Last Year : Survive at School

By Ektesha_

67.7K 5.2K 360

Gadis bernama Angelina Christy, terjebak di permainan sekolah yang penuh persaingan. Berusaha mencari fakta d... More

PROLOG
PARK 01 : SMANTA
PARK 02 : TROTOAR
PARK 03 : PERTEMANAN
PARK 04 : BULLYING
PARK 05 : PERINGATAN 1
PARK 06 : MASALAH
PARK 08 : ANAK BOS
PARK 09 : BUNDA SHAN
PARK 10 : PENGAKUAN CHIKA
PARK 11 : REKAMAN
PARK 12 : SURVIVE AT SCHOOL
PARK 13 : TALI OREN
PARK 14 : PENYAKIT MEMATIKAN

Park 07 : PERINGATAN 2

2.7K 350 20
By Ektesha_

SELAMAT MEMBACA DAN
SEMOGA SUKA ❤️

SEMOGA KALIAN BISA TAHAN
NGEBACA CHAPTER INI YAK

•••

Terlihat sosok berpakaian serba hitam tengah duduk di atas meja dan sebuah kapak di genggamannya. Sosok itu mengenakan topeng hitam bertanduk kecil dan tudung hoodie yang menutupi kepalanya.

Sosok misterius itu tidak hanya sendiri. Di sebuah kelas yang di tempatinya, juga terdapat seorang gadis berambut panjang menyandarkan kepalanya di atas meja dengan keadaan pingsan tidak sadarkan diri.

Angin berhembus kencang menandakan cuaca akan turun hujan sebentar lagi, suara gemuruh dan cahaya putih sesekali melintasi kelas itu, awan hitam juga berkabut menghiasi langit malam.

•••

Baru beberapa langkah Christy menuju ruangan loker, gadis itu mendengar dentingan notifikasi dari ponselnya. Rasa curiga kini mulai muncul mengingat ancaman Nathela sebelumnya saat di kantin. Dengan cepat Christy meraih ponsel miliknya yang ada di dalam saku celana.

Tepat pukul 9 malam gadis itu mendapatkan sebuah pesan yang entah dari siapa. Christy membuka pesan itu dan terlihat sebuah foto seorang gadis yang tertutup oleh geraian rambutnya, namun Christy tau siapa gadis itu.

"Datang ke SMANTA sebelum terlambat,'' Isi dari pesan yang ada di bawah foto itu.

Tanpa pikir panjang, Christy segera mengambil hoodie dan tas ranselnya di loker lalu melangkahkan kaki keluar dari caffe. Keadaan di luar terlihat bergemuruh dengan kilatan putih yang sesekali menghiasi langit. Angin yang berhembus kencang tidak membuat Christy kedinginan, gadis itu segera mengenakan hoodienya lalu meraih helm yang ada di spion motor.

Christy menarik gasnya mengarah ke SMANTA sesegera mungkin.

•••

Plak!

Sebuah kapak menancap di meja. Saat tersadar, dengan cepat Chika mengangkat kepalanya saat teriakan dari sosok bertopeng yang melayangkan sebuah kapak. Detak jantungnya seketika berdetak hebat ketika melihat sosok yang mengerikan itu berada tepat di hapannya. Nafasnya terengah-engah saat kapak itu hampir mengenai bagian kepalanya. Tangan sosok itu menggenggam erat pegangan kapak.

"Hai... "

Suara berat ditambah tawa dari sosok itu berhasil membuat Chika merinding ketakutan, begitu susah untuk menelan salivanya. "J—jangan sakitin gue, gue mohon," ucap Chika gelagapan. Gadis itu berusaha bangkit dari bangkunya, namun entah mengapa begitu berat kakinya untuk berdiri.

Sosok itu mulai duduk di kursi yang ada di depan Chika dengan meja yang menjadi penghalang antar keduanya. Kapak juga masih menancap di meja Chika. Dibalik topeng, sosok itu menyeringai setelah melihat gadis yang ada di hadapannya begitu ketakutan. Lalu sosok itu memajukan wajahnya pada Chika hingga gadis itu memundurkan wajahnya untuk tidak terlalu dekat, namun jarak keduanya tersisa beberapa senti. Mata Chika membulat sempurna kala topeng itu benar-benar di depan matanya. "Jauhin Christy kalau lo mau selamat!" desis sosok itu. Entah disamarkan atau tidak, tetapi suara itu terdengar sangat berat.

"K—kenapa?" Chika memberanikan diri untuk bertanya walau dirinya benar-benar ketakutan.

Kalimat itu ancaman atau peringatan? Entahlah. Chika benar-benar tidak bisa mencerna saat ini. Mengapa selalu menyangkut Christy di setiap kalimat yang ia dapatkan.

Karena sosok itu semakin memajukan wajahnya, Chika malah terjatuh karena menghindar dari topeng yang semakin dekat dengan wajahnya. Dengan cepat Gadis itu langsung berdiri lalu lari dari sana untuk menyelamatkan diri saat mendapatkan celah.

Apakah sosok itu dibilang psikopat? Chika berlari menyelamatkan diri dari sosok yang kini mengejarnya. Sosok itu berjalan santai sembari menyeret kapaknya.

Suasana berubah menjadi sangat mencekam saat hujan turun dengan sangat deras, ditambah suara gemuru yang bersautan dan cahaya putih yang melintas kesekian kalinya.

Gadis itu benar-benar ketakutan. Malam ini adalah pengalaman pertamanya dikejar oleh sosok yang begitu mengerikan menurutnya. Suara jerit ketakutan diiringi isak, keluar dari mulut Chika setelah melihat sosok itu mulai berlari mengejarnya, gadis itu berbelok menuruni anak tangga berusaha untuk lebih cepat menuju lobby sekolah. Di dalam hati, Chika berdoa kepada pencipta semoga dirinya bisa selamat dari sosok itu.

Chika terus berlari menerobos koridor sekolah, sesekali gadis itu menoleh melihat sosok yang mengejarnya. Kini Chika berbelok ke lobby sekolah yang terlihat begitu gelap. Hanya beberapa titik cahaya yang terlihat disekitarnya. Di depan yang mengarah ke luar gedung utama terlihat pandangannya yang begitu buram setelah melihat derasnya hujan.

Belum sempat menerobos hujan untuk melarikan diri, Chika melihat keberadaan Christy di dalam derasnya hujan. Gadis itu langsung menerpa dirinya dengan keadaan yang sudah basah kuyup.

Tangan Christy menyentuh kedua pundak Chika dengan keadaan yang begitu panik. "Lo kenapa?" Christy menatap gadis itu penuh dengan kekhawatiran.

"P... p—psikopat. Di sana ada psikopat! Ayokk kabur." Raut wajah Chika terlihat begitu panik sembari mengajak Christy untuk pergi dari sana.

"Hah?" Pandangan Christy terangkat dan tertuju pada gelapnya lobby sekolah, cahaya putih melintas memperlihatkan tidak ada siapapun di sana.

Saat beberapa detik tiba-tiba seseorang dari arah lobby mendorong tubuh Christy hingga terjerembab ke genangan air.

Byurr!

Bugh!

Seorang laki-laki berpakaian setelah jas mencengkram kerah hoodie yang Christy kenakan lalu melayangkan satu pukulan keras.

Kejadian itu membuah Chika merasa sangat terkejut, dengan cepat gadis itu membantu Christy dengan cara melarikan tubuh laki-laki itu. Derasnya hujan membuatnya seketika basah kuyup dengan sekejap.

Merasa tidak ada urusan dengan gadis yang mengganggunya, laki-laki itu menepis kasar tubuh Chika hingga gadis itu ikut terjerembab ke genangan air.

Christy tidak tinggal diam, ia mencengkram kerah baju laki-laki itu dari bawah lalu menariknya hingga posisi mereka berbalik.

Bugh!

Satu pukulan berhasil Christy layangkan, namun laki-laki itu langsung mendorong tubuh Christy hingga terjatuh.

Di bawah derasnya hujan, mereka saling balas membalas. Perkelahian itu tidak dapat dihindarkan hingga beberapa kali Christy berhasil membanting tubuh laki-laki itu lalu melayangkan beberapa pukulan. Wajah laki-laki itu terlihat jelas, namun Christy tidak mengenalinya.

Kini keadaan keduanya terlihat beberapa luka lebam di wajah dengan sudut bibir yang biru dan mengeluarkan cairan merah.

"Siapa lo!"

Laki-laki itu tersudut dengan keadaan terduduk. Tangannya tidak sengaja menyentuh sebuah batu belah berukuran sedang.

Plak!

Laki-laki itu menghantamkan batu tepat di kepala Christy. Gadis itu terhayung dengan keadaan menahan sakit di bagian kepalanya. Laki-laki itu pun lari dari sana memasuki gedung sekolah.

Christy memegangi kepalanya yang terasa pusing dan menahan sakit di sekujurnya. Matanya terpejam beberapa detik.

Chika mendekat pada Christy dengan pikiran yang sudah kacau. Gadis itu melihat keadaan Christy dengan begitu panik. "Christy?" panggilnya.

Christy masih diam memegangi kepalanya. Begitu paniknya Chika saat melihat darah yang mengalir melewati pelipis cewek yang ada di hadapannya itu. "Akhhh—" Ringisnya.

Christy menurunkan tangannya dan melihat bercak darah di telapak tangannya. "C—Christy." Pandangan Christy terangkat melihat sosok Chika yang ada di hadapannya. "Hmm?" dehem Christy. Terlihat mata Chika membulat sempurna dengan pandangan yang mengarah ke belakang tubuh Christy.

Christy pun menoleh ke arah Chika memandang. Sosok bertopeng yang berhadapan dengan Chika sebelumnya kembali terlihat. Sosok itu menyeret sebuah kapak sembari berjalan santai mengarah ke arah mereka melewati derasnya hujan. Suara gemuru membuat Christy terpaku beberapa detik menatap sosok itu.

Entah bisa selamat atau tidak, Christy meraih lengan Chika lalu mengajaknya memasuki gedung utama melewati lobby sekolah.

Christy berusaha memutar otaknya agar bisa lolos dari sosok itu. "Gue takut Chris," adu Chika disela lari kecil. Entah kemana Christy akan membawanya.

Mereka melewati koridor yang gelap. Christy pun memutuskan untuk bersembunyi di samping loker yang ada di dekat tangga. Suara seretan kapak sedikit terlintas di telinga Christy maupun Chika.

Keduanya merasa ketakutan. Christy mulai memeluk tubuh Chika yang begitu gemetaran.

"Siapa kau?!"

Suara seseorang yang masih bisa di dengar oleh Chika dan Christy. Pelukannya semakin erat begitupun Chika yang memeluk tubuh Christy yang semakin erat. Christy tidak lagi memperdulikan kepalanya yang berdarah. Dipikirannya hanya satu saat ini, cara agar bisa membawa Chika pergi dari sana.

"Aaaaughhh.... Tolong lepas."

Jantung keduanya berdetak hebat ketika suara jeritan laki-laki terdengar. Tumbuh Chika begitu gemetaran kala suara seretan kapak diiringi suara berontakan dari laki-laki yang entah di apakan oleh psikopat itu.

Bruk!

Chika yang terkejut hampir saja menjerit, namun Christy langsung membungkam mulut gadis itu dengan telapak tangannya. Tubuh seorang laki-laki yang sempat berkelahi dengan Christy dihempaskan kasar oleh psikopat itu di sebuah pembatas koridor. Tangan Christy terangkat memberi isyarat untuk diam kala Chika menatapnya penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran. Jarak mereka tidak terlalu jauh dari sana, Christy bisa melihat psikopat itu dari arah samping.

Plak!

Lagi dan lagi Chika terkejut dengan suara yang dihasilkan oleh psikopat itu. Ia benar-benar tidak menyangka sosok itu akan melakukan tindakan yang begitu mengerikan.

"AKHHHHHH.... "

Jeritan laki-laki itu saat kapak seorang psikopat berhasil memotong lengannya hingga putus. Christy terpaku dengan kejadian yang begitu mengerikan. Darah mengucur deras hingga muncrat ke dinding-dinding koridor.

"T... t—tolong, jangan bunuh saya."

Laki-laki itu begitu memohon dengan tangis pilunya yang tumpah. Tubuhnya yang tersandar dan tersudut begitu gemetaran sembari menatap sosok psikopat yang berdiri tegap di depannya.

Psikopat itu kembali mengangkat kapaknya. "J... j—jangan."

Plak!

"AHHHHHHHH.... "

Jeritan dan tangis kembali terdengar saat kapak itu kembali memutuskan lengan sebelahnya.

Plak!

Plak!

Plak!

Christy memeluk erat tubuh Chika melarikan wajah gadis itu agar tidak melihat aksi yang begitu mengerikan. Layaknya memotong sebuah daging, psikopat itu menghantamkan kapaknya dengan sangat brutal ke tubuh korbannya.

Suasana begitu mencekam, ditambah hujan yang semakin deras dan gemuruh yang bersaut-sutan dengan cahaya putih yang melintas. Entah ke berapa kalinya psikopat itu melayangkan kapaknya pada laki-laki yang menjadi korbannya. Tidak ada suara lagi dari laki-laki itu, namun suara hantaman kapak masih terdengar jelas.

Pyar!

Dari lantai atas terdengar pecahan kaca yang membuat psikopat itu terdiam sejenak. Psikopat itu pun berlari kecil menaiki anak tangga sembari membawa kapak yang dipenuhi dengan darah.

Nafas Christy sedikit lega, gadis itu mulai berfikir cepat untuk keselamatan dirinya dan Chika. Setelah menunggu beberapa detik, dengan penuh keyakinan, Christy keluar dari sudut persembunyiannya lalu membawa Chika pergi dari sana.

Mau tidak mau mereka harus melewati laki-laki itu karena menjadi satu-satunya lorong menuju lobby sekolah. Keadaannya begitu mengenaskan, darah berceceran di mana-mana dengan tubuh yang terpotong-potong membuat Christy ingin muntah saat melihatnya.

Christy membawa Chika dengan penuh hati-hati. Gadis yang bersamanya terlihat sangat ketakutan dengan tubuh yang menggigil kedinginan, namun gadis itu tidak ada yang dilakukannya selain diam dan mengikuti Christy.

Chika dan Christy mulai berlari kecil melewati lobby yang gelap dengan tangan yang menjadi pengait antar keduanya.

"Ayok kita pergi dari sini," ucap Christy sebelum menerobos hujan yang begitu deras.

Mereka melewati derasnya hujan menuju ke arah gerbang sekolah, namun saat di tengah-tengah lapangan, pandangan Christy tiba-tiba buram. Langkah gadis itu mulai pelan sembari memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit.

Byurr!

Christy terjerembab ke genangan air dengan keadaan tidak sadarkan diri. Chika sontak menekukan lututnya lalu menangkup kedua pipi Christy dengan kedua tangannya. "Christy, lo kenapa?" Chika menepuk pipi gadis itu dengan penuh kekhawatiran. "Christy?" panggilnya lagi namun tidak ada pergerakan dari gadis itu.

Sekarang apa yang harus ia lakukan? Tidak mungkin ia meninggalkan Christy sendirian di sana. Suasana menjadi sangat mencekam kala Chika kebingungan. Jantungnya berdetak kencang, begitu takutnya bila psikopat itu berhasil menemukan mereka dalam keadaan Christy tidak sadarkan diri seperti ini, bisa saja gadis itu menjadi korban selanjutnya oleh psikopat.

Chika kembali menepuk pipi Christy dengan harapan gadis itu akan segera sadar, namun lagi-lagi tidak ada balasan dari Christy.

Di saat suasana yang begitu mengkhawatirkan, tiba-tiba pandangan Chika terangkat melihat cahaya remang dari kendaraan bermotor. Chika tidak bersuara, ia melihat seseorang turun dari motornya dan melepas helm lalu bergegas ke arah mereka.

Orang itu adalah Aldo yang langsung menghampiri Chika dan Christy. "Dia kenapa, Chik? Kenapa kalian bisa ada di sini?" tanya cowok itu sembari menyejajarkan tubuhnya.

"Gue juga gak tau, Christy tiba-tiba pingsan," jawab Chika dengan keadaan bibir bergetar kedinginan.

Aldo melihat keadaan Christy dan melihat darah dari kepala gadis itu. "Dia kebentur?"

Dengan cepat Chika mengangguk sebagai jawaban. "Di dalam ada psikopat, ayok, Do, bantuin Christy," ucap Chika begitu panik, ia ingin segera pergi dari sana.

"Hah? Psikopat?"

Chika mengangguk cepat. "Ntar gue ceritain," balas Chika.

"Yaudah-yaudah. Lo bisa bawa motor 'kan?" tanya Aldo langsung dapat anggukan dari Chika. "Lo bawa motor Christy. Biar dia, gue yang Bawa." Aldo mengangkat tubuh Christy ala bridal style lalu membawanya menuju depan gerbang.

•••

Saat ini mereka sudah berada di rumah sakit. Aldo dan Chika berada di depan  ruangan UGD sembari menunggu kabar dari dokter yang sedang menangani.

Aldo tertunduk melihat layar ponsel milik Christy, cowok itu mengetahui password layar kuncinya. Chika juga berada di samping Aldo dan ikut melihatnya. Tanpa ragu, Aldo membuka isi whatsapp gadis itu dan melihat sebuah pesan dari nomor yang tidak di kenal.

Foto Chika yang bersandar di sebuah meja dengan rambut tergerai terlihat di foto itu dengan kalimat ancaman di bawahnya. Kemudian Aldo mengeluakan ponselnya dan melihat sebuah pesan yang berisi kalimat ancaman dari nomor yang tidak ia kenal. Pesan itu di kirimkan dari nomor yang sama.

"Christy nyamperin lo karna pesan ini. Gue juga dapat pesan ini, makanya gue langsung ke sekolah," ucap Aldo begitu yakin. Chika terdiam sejenak kala melihat pesan itu. Christy benar-benar tidak ingin dirinya kenapa-napa, bahkan tubuhnya tidak ada lecet sedikitpun.

"Kenapa lo bisa ada di sana, Chik?" lanjut Aldo bertanya. Pandangan Chika terangkat lalu menatap Aldo yang ada di sampingnya.

"Gue di taman kota, dari belakang, gue gak tau siapa, orang itu langsung bungkam mulut gue dengan kain," jawab Chika apa adanya yang ia alami. "Terus gue gak tau lagi.... pas sadar, gue ada di kelas, sama orang yang pake topeng," lanjutnya.

Aldo menghela nafas berat. Entah sebuah teka-teki apa lagi yang di permainan oleh orang itu. "Dia ada ngomong sesuatu sama lo?" tanya Aldo.

Chika terdiam beberapa detik lalu berucap. "Jauhin Christy kalo mau selamat?" Chika menghela nafas. "Nathela juga ngancam gue dengan kalimat itu. Gue gak ngerti maksudnya apa," lanjutnya.

Tidak lama, kedua orang tua Chika datang menghampiri mereka—Sean dan Renata. "Chika? Kamu gapapa 'kan, nak?" Kedua pasangan suami istri itu langsung memeluk erat tubuh anaknya.

"Aku gapapa, Pa," balas Chika sembari mendongak menatap Papanya.

"Siapa di dalam? Kalian kenapa bisa kayak gini?" tanya Renata.

"Kecelakaan, Tan," jawab Aldo cepat. Chika sontak menoleh pada Aldo merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh cowok itu.

Raut wajah kekhawatiran terlihat jelas dari pasangan suami istri itu. Mereka melihat tubuh anaknya begitu detail. "Aku gak kenapa-napa, Pa, Ma. Tapi temen aku di dalam," jelas Chika.

"Teman kamu? Apa Papa mengenalinya? Siapa namanya, kak?" tanya Sean.

"Christy, Pa," jawab Chika.

"Christy?" ulang laki-laki itu lalu berfikir sejenak. Chika mengangguk ucapan Papanya.

Selang beberapa detik, Dokter keluar dari ruangan UGD. "Gimana, Dok keadaanya?" tanya Sean.

"Kepalanya bocor dan harus kami lakukan penjahitan." jawab Dokter.

"Lakukan yang terbaik, Dok," ucap Sean.

Dokter mengangguk, pastinya akan melakukan yang terbaik untuk setiap pasiennya.

Karena keadaan Chika masih menggigil dengan pakaiannya yang lembab, Renata memutuskan untuk mengajak anaknya pulang terlebih dahulu. Begitupun Aldo yang tidak mungkin membiarkan tubuhnya basah kuyup. Ia meminta Sean untuk menunggu Christy terlebih dahulu sebelum dirinya kembali.

Pastinya Sean akan menunggu. Tidak mungkin ia membiarkan gadis itu sendirian di sana dalam proses tindakan.

[ SEAN JANATHIO ]

CAPEK NGETIK, LANJUT CHAPTER BERIKUTNYA

•••

Heyyo semuaa!

Yuk ramein cerita ini. Jangan lupa vote, comment, share yaa, cerita LAST YEAR

Tetap jaga kesehatan, semangat puasanya!

Semoga hari kalian menyenangkan ^^

See you next chapter!

Salam,
Nanda!

Continue Reading

You'll Also Like

TRAUMA By Windy_astia

General Fiction

19K 1K 33
⚠️⚠️CERITA INI HANYA FIKSI YAHH HANYA IMAJINASI KHAYALAN SAYA seorang gadis yg trauma akan masalalunya
346K 9.6K 14
"Kak, christy sangat menyayangimu". "Kita semua pasti sayang sama lo. Kalo aja yang mati duluan itu lo, bukan mama". ••• "Keluarga? Bagiku keluarga a...
127K 13.3K 78
"bukan aku, aku gk tau hikss" ucap gadis cantik itu sembari terisak plakk!! "Kamu! di kasih maaf malah begini liat apa yang kamu lakukan kepada adik...
12.7K 1.6K 42
Konon katanya, alam semesta tempat di mana manusia tinggal, adalah bukan satu-satunya tempat kehidupan manusia berlangsung secara nyata. Melainkan ad...