Last Year : Survive at School

By Ektesha_

68.2K 5.5K 385

Gadis bernama Angelina Christy, terjebak di permainan sekolah yang penuh persaingan. Berusaha mencari fakta d... More

PROLOG
PARK 01 : SMANTA
PARK 02 : TROTOAR
PARK 03 : PERTEMANAN
PARK 04 : BULLYING
PARK 05 : PERINGATAN 1
PARK 06 : MASALAH
Park 07 : PERINGATAN 2
PARK 08 : ANAK BOS
PARK 10 : PENGAKUAN CHIKA
PARK 11 : REKAMAN
PARK 12 : SURVIVE AT SCHOOL
PARK 13 : TALI OREN
PARK 14 : PENYAKIT MEMATIKAN
PARK 15 : KECURIGAAN

PARK 09 : BUNDA SHAN

2.7K 350 33
By Ektesha_

PLEASE DON'T SILENT READERS. KARENA VOTE DAN KOMEN KALIAN BUAT AKU SEMANGAT LANJUTIN CERITA INI.

SELAMAT MEMBACA DAN
SEMOGA SUKA ❤️

••

"Gue makin yakin kalo Christy memang jadi incaran mereka. Dulu gak sebrutal ini, kenapa sekarang orang itu gak ngeliat hari, sampe-sampe malam pun kita masih di ganggu. Apa jangan-jangan kita semua emang jadi incaran mereka?"

Setelah Aldo selesai menceritakan kejadian yang menimpa Chika dan Christy, Olla langsung memberikan pendapatnya. Gadis itu menatap satu per satu temannya yang tampak berfikir keras.

Aldo menghembuskan nafas berat, cowok itu menaiki pembatas rooftop lalu duduk di atas sana berhadapan dengan teman-temannya yang berdiri sembari bersedekap dada. "Gue cuma takut kalo Chika bakal jadi korban kayak Zee."

Farell mulai mengingat gadis itu. Tubuhnya bersandar di pembatas rooftop dengan tangan di dalam saku celana. Cowok itu sedikit mengadah dengan rasa sesal karena telah membiarkan gadis itu sendirian, matanya terpejam saat silauan matahari yang terpancar mengenai wajahnya.

"Zee, ayo pulang."

"Kalian duluan aja, Flo. Gue masih ada urusan sebentar."

"Lo yakin?"

Pandangan Zee terangkat menatap Farell yang berdiri di hadapannya. "Iya Rell, gue bisa jaga diri, jadi tenang aja."

Farell mengangguk setuju lalu mengajak Flora untuk pergi dari kelas, ia tidak terlalu khawatir dengan Zee karena cewek itu disegani di sekolah.

"Gue kangen sama Zizi," ucap Ashel yang sedari tadi hanya menyimak. Gadis itu bersandar di pembatas rooftop dengan tangan yang bersedekap di samping Aldo.

"Gue juga," sahut Olla, sontak kedua gadis itu menatap satu sama lain dengan raut wajah terlihat sedih.

"Di sekolah ini cuma kematian Zee yang terekspos dunia luar. Kalian percaya kalo Zee beneran bunuh diri?" tanya Farell melihat satu per satu temannya.

"Enggak! Gue sama Febri cuma ngeliat Zee yang udah tergeletak, jadi gue gak percaya kalo dia mati karna bunuh diri. Berita itu terekspos karna salah satu Guru langsung ngebawanya ke rumah sakit, tapi nyatanya Zee tetep aja meninggal," ucap Aldo

"Tapi, Ashel sama Christy gak sekolah di hari itu, otomatis mereka gak tau tentang kematian Zee. Sedangkan lo bedua, apa?" Pandangan Aldo terhenti pada Farell dan Flora, perkataannya tertuju pada kedua remaja itu. "Lo bedua ngebiarin Zee sendirian."

"Maksud lo? Lo nyalahin kita?" balas Farell merasa tidak terima dengan perkataan Aldo yang seolah-olah menyalahkan dirinya.

Aldo terdiam lalu memalingkan wajahnya sekilas. "Gue gak nyalahin lo, tapi kenapa lo biarin Zee sendirian!"

"Ch, perkataan lo seakan lo nyalahin gue!"

"Terus apa? Lo gak terima!" Aldo sontak turun dari pembatas rooftop dengan raut wajah tampak menantang. Keduanya tampak terbawa emosi. Ashel pun menghalangi tubuh Aldo yang ingin mendekati Farell. "Aldo ... Jangan salah-salahan, ini bukan salah Farell. Kalo dia tau bakal jadi kayak gini, dia gak akan ninggalin Zizi."

"Udahlah, gak ada gunanya juga kalo lo bedua berantem, cuma ngehancurin pertemanan kita," sahut Olla menengah, cewek itu masih bersedekap dada dengan pandangan yang tidak lari dari Aldo dan Farell.

Aldo menghembuskan nafas kasar, pandangannya lekat pada Farell yang ada di depannya. "Lo lupa! Di saat itu, gue juga harus ke rumah sakit buat jagain nyokap gue-"

"Gue sama Flora udah ngajak Zee pulang, tapi dia nyuruh kita pulang duluan! Lo juga brengsek! Sampai sekarang lo juga gak berani 'kan, buat minta maaf ke keluarga Zee. Lo bilang lo mau cari keberadaan orang tuanya. Tapi nyatanya apa? Lo malah menghindar dan gak mau cari tau siapa orang tuanya Zee."

Aldo sontak terdiam setelah mendengar perkataan Farell. Itu memang benar. Bahkan ia tidak tahu siapa orang tua Zee. Ia tidak tahu siapa laki-laki yang pernah datang dan protes pada pihak sekolah. Semua murid seketika dibuat bungkam tentang kematian gadis itu, hingga akhirnya kasus di cap sebagai kasus bunuh diri.

"Sekarang semuanya udah berlalu, kita gak perlu salah-salahan. Kita juga gak tau semuanya akan jadi kayak gini. Gue juga gak mau diantara kita akan jadi korban lagi. Intinya kita harus saling menjaga," ucap Flora sembari menenangkan Farell. Gadis itu mendongak menatap Farell yang tampak kesal saat ini. Pandangan cowok itu masih lekat pada Aldo, keduanya terlihat saling tatap-tatapan.

"Bener, Flo. Gue setuju," sahut Olla cepat.

Suasana hening beberapa detik, hanya terdengar suara angin di atas rooftop itu. Olla menunduk menendang kerikil di bawah kakinya.

''Minta maaf, Aldo,'' ucap Ashel terdengar pelan, ia menatap wajah samping cowok itu. Aldo pun menoleh pada Ashel lalu kembali menatap Farell dan Flora.

"Gue minta maaf," ucap Aldo tertuju pada Farell, namun cowok itu hanya diam dan tidak membalas. "Flo, gue minta maaf," lanjutnya yang langsung dapat anggukan dari Flora. "Gapapa, Do."

Tertt... tertt...

Ponsel bergetar, menandakan suara telpon masuk. Deringan itu terdengar dari ponsel Aldo, ia segera mengambil ponselnya yang ada di dalam saku lalu melihat layar ponsel itu. "Chika, nelpon."

Pandangan Olla terangkat, yang lainnya ikut melihat Aldo yang memegangi ponselnya. "Spikerin, Do," pinta Olla.

Aldo mengangkat telpon itu lalu menyepikerkannya agar teman-temannya juga bisa mendengar.

"Hallo, Chik?" ucap Aldo lalu menunggu sahutan dari dalam telpon.

"Gue Christy."

"Christy? Lo udah sadar?" tanyanya yang langsung dapat deheman dari gadis itu.

"Do, plis jangan kasi tau yang lain kalo gue sama Chika masuk rumah sakit."

Flora yang mendengar itu seketika merasa kesal. "Emang kenapa?!" Flora langsung mengambil ponsel Aldo. "Lo bener-bener, ya! Kita ini temen. Jangan apa-apa di rahasiain! Kita udah tau semuanya dari Aldo!"

Dari sebrang sana, Christy menjauhkan ponsel itu yang ada di telingannya karena mendengar suara Flora yang memekik.

"Huh... Floo?"

Suara tawa Olla terdengar dari ponsel itu. "Kalian lagi ngumpul, ya?"

Aldo pun mengambil ponselnya dari tangan Flora. "Iya, kita lagi di rooftop. Lo ngasi taunya telat, mereka udah tau duluan, makanya jangan pingsan lama-lama." balas Aldo.

"Pulang sekolah kita jengukin kalian, ya," sahut Ashel yang langung mendekatkan wajahnya pada ponsel agar suaranya terdengar oleh Christy.

"Gws Chika dan Christy... " timbal Olla yang juga mendekatkan wajahnya pada ponsel itu.

"Bingkisan jangan lupa, ya,"

Olla pun berdecih. "Enak aja, lo! Tadi lo main rahasia-rahasia sama, kita."

"Brisik! Olla."

Tutt!

Sambungan terputus. Christy langsung mematikan panggilan itu lalu mengembalikan ponselnya pada Chika.

Bell masuk mulai terdengar. Mereka pun memutuskan untuk turun, Ashel mulai melangkah menuju ke arah pintu rooftop diikuti Olla di belakangnya. Farell dan Flora pun ikut melangkah diikuti Aldo yang berjalan paling akhir. Cowok itu mendekat pada Farell dengan tangan yang mendarat di dalam saku celananya. ''Gue minta maaf,'' ucap Aldo pada Farell, sebelumnya ia tidak mendengar jawaban dari cowok itu. Ia sadar karena dirinya yang memulai pertengkaran.

Farell menoleh menatap Aldo yang berjalan di samping kanannya. ''Iya... Gue maafin.'' Pandangan Farell kembali mengarah ke depan, kini mereka mulai menuruni anak tangga untuk turun ke lantai tiga.

Aldo tersenyum tipis lalu menepuk sekilas bahu Farell sebelum akhirnya ia turun ke lantai dua menyusul Ashel dan Olla.

•••

Terlihat beberapa pasang kaki dengan sepatu sneakers full putih, berdecit beberapa kali di setiap lorong rumah sakit. Tiga siswi dan dua siswa-itu adalah Aldo dan teman-temannya.

Cowok dengan seragam SMANTA berlengan pendek dan dasi yang menggantung itu, membawa teman-temannya menuju sebuah ruang VIP berangka 408.

''Ini ruangannya?'' tanya Olla yang langsung dapat anggukan dari Aldo. Tangan cowok itu mulai meraih gagang pintu lalu membukannya.

Satu per satu dari mereka mulai masuk mengikuti Aldo. ''Haii,'' sapa Olla antusias. Suasana terlihat hening sebelum beberapa remaja itu masuk.

Pandangan Christy terangkat lalu meletakan sebuah buku yang ia baca di atas meja. Begitupun Chika yang lansung melarikan pandangannya dari ponsel yang ia genggam, cewek itu duduk di kursi samping bangsal Christy dengan penggantung infus yang ada di sampingnya.

''Busett... lagi apa nich...'' ucap Olla yang langsung mendekat pada Chika dan Christy.

''Orang pintar mah tetep belajar,'' sahut Ashel. Cewek itu pun mendekat diikuti Flora.

Berbeda dengan ketiga cewek itu, Aldo malah merebahkan tubuhnya di sofa dengan pandangan menatap langit-langit ruangan.

Begitupun Farell yang mendekat ke jendela kaca yang tertutup gorden, ia geser gorden itu lalu melihat taman kecil di bawahnya.

''Gimana keadaan kalian?'' tanya Flora dengan pandangan yang lekat pada kedua cewek itu.

''Gue udah mendingan. Tapi gak tau, Christy.'' Chika menoleh pada cewek itu yang hanya diam.

''Gue baik-baik aja, cuman ya gitu.'' Christy memegangi kepalanya yang dililit oleh perban. ''Lama-lama gue bakal jadi bodoh karna kepala gue sering kebentur.''

Olla yang mendengar itu malah terkekeh sekilas. ''Jadi itu alasan lo belajar?'' Cewek itu terkekeh geli.

''Enggak. Sebentar lagi 'kan kita ujian,'' balas Christy.

''Pemikiran orang pintar mah beda,'' sela Ashel, cewek itu berjongkok dengan tubuh bersandar di tembok yang ada di belakang Chika.

"Gue udah gak mikirin belajar, antar hidup atau mati. Itu yang gue pikirin," ucap Olla.

"Kalau gak lulus gimana, La?" Pandangan Ashel lekat pada Olla yang duduk di atas bangsal bersama dengan Flora. Kini tidak hanya Christy yang duduk di atas bangsal, Olla dan Flora pun ikut duduk di atas sana.

"Lo lupa?" Olla mengepal tangan kirinya lalu mendaratkan tangannya di depan mulut. "Kalian semua akan di jamin lulus. Tugas utama kalian di sekolah ini hanya bersaing untuk memperebutkan hadiah ini." ucap Olla dengan nada berat yang di buat-buat. "Gila aja tu orang. Kita di suruh jadi pembunuh."

Aldo yang mendengar itu malah terkekeh geli, ia merasa lucu dengan tingkah Olla.

''Christy!''

Cewek yang duduk bersila dengan tubuh yang bersandar di atas bangsal, menoleh pada Aldo yang memanggilnya dari arah sofa ruangan itu.

''Bunda kemana?''

"Bunda? Waww..." ulang Olla merasa lucu kala Aldo berucap.

"Keluar katanya, mau beliin gue sesuatu yang mengenyangkan. Bentar lagi juga balik, kok," jawab Christy dengan pandangan yang tertuju pada Aldo yang masih berbaring, lalu cewek itu menoleh pada Farell sekilas. Cowok itu hanya menyimak obrolan dengan tubuh yang bersandar di jendela yang terbuka.

"Bokap, nyokap lo kemana, Chik? Dari tadi kalian di tinggal berdua?" tanya Aldo lagi.

"Enggak, kok. Bokap gue baru aja pergi karna hal mendadak, nyokap gue bentar lagi ke sini," jawab Chika.

Selang beberapa detik kala Farell menutup kembali jendela yang ia buka, tiba-tiba Shani pun datang dengan sebungkus kantong plastik di tangannya. "Pantes di depan banyak sepatu."

Mereka terdiam sejenak. Pandangannya terkunci pada Shani yang masih berdiri dengan kantong plastik di tangannya. Olla pun menoleh pada Christy lalu berbisik. "Ini srius nyokap lo?" Tampak cewek itu merasa tidak percaya.

Christy terkekeh sekilas. "Kan?... Mereka beneran gak percaya kalo Bunda beneran Bunda aku."

Olla menghela nafas lalu pandangannya kembali melihat Shani. "Patut di curigai."

Shani pun terkekeh sekilas lalu mendekat pada Christy. "Lucu banget sih kalian." Perempuan itu meletakan kunci motor dan kantong plastik yang ia bawa.

"Bunda bawa apa, Bun?" tanya Christy dengan pandangan yang terus menatap Shani.

"Kamu mau makan sekarang?" tanyanya, namun perempuan itu menoleh pada teman-teman Christy yang ada di dekat sana. "Kalian udah makan apa belum?" tanyanya lembut.

"Belum sih, Tan. Tapi kalo Christy mau makan, silahkan aja," jawab Olla, sontak cewek itu langsung turun dari atas bangsal.

Flora pun ikut turun lalu mendekat pada Farell yang sudah duduk di kursi sofa yang ada di dekat Aldo.

"Aldo, kamu udah makan apa belum?" tanya Shani. Perempuan itu melihat Aldo yang masih terbaring di sofa.

Aldo sontak terbangun. "Belom, Bun," ucapnya, lalu cowok itu beranjak dan mendekat pada Christy dan Shani.

"Bun? Bunda?" Olla tampak kebingungan begitupun Chika dan yang lainnya.

Perempuan itu terkekeh sekilas lalu berucap. "Aldo itu anak angkatnya Tante." Senyum Aldo seketika terukir jelas setelah Shani mengatakan itu.

"Tapi, Tan. Kenapa di sekolah Christy sama Aldo kayak musuh bebuyutan?"

"Gak tau, coba tanya Christy," ucap perempuan itu sembari mengeluarkan isi dari kantong plastik yang ia bawa. Kantong itu berisi beberapa bungkus nasi dan kotak plastik putih transparan yang berisi lauk yang Christy dan Aldo mengetahui itu apa.

"Bunda pulang ke rumah?" tanya Christy menatap perempuan itu dengan penuh tanda tanya.

"Iya... Bunda masakin lauk kesukan kamu. Capcai." Shani membuka tempat itu lalu terciumlah aroma yang sangat Christy sukai, cewek itu mulai tersenyum.

Aldo pun membuka bungkus nasinya yang di berikan oleh Shani, lalu mencedok beberapa kali lauk itu. Aldo memakannya beberapa sendok sembari berjalan hingga tubuhnya mendarat di sofa yang terdapat Farell dan Flora.

"Busett. Bagi dong." Farell memintanya dan Aldo memberikan itu pada Farell, cowok itu mulai mencedok dan ikut makan bersama dengan Aldo. Begitupun Flora yang di suapkan oleh Aldo, cewek mungil itu membuka mulutnya dan ikut mencicipi makanan.

"Chika. Tante suapin juga, ya." Shani menyuapkan Christy lalu menoleh pada Chika yang duduk di kursi.

Chika terdiam beberapa detik. "Cailah, malu-malu lagi lo," sahut Olla berhasil membuat Shani terkekeh sekilas. Sedari tadi cewek itu ikut berjongkok di samping Ashel.

"Di kelas, Chika pernah ikut makan bareng aku, Bun. Dia bilang, dia suka banget sama masakan, Bunda. Dia pengen beli, tapi karna gak di jual jadinya Christy tolak." Raut wajah cewek itu terlihat sangat senang saat menceritakan. Chika yang mendengar itu hanya tersenyum.

"Kamu duduk aja di samping Christy, biar Tante gampang nyuapin kalian." Chika hanya menurut, cewek itu mulai duduk di atas bangsal bersama dengan Christy.

"Tan, aku juga mau..." Shani tertawa gemas kala Olla mengatakan itu. "Iyaiya, sini makan bareng-bareng." Dengan cepat Olla dan Ashel mulai beranjak lalu mendekat pada Shani.

•••

Heyyo semuaa!

Yuk ramein cerita ini. Jangan lupa vote, comment, share yaa, cerita LAST YEAR

Tetap jaga kesehatan, semangat puasanya!

Semoga hari kalian menyenangkan ^^

See you next chapter!

Salam,
Nanda!

Continue Reading

You'll Also Like

45.4K 3.8K 34
Zee seorang anak ke 4 dari 5 bersaudara, ia dibenci oleh tiga kakaknya karena kesalahan pahaman, tetapi berbeda dengan adiknya, adiknya percaya kalau...
1.5K 378 8
Di sekolah tempat Maurel belajar, terdapat sistem Smart Academy yang hanya ditempat 10 siswa dari kelas 10 - 12 , para Murid yang berada di sana bisa...
TRAUMA By Windy_astia

General Fiction

19.4K 1K 33
⚠️⚠️CERITA INI HANYA FIKSI YAHH HANYA IMAJINASI KHAYALAN SAYA seorang gadis yg trauma akan masalalunya
49.8K 3.8K 31
"Ya Tuhan.... Aku mohon, sekali saja biarkan aku bahagia. Hiks hiks... Mengapa kebahagiaan itu tak berada di tanganku ya Tuhan..." • • • Menjadi seo...