Here To You

By desiariaa

81 20 16

Bagi sebagian orang, keberadaan Erish adalah sebuah masalah. Tapi bagi orang yang tepat, keberadaannya merupa... More

Bab 1
Bab 2
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9

Bab 3

11 2 4
By desiariaa

"Resh, PR Biologi lo udah?" seperti biasa, Sanju selalu menjadi orang yang rajin menyapa dan mengajak Erish berbicara meski tau respon Erish tidak seperti effort-nya.

Erish hanya menggeleng. Semalaman ia mencoba mengerjakan PR itu, tapi sama sekali tak ada hasil. Otaknya terus memikirkan ancaman yang Leroy tujukan kepadanya. Bagaimana Erish harus menghadapinya? Apakah Erish harus pindah sekolah lagi padahal ia belum genap dua minggu menjadi siswa SMA Lavida? Atau haruskah Erish bertahan tetapi ujungnya sama-sama akan keluar dari SMA Lavida? Oh, tidak. Memikirkannya membuat Erish pusing. Terlebih ia harus memikirkannya seorang diri. Tanpa pendamping yang bisa disebut sebagai orang tua.

"Mau nyalin punya gue?" gadis cantik nan baik hati itu menawarkan diri.

Erish sontak melongo. "Hah?"

"Nih." Sanju memberikan buku PR miliknya pada Erish.

"Anu—nggak usah." Erish mendorong kembali buku milik Sanju.

"Nggak papa. Santai aja, Rish."

Erish menggelengkan kepalanya.

"Nggak ada jaminan 100% bener sih. Tapi kalao 90% gue berani bertaruh." Sanju tersenyum.

"Nggak usah. Makasih."

Kemudian Sanju menyadari satu hal, "Oh, atau lo bermaksud ngerjain PR lo sendiri? Duh, maaf ya, Rish. Gue nggak mikir sampe situ. Gue nggak ada maksud sama sekali buat nyinggung perasaan lo." Mendadak Sanju diliputi rasa bersalah karena khawatir Erish akan menganggap dirinya sudah meremehkan Erish dengan menawarkan bantuan PR untuk Erish.

Nyatanya... tidak! Erish tidak berniat untuk mengerjakan PR miliknya sendiri. Jadi ya... Sudah... Pasrah saja. Mau ia dihukum karena tidak mengerjakan PR, ia akan terima. Karena memang jika seperti itu konsekuensinya, ya mau bagaimana lagi. Realistis saja berdasarkan kesadaran Erish akan kapasitas otaknya sendiri, dalam waktu kurang dari 20 menit menuju pelajaran pertama dimulai, Erish yakin tidak akan bisa menyelesaikan PR sebanyak itu.

"Nggak." lagi-lagi Erish berkata serupa.

"Nggak gimana?" Sanju bingung.

"Nggak gue kerjain."

Kedua mata Sanju sedikit melebar. "Jangan gitu, Rish. Ntar lo dihukum sama Bu Binar. Nggak enak tau, dihukum sama beliau. Udah nih, salin PR gue aja. Masih ada waktu cukup kok." Sanju kembali mendesak Erish untuk menyalin PR miliknya, yang kali ini tak bisa Erish tolak.

Seperti perkataannya, jaminan 90% kebenaran PR Sanju terbukti. Nilai yang Sanju dan Erish peroleh benar-benar sama, yaitu 90. Sekaligus, Erish juga jadi tidak perlu mendapatkan hukuman.

Dan sebagai perwujudan terima kasih, Erish yang biasa menolak, kali ini menerima ajakan Sanju untuk pergi ke kantin.

"Ini apa, Rish?" Sanju segera bertanya saat Erish meletakkan sekaleng susu ke hadapan Sanju.

"Buat ganti kemaren." Erish tidak bohong. Barusan ia membeli susu kaleng dengan rasa yang sama dan merk yang sama dengan yang Sanju beri untuknya kemarin.

"Ih, ngapain diganti sih? Kan gue ngasih ke lo, bukan minjemin. Nih, gue balikin." Sanju mendorong kaleng susu itu ke hapadan Erish.

Namun Erish malah sengaja menenggak susu kaleng dengan merk yang sama namun rasa yang berbeda. Ini ia lakukan untuk menunjukkan pada Sanju kalau ia sudah punya susu kalengnya sendiri, jadi Sanju tidak perlu mengembalikannya.

Maksud Erish langsung sampai. Dengan pelan, Sanju kembali menarik susu pemberian Erish. "Ya udah, gue terima ya?"

Erish mengangguk.

"Makasih, Rish." Sanju tersenyum sebelum membuka dan menenggak susu kalengnya.

Nabila yang merasa menjadi obat nyamuk di antara kedua orang itu, memutar bola matanya jengah. Kalau tidak karena Sanju, ia malas duduk di kantin bersama Erish. Si cewek yang menurutnya aneh.

Sejak awal kemunculannya, Erish tuh tidak banyak omong. Ia cenderung lebih suka menyendiri dibanding berbaur dengan teman-temannya. Kalau tidak ada Sanju yang mengakrabinya, pasti sampai sekarang Erish tidak akan punya teman.

Setelah satu tegukan, Sanju menganggukkan kepalanya dua kali. "Jadi kemaren gue salah beli ya?"

Kening Erish mengerut.

"Lo sukanya susu vanila?" Sanju menunjuk kaleng susu milik Erish.

Erish ikut melirik kaleng susunya. Sanju tidak salah. Benar kalau Erish menyukai susu rasa vanila ketimbang rasa-rasa lainnya. Itu salah satu alasan kenapa kemarin ia ragu mengambil susu pemberian Sanju karena rasanya strawberry.

"Oke deh. Besok-besok gue beliin lo yang rasa vanila ya?" lagi-lagi gadis itu tersenyum.

"Emang nggak bisa beli sendiri?" Nabila menyahut dengan ketus. Membuat Sanju dan Erish sama-sama menoleh kepadanya.

"Bil—"

BRAK!

Ketiga cewek itu sontak terlonjak kaget saat meja mereka tiba-tiba digebrak. Serempak, ketiganya mendongak ke arah orang yang sudah melakukan tindakan tersebut.

"Hai, Sanju!" adalah Leroy yang baru pertama kali Erish lihat tersenyum manis saat menyapa Sanju. Tapi saat matanya beralih untuknya, senyum manisnya langsung lenyap.

"Roy, lo apa-apaan sih? Jangan bikin kita kaget dong." Protes Sanju pelan.

"Sori, gue nggak bermaksud buat ngagetin lo sih, sebenernya. Tapi dia." Leroy menunjuk Erish yang sudah tak lagi melihat ke arahnya.

Sanju dan Nabila sontak ikut menatap ke arah Erish. Mereka berdua tampak bingung.

"Kalian berdua saling kenal?" Nabila bertanya, heran sekaligus penasaran.

Leroy hanya menggumam ambigu. Sementara Erish diam.

"Hi, girls!" muncul Kahlil yang langsung merangkul Leroy, namun senyuman dan perhatiannya ia tujukan kepada ketiga cewek di hadapannya.

Nabila langsung mendengus tidak suka dengan kehadiran cowok itu.

"Hai, Lil." Sanju balas menyapa seperlunya.

"You look so beautiful as always, Sanju." Kahlil mengedipkan satu matanya untuk Sanju.

"Thanks." Lagi-lagi Sanju hanya membalas seperlunya.

"My pleasure."

Ini yang membuat Nabila paling tidak suka pada cowok ini. Kahlil itu tutur katanya memang berbeda dibanding dengan keempat temannya. Cowok itu bicara dengan cara yang lembut, pelan juga manis. Apalagi kalau yang ia temui adalah cewek-cewek cantik. Tapi entah kenapa rasanya risi mendengarnya. Karena kalimat yang ia ucapkan terkesan tidak tulus dan punya maksud terselubung.

"Hai, Rish. Gimana luka lo? Udah sembuh?" Kahlil berganti bertanya. Kali ini pada Erish yang juga ia beri senyuman yang sama seperti senyum yang ia beri sebelumnya pada Sanju.

Setelah Leroy, kini muncul Kahlil yang tampaknya juga sudah mengenal Erish. Hal itu sontak membuat Sanju dan Nabila makin terkejut. Setiap hari semenjak Erish pindah, mereka berdua hampir selalu melihat Erish tidak pernah berinteraksi dengan siapa pun. Jangankan dengan anak dari kelas lain, dari kelas sendiri saja tidak akan pernah terjadi kalau tidak didului lebih dulu.

"Lo tau kalo Erish terluka?" Nabila segera menanyakannya.

Kahlil tersenyum kecil. "Ya tau dong." Jawabnya sambil melirik Leroy sekaligus menepuk-nepuk bahu Leroy.

"Oi, kalian mau di situ aja sampe Inggris ganti presiden?" celetukkan ini datang dari Hunter yang rupanya sudah duduk bersama Aias dan Oisin di meja kantin tepat di seberang meja tempat Sanju, Nabila dan Erish duduk.

"Sejak kapan Inggris punya presiden, Ter?" sahut Kahlil sambil menoleh ke arahnya.

"Sejak King Charles mengajukan diri." tentu saja ini jawaban asal dari Hunter.

"Begini kalo otak kelamaan nganggur." Kahlil pun akhirnya menghampiri teman-temannya dan ikut duduk di sebelah kanan Hunter.

"Hari ini adalah hari terakhir." Ucap Leroy pada Erish sebelum ikut bergabung dengan teman-temannya juga.

Lagi-lagi Sanju dan Nabila dibuat bertanya-tanya. "Rish, lo punya urusan apa sama Leroy? Kayaknya serius banget." ini adalah pertanyaan yang diwakili oleh Sanju.

"Nggak ada." Erish hanya menggelengkan kepala sambil menenggak kaleng susunya lagi.

Sudah bukan rahasia lagi, apabila lima cowok yang terdiri dari Hunter, Aias, Leroy, Kahlil dan Oisin berkumpul, pasti akan menjadi bahan perhatian, bahan kehebohan, serta bahan kehaluan. Sebab kelima cowok ini memang sudah secara resmi dilabeli sebagai cowok populer yang memiliki visual tampan! Belum lagi semuanya berasal dari keluarga serba ada dan kaya raya.

"Entah cuma perasaan gue aja atau beneran, gue rasa Sanju beberapa kali ngelirik-ngelirik ke arah sini mulu. Apa mungkin sebenernya dia lagi curi-curi pandang ke gue?" celetukkan Leroy yang tiba-tiba membuat kegiatan makan kelima cowok itu sempat terhenti beberapa saat. Saat mengatakan itu, wajah Leroy terlihat sangat sumringah. Jauh berbeda kalau yang sedang ia bicarakan adalah Erish.

Untuk memastikannya, Aias menoleh ke arah meja sebelah. Lalu ia mendapati Sanju buru-buru memalingkan wajah dari arah mejanya. Hal itu seolah membuktikan kebenaran ucapan Leroy.

Kahlil terkekeh. "Le, Le. I'm so sorry before. But I have to tell you. Yang Sanju perhatiin dari tadi tuh bukan lo."

"Mata lo! Jelas-jelas dia merhatiin gue!" Leroy masih bersih kukuh.

"Yang Sanju perhatiin itu Hunter." Mata Kahlil langsung melirik ke arah Hunter yang duduk bersebelahan dengan Leroy.

"Hah?!" wajah kaget Leroy seketika berubah. Langsung ia fokuskan indra penglihatannya pada Hunter yang duduk di sebelahnya.

Aias yang duduk berseberangan juga ikut memperhatikan Hunter.

"Kenapa lo? Kenapa bukan gue?" Leroy segera bertanya pada Hunter, tidak terima.

"Tanya sama engkongnya." Tanpa mengurangi nafsu makannya, Hunter terus menyantap makannya dengan lahap.

"Le, kalo gue jadi cewek terus pilihannya antara lo sama Hunter, gue juga bakal pilih Hunter." ucapan Kahlil membuat bulu kuduk Hunter meremang.

"Anjir! Lo mau ngajakin gue belok?" seloroh Hunter.

"Tapi kalo pilihannya Hunter apa Sin, tetep gue pilih Sin." lanjut Kahlil sambil tersenyum ke arah Oisin yang tidak terpengaruh sama sekali.

"Sin, kata gue lo kudu siaga satu. Takut tiba-tiba lo diserang." Hunter memperingatkan dengan serius pada Oisin yang duduk di seberangnya. Yang lagi-lagi tidak terpengaruh.

*

Secara bersamaan dan tanpa sengaja, Sanju dan Hunter berpapasan saat keduanya sama-sama baru keluar dari toilet perempuan dan laki-laki. Sanju cukup kaget, sampai langkahnya terhenti. Sementara Hunter bersikap biasa saja, sekilas melihat ke arah Sanju, lalu melanjutkan langkahnya kembali seolah tidak terjadi apa-apa.

"Anu, Hunter!"

Barulah Hunter berhenti saat Sanju memanggil namanya. Cowok itu menoleh ke arah belakang di mana Sanju masih tertinggal. "Hm?"

Perasaan Sanju berkecamuk. Nano-nano deh. Berdebar iya, nervous iya, ragu iya, tapi tidak bisa ia tahan untuk tidak mengatakannya pada Hunter tentang apa yang ingin ia katakan.

"Apa?" Hunter kembali bertanya karena tak kunjung Sanju bersuara.

Sanju menarik nafas. Kedua tangannya terkepal dan ia letakkan di depan dadanya yang bergemuruh serta kedua pipinya yang memerah. "Besok malem... Lo ikut dinner-nya kan?"

Continue Reading

You'll Also Like

141K 12.4K 45
Dari awal pun, hubungan ini dimulai dengan alasan yang tidak jelas. Terlalu berantakan untuk memulai cinta di dalamnya. Ada yang salah dalam hubungan...
124K 8.4K 28
Disarankan follow sebelum baca. |Complete| Pluto, cewek yang pintar Biologi harus terjebak dengan situasi dimana ia menjadi partner belajar seorang c...
18.8K 2.4K 44
(FOLLOW, UNTUK MEMBACA) (SEQUEL GADIS DEWA) Bagaimana jadinya jika kecelakaan yang dialami Maura justru membuatnya kehilangan sebagian ingatan pentin...
37.4K 5K 8
35mm sequel. Ini tentang Adelardian Muda Gautama dan Erisha Annora