita bakalan punya cucu."

"Cepet amet gue tuanya, tetiba udah mau punya pona'an aja."

"GAK MAU HAMIL!!!!"

*

*

*

*

Jangan lupa tersenyum hari ini:)
Sampai bertemu di part selanjutnya.

Continue Reading

You'll Also Like

3.9M 257K 61
Sebagian part telah dihapus demi kepentingan penerbit ❌ . . . . . Ini kisah Khalisa Salsabila yang terpesona dengan ke tampanan seorang Gus tempat di...
442 183 7
Aku akan menyerah, setidaknya aku sudah berusaha ~Batin Khansa. "Apa aku boleh menyerah?" tanya Khansa lesu. "Aku tidak akan membiarkan kamu menyerah...
69K 8.8K 10
©2023 (Blue Lock - Muneyuki Kaneshiro)
896K 69.3K 62
Karya ini murni hasil pemikiran dan kegabutan saya sendiri! NO COPAS/PLAGIAT!!❌❗ Dimohon untuk meninggalkan jejak VOTE dan KOMEN di cerita ini 🙏🏼 T...