Lintasan Hati yang Tak Terduga

De brightwin990

429 174 101

Mengisahkan perjalanan hidup Braga Wiratama, seorang duda yang baru saja melewati proses perceraiannya dengan... Mais

Character
Chapter 1: Pengkhianatan
Chapter 2: Retaknya Kenangan, Terbuka Pintu Pemisahan
Chapter 3: Rumitnya Langkah Menuju Ketenangan
Sekedar basa-basi
Chapter 4: Perpisahan dan Tantangan Baru
Chapter 5: Terhalang Kehidupan Lama: Babak Baru yang Penuh Perubahan
Chapter 6: Antara Pembukaan Luka dan Pengorbanan Keluarga
Chapter 7: Memilah Jejak Kehidupan
Chapter 8: Dinamika Tak Terduga: Pertemuan, Penyesalan, dan Antusiasme Baru
Chapter 9: Momen Keputusan dan Pertemuan Emosional
Chapter 10: Pergulatan Keputusan
Chapter 11: Perpisahan dan Peluang Baru
Chapter 12: Kota Baru, Rumah Baru, dan Pertemuan yang Menarik

Chapter 13: Melodi Kehidupan: Perjuangan Linzy Antara Keluarga dan Keinginan

13 1 1
De brightwin990

Linzy duduk di bangku kelas, sibuk mencatat materi matematika yang dituliskan Bu Melly, sang guru matematika, di papan tulis. Wajahnya tampak serius, mencoba fokus untuk memahami setiap penjelasan guru.

Tiba-tiba, saat Bu Melly tengah menulis soal di papan tulis, spidol yang digunakan oleh guru tersebut tiba-tiba kehabisan tinta. Suasana kelas pun terdiam sejenak. Bu Melly memutuskan untuk mengatasi masalah ini.

"Baik, siapa yang mau mengambil spidol baru di ruang guru?" tanyanya sambil melihat sekeliling kelas.

Hampir semua murid antusias mengangkat tangan, berharap namanya dipilih untuk mengambil spidol baru. Namun, ada satu orang yang tetap diam dan tidak menunjukkan minat untuk mengambilnya, yaitu Linzy.

Bu Melly yang menyadari keadaan tersebut memutuskan untuk melibatkan Linzy. "Linzy, bisa ambilkan spidol baru di ruang guru?"

Linzy terkejut mendapat perintah langsung dari Bu Melly. Meski awalnya tidak berminat, ia merasa tidak bisa menolak perintah guru. "Ba-baik, Bu Melly," ucapnya dengan suara pelan.

Sebelum Linzy beranjak dari kursinya, ia berbisik pada teman sebangkunya, Retno.
"Retno, iso rewangi aku njupuk spidol ora? Aku wedi dewean neng ruang guru (Retno, bisa temani aku nggak ambil spidol? Aku takut sendirian ke ruang guru)."

Retno dengan senang hati menjawab, "Yo wis, ayo."

Keduanya pun berjalan menuju ruang guru, membawa perasaan keberanian karena saling mendukung. Sesampainya di sana, mereka meminta spidol baru kepada salah satu guru yang berada di ruang guru.

"Bu, bisa minta spidol baru?" ucap Linzy dengan ramah.

Guru yang berada di ruang guru memberikan spidol baru dan tersenyum. "Ini spidolnya, Nak."

Linzy menerima spidol pemberian dari gurunya. "Terima kasih, Bu."

"Iya, sama-sama."

Linzy dan Retno pun kembali ke kelas dengan perasaan lega dan bangga.

***

Braga dengan tekun mengerjakan tugasnya di perpustakaan, merapikan buku-buku dan membereskan meja dengan cermat. Ia berusaha menciptakan lingkungan perpustakaan yang nyaman dan teratur.

Setelah selesai dengan tugasnya, Braga merasa puas melihat perpustakaan yang kini terlihat lebih rapi. Tiba-tiba, pikirannya melayang pada Anan, dan ia memutuskan untuk menghubungi guru taman kanak-kanak tempat Anan bersekolah.

Braga mengambil ponselnya dan mencari nomor kontak guru tersebut. Setelah menemukannya, ia memilih untuk menelepon.

Guru TK Kasih Bunda, bernama Ibu Rina, menjawab telepon dengan ramah, "Assalamu'alaikum, Pak Braga.

Braga menjawab salam, "Wa'alaikumsalam, Bu Rina. Maaf saya mengganggu waktunya, saya ingin menanyakan bagaimana kondisi anak saya di sana."

Ibu Rina menyahut, "Bapak jangan khawatir. Anan baik-baik saja, dan sekarang dia sedang belajar membaca bareng teman-temannya."

Braga bernafas lega, "Alhamdulillah. Kalau begitu, di TK Kasih Bunda pulang jam berapa, ya? Maksud saya, tolong titip Anan ya. Soalnya saya baru bisa pulang sekitar jam 13:30."

Ibu Rina menjawab, "Tentu, Pak Braga. Saya akan menjaga Anan selagi menunggu Bapak menjemputnya kesini."

"Terima kasih banyak, Bu."

Ibu Rina menjawab, "Sama-sama, Pak."

Braga menutup percakapan dengan senyum di wajahnya. Ia merasa lega karena dapat berkomunikasi langsung dengan guru Anan, dan mengetahui bahwa putra semata wayangnya dalam keadaan baik-baik saja.

***

Bel pulang sekolah berdentang, dan siswa-siswi SMP Gita Lestari segera meluncur keluar dari kelas. Linzy, meski awalnya senang, mendapati kebahagiannya terganggu oleh kehadiran seorang bapak-bapak yang ia kenal di depan gerbang sekolah.

Brag, yang melihat kebingungan Linzy, mendekatinya dan bertanya, "Nak, kenapa kamu masih di sini?"

Linzy menoleh ke arah bapak-bapak itu. "I-itu bapak saya, Pak."

Braga membingungkan wajah melihat reaksi Linzy. "Terus kenapa? Kamu dijemput?"

Linzy menggeleng. "Saya ndak mau pulang sama bapak saya."

Namun, Braga dengan lembut menarik tangan Linzy, "Ayo kamu samperin dulu bapakmu."

Linzy tidak menjawab, hanya terus menatap bapaknya yang berdiri di depan gerbang. Braga kemudian membawa Linzy mendekati bapaknya.

Sampai di depan bapaknya, Linzy terlihat kesal. Bapaknya, Arif Pratama, dengan senyum cerah menyapa putrinya, "Linzy, Bapak di sini mau antar kamu pulang."

Linzy menjawab tanpa senyum, "Sudah ndak usah. Aku bukan anak kecil yang perlu diantar jemput. Aku bisa pulang sendiri."

Braga mencoba meredakan situasi, "Nak, hargai beliau. Bapakmu hanya mau jemput, bukan menculik kamu."

Linzy tersenyum sinis, "Saya tidak butuh diantar pulang sama beliau, Pak Braga. Bapak juga kenapa harus repot-repot begini?"

Bapak Linzy mencoba menjelaskan, "Maafkan Bapak, Nak. Bapak cuma mau menjaga dan mengawasimu dengan baik."

Linzy kesal, "Aku bisa jaga diri sendiri, Pak. Aku bukan anak kecil lagi!"

Braga mencoba mendinginkan suasana, "Eh, baiknya kita jangan bertengkar di depan gerbang sekolah ya. Linzy, pulang ya sama Bapakmu. Kalian bisa bicara di rumah."

Linzy menatap Braga dengan kesal, "Yo wis lah!"

Braga mencoba memberi nasihat, "Linzy, kamu harus menghormati Bapakmu. Mereka hanya ingin yang terbaik untukmu."

Bapak Linzy mencoba membantu, "Linzy, mari pulang. Kita bisa bicara tenang di rumah."

Linzy mengerucutkan bibirnya, namun akhirnya ia setuju untuk pulang dengan bapaknua. Saat mereka meninggalkan sekolah, Braga memahami bahwa hubungan Linzy dan Ayahnya mungkin tidak harmonis, dan itu membuatnya merasa prihatin.

***

Sepanjang perjalanan pulang, Linzy hanya memandangi pemandangan jalan melalui kaca mobil tanpa menyapa. Arif, mencoba mengajak berbicara putrinya dengan nada lembut, "Nduk, gimana sekolah hari ini?"

Linzy tetap memilih untuk diam. Arif menghela nafas dan mencoba lagi, "Maafin Bapak ya, Nduk. Bapak cuma mau menjaga dan melindungi kamu."

Linzy tetap bungkam, mencoba untuk tak peduli. Arif kemudian mengakui kesalahannya, "Bapak tahu Bapak pernah salah, Nduk. Maafin Bapak ya."

Namun, tanpa diduga, Linzy tiba-tiba ketus, "Bapak ndak sayang karo aku, kan? Bapak mung sayang karo bojo anyar Bapak lan anak'e wae! (Bapak tidak sayang sama aku, kan? Bapak cuma sayang sama istri baru Bapak dan anaknya saja!)."

Arif tersentak mendengar perkataan putrinya. Sejenak, ia terdiam, memproses kata-kata Linzy. Ia kemudian mengucapkan dengan suara terbata, "Linzy, Bapak sayang sama kamu. Bapak memang pernah membuat kesalahan, tapi itu bukan berarti Bapak nggak sayang sama kamu."

Linzy menatap keluar jendela mobil, tidak tergoyahkan dengan kata-kata Ayahnya. Arif kembali fokus pada mengemudi, memilih untuk menyudahi percakapan yang kurang menyenangkan itu.

Sesampainya di rumah, Linzy tanpa berkata apa pun langsung masuk ke dalam kamarnya. Rudi Prasetyo, ayah sambung Linzy, yang sudah tahu bahwa Arif menjemput Linzy, menyambut Arif dengan penuh pengertian, "Hai, Arif. Gimana tadi jemput Linzy di sekolah?"

Arif menyeringai kecut, "Lumayan, Mas. Tapi Linzy sepertinya masih marah."

Rudi mengangguk paham, "Dia butuh waktu. Mari, masuk dulu. Anita pasti lagi bujuk Linzy, ya namanya anak-anak harus coba diyakinkan dan ditenangkan hatinya."

Sementara itu, Anita, ibu kandung Linzy, sudah berada di kamar Linzy. "Nduk, kenapa kamu begitu marah pada Bapak? Bapak kan cuma mau jemput kamu dari sekolah."

Linzy yang masih kesal, menjawab dingin, "Halah! Dia hanya ingin melindungi istri baru dan anaknya doang, Bu. Aku nggak butuh dijaga seperti itu!"

Anita mencoba memahami perasaan putrinya, "Nduk, Bapakmu punya caranya sendiri untuk menyayangi kamu. Kamu pasti bisa memaafkannya suatu hari nanti."

Linzy hanya mendengus tanpa memberikan respon. Sementara itu, di ruang tamu, Arif berpamitan pada Rudi, "Terima kasih, Mas. Maaf jika Linzy masih kekanak-kanakan."

Rudi tersenyum, "Tenang saja, Arif. Semua butuh waktu untuk menyatukan hati. Linzy pasti akan memaafkanmu suatu saat nanti. Jangan terlalu merasa bersalah."

Arif mengangguk menghormati, "Terima kasih atas pengertiannya, Mas. Saya mau balik ke kantor dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati di jalan ya."

Arif meninggalkan rumah yang dulu menjadi saksi bisu pernikahan dan perceraiannya dengan Anita, sementara Rudi berharap bahwa hubungan antara Linzy dan bapaknya bisa membaik seiring berjalannya waktu.

***

Linzy mengendap-endap keluar kamar, melihat sekeliling yang sunyi setelah ayahnya pergi. Gadis itu menghela nafas lega dan melangkah menuju dapur. Namun, perjalanan menuju dapur tak seindah yang diharapkannya karena harus melewati ruang keluarga tempat Kirana, adik sambungnya, bermain dengan sukacita.

Melihat Kirana bermain dengan boneka Barbie, Linzy terhenti sejenak dan membatin, "Dulu, gue juga pengin ngerasain momen kek gini." Namun, kembali pada kenyataan, Linzy mencoba mengusir pikiran itu dan meneruskan langkahnya ke dapur.

Sekembalinya dengan sepiring nasi dan ayam goreng favoritnya, Linzy menyadari bahwa dia sebenarnya membutuhkan momen untuk meredakan emosinya. Ia menghidupkan laptop dan memutar playlist lagu kesayangannya, membiarkan alunan musik mengisi ruangan.

(Play: Sistar19 - No More (Ma Boy))

Makan sambil mendengarkan lagu, Linzy menikmati kesendiriannya.

Setelah selesai makan, ia kembali ke dapur dan menemukan ibunya, Anita, sedang mencuci piring.

Anita tersenyum melihat Linzy, "Nduk, kamu udah makan kan?"

Linzy menjawab dengan singkat, "Udah."

Anita menyadari ada ketegangan di udara dan mencoba untuk memahami perasaan putrinya, "Mau Ibu cuciin piringnya ndak?"

Linzy hanya menggeleng pelan, lalu berkata, "Biar aku aja yang cuci piring, Bu."

Anita melihat putrinya dengan penuh pengertian. "Yo wis, Ibu mau nemenin Kirana dulu ya."

Linzy mengangguk dan mulai mencuci piring. Anita duduk di ruang keluarga bersama Kirana, membiarkan Linzy mencerna perasaannya sendiri. Sesekali, Kirana melihat ke arah Linzy dengan tatapan penuh kepolosan.

Tak lama kemudian, Linzy selesai mencuci piring dan bergabung dengan mereka di ruang keluarga. Tatapan Anita dan Kirana memperlihatkan bahwa mereka siap memberikan dukungan dan waktu untuk Linzy menjalani masa sulitnya.

"Bagaimana tadi di sekolah?" tanya Anita kepada putrinya.

"Biasa aja," jawab Linzy sambil nonton televisi. "Bu, nanti abis ini aku mau pergi ke rumah Devi."

"Loh, kan kamu mau berangkat ngaji," ujar Anita mengisyaratkan bahwa Linzy tidak boleh pergi kemana-mana selain ke mushollah.

"Males," ucap Linzy jutek.

Anita menghela nafas pelan. "Nduk, kamu harus ke mushollah ya. Kalo kamu rajin ngaji sampe khatam Juz 10, Ibu bakal beliin kamu motor baru. Gimana? Mau ndak?"

Linzy yang tadinya badmood tiba-tiba ceria mendengar reward yang menjanjikan itu. "Mau mau, Bu."

"Yo wis. Abis ini kamu mandi terus berangkat ke mushollah."

"Nggih, Bu."

Sebenarnya bukan tanpa alasan Anita menjanjikan hal itu. Mengingat motor milik putrinya merupakan motor butut yang dibeli secara second beberapa tahun yang lalu dan sebagian mesinnya sudah mulai bermasalah. Anita tidak tega apabila Linzy harus pergi ke sekolah menggunakan motor itu. Makanya selama seminggu terakhir Linzy memutuskan untuk pergi pulang sekolah dengan menumpang kendaraan umum, terkecuali hari ini Linzy terpaksa harus dijemput Bapak kandungnya.

***

Braga dan Anan melanjutkan keliling komplek dengan sepeda motor. Cuaca sore yang menyenangkan membuat perjalanan mereka semakin menyenangkan. Mereka tertawa dan bercanda, menciptakan kenangan manis di sore hari.

Tanpa disangka, Braga melihat Linzy di depan matanya. Linzy terlihat memakai gamis dan jilbab sambil membawa Al-Qur'an. Di waktu yang sama, Anan yang duduk di belakang motor tiba-tiba berkata, "Papa, Anan mau belajar mengaji. Teman-teman Anan juga pada daftar ngaji semua, lho."

Braga tersenyum melihat antusiasme Anan. "Iya, Nak. Kita sekarang ke pulang terus mandi. Nanti Papa antar Anan ya."

Anan mengangguk, dan pasangan ayah dan anak itu segera pulang ke rumah mereka.

Setelah memandikan Anan, Braga mulai menyiapkan semua perlengkapan putranya untuk ikut mengaji. Ia memakaikan peci ke atas kepala Anan dan memasukkan buku iqro' ke dalam tas bergambar BoBoiBoy milik Anan.

Mereka tiba di mushollah dan Braga menghampiri seorang ustadz di sana.

"Assalamu'alaikum, Pak Ustadz."

Pak Ustadz menoleh. "Wa'alaikumsalam. Oh ternyata Pak Braga ya."

Braga tersenyum. "Iya, Pak Ustadz. Ini anak saya mau daftar mengaji di sini.

Pak Ustadz menyambut hal itu dengan gembira. "Ya udah ayo kalo begitu. Bapak juga sekalian kalo mau ngaji juga ndak apa-apa. Di sini sering ada rombongan bapak-bapak ikut mengaji juga kok."

Braga mengangguk sambil tersenyum.

Linzy yang menyadari kalau Braga ada di mushollah membatin, "Lah beliau tinggal di sekitar sini toh? Apa jangan-jangan Pak Braga tinggal di komplek rumah Belanda ya?"

Braga mengucapkan terima kasih kepada Pak Ustadz dan Anan mulai diikutsertakan mengaji bersama anak-anak seumurannya. Tiba-tiba, Braga menoleh dan mendapati Linzy sedang mematung memandanginya.

Linzy seketika sadar dari lamunannya dan kembali fokus mengaji. Sementara Braga tersenyum memandangi Linzy yang tengah mengaji, kemudian ia memalingkan pandangannya kembali ke arah putra semata wayangnya.

To be continued

Ini aku seneng banget, ternyata banyak yg antusias sama novel ini ya. Aaaa makasih banyak loh🥰

Do'ain ya ke depannya aku sehat terus buat bisa lanjutin novel ini sampe tamat. Muehehehe :V

Oh iya, selamat membaca^^

Continue lendo

Você também vai gostar

173K 14.8K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
98.3K 16.8K 25
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
61.9K 5.6K 47
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
47.4K 3.4K 49
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...