MY EVERYTHING 《LovegoodxRiddl...

By Lily_anneeee

10.4K 1.1K 111

[Slowupdate] Tom Riddle lahir karena ramuan cinta, itu menyebabkan ia tidak memiliki hati dan tidak akan pern... More

1. Moonlight
2. New Friend
3. Don't Bother Her
4. Middle Night
5. She's Mine
6. Tom Riddle & Lorenzo Selwyn
7. First Kiss
8. Love To Hate Me
9. Summer
10. We're just Friends?
11. Naughty Kitten
12. Who is That?!
13. Carrow & Amortentia
14. Suspicion
15. Love That Destroys Everything
16. With U Again
17. My Own Lady
19. Amora & The Chamber Of Secrets
20. What Happened

18. Amora Has Attack

315 35 5
By Lily_anneeee

Libur Natal Amora memilih tinggal di Hogwarts dengan alasan ingin menemani Tom.

"Kau yakin tidak pulang, Amor??" tanya Marietta yang sudah menyangking tasnya.

"Yakin, Mary.. sudah berapa kali kau bertanya?" ucap Amora menggeleng kecil.

"Huhh.. baiklah. Jaga dirimu selama kami tidak ada, makan tepat waktu dan jangan dekat-dekat dengan Riddle dan antek-anteknya!" desis Marietta diakhir.

Amora hanya mengangguk samar, walau dalam hati ia masih merasa bersalah karena belum memberitahu mereka.

Amora mengantar kedua sahabatnya ke stasiun Hogsmeade dengan keadaan cuaca hujan salju membuat ketiganya mengeratkan mantel tebal mereka. Bahkan, hidung dan pipi Amora sudah semerah tomat karena kulitnya yang pucat.

"Yakin, Mary." ucap Amora lembut kala mendapati Marietta ingin berbicara.

"Padahal bukan itu yang ingin kukatakan." ucap Marietta cemberut.

"Kalau itu aku tidak yakin."

Amora tertawa ketika salah satu sahabatnya itu memeluknya sekilas, lalu berjalan memasuki kereta sembari kakinya menendang-nendang salju dibawah.

"Ditinggalkannya aku. Yasudah kalau begitu kami pergi, Mora. Merry Christmas!" Myrtle memeluknya singkat, lalu segera berlari menyusul Marietta kedalam kereta.

Kereta mulai berangkat, Amora masih berdiri ditempatnya sampai kereta menghilang dari pandangannya. Saat berbalik ingin kembali ke Hogwarts, ia mendapati Camilla Lestrange tengah berdiri didepannya.

"Camilla Lestrange?" yang dipanggil malah tersenyum tiba-tiba.

"Kau tidak pulang?" tanya Amora, namun gadis itu tetap diam ditempatnya tidak berbicara.

"Baiklah, kalau begitu aku duluan." Amora melangkah hendak kembali ke kastil, hingga ia melewati Camilla. Tiba-tiba gadis itu mencekal lengannya.

"Ya??"

"Bersama??" tanya Camilla akhirnya bersuara dengan senyuman anehnya.

"Baiklah" Amora hanya mengiyakan, walau sedikit kebingungan.

Sepanjang perjalanan kembali ke kastil Hogwarts, kedua gadis itu hanya diam tidak ada yang membuka suara. Amora menyadari kecanggungan yang terjadi, sementara Camilla masih saja tersenyum.

Hingga saat mereka melewati lorong jembatan dekat kastil, Camilla akhirnya membuka suara.

"Kau dengan Tom berkencan ya??" ucap gadis itu mencoba ramah.

"Dari mana kau tahu?"

"Semua anak Slytherin sudah tahu. Semoga hubungan kalian berjalan dengan lancar dan kalian akan terus bersama sampai maut memisahkan." ucap gadis itu lagi, perlahan ia mendekat pada Amora dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Ia mengelus rambut platina bergelombang yang halus milik Amora. Sementara gadis itu mulai merasakan perasaan tidak enak.

"Kau sangat cantik, pantas saja Tom jatuh cinta padamu." tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi marah.

"Lebih baik kita berbicara didalam saja, udara semakin dingin." Amora menyela, ia hendak melangkah namun pergelangan tangannya dicengkram kuat oleh Camilla hingga kuku-kuku panjangnya menembus kulit pucat pergelangan tangan Amora.

"Lestrange! apa yang kau lakukan?! lepas!" Amora berusaha melepaskan tangannya, namun gadis itu sangat kuat.

"Aku! seharusnya aku yang mendapatkan cintanya!! aku tiga kali lipat lebih cantik darimu!! kau darah penghianat menjijikkan!" teriak Camilla tiba-tiba dengan amarah yang terparti diwajahnya.

"Lepaskan aku!!" Amora menyentak kuat tangannya hingga terlepas dari cengkraman Camilla.

"Sadarlah, Tom tidak pernah sekalipun tertarik pada gadis manja seperti dirimu." karena sudah terlanjur kesal, kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Amora.

Sejenak Amora merasa bersalah karena telah berkata seperti itu, namun tiba-tiba Camilla menampar keras wajahnya hingga hidung dan mulutnya berdarah.

"Sekarang mungkin belum, tapi nanti pasti dia akan tertarik padaku. Setelah kudatangkan maut untuk hubungan kalian." Camilla berucap datar.

Dengan tiba-tiba dia mendorong Amora ketepi jembatan membuat gadis itu menjerit ketakutan, ia bertahan dipagar pembatas selagi Camilla terus mendorongnya agar terjatuh. Namun naas, pagar yang terbuat dari kayu yang sudah lama itu rusak hingga membuatnya jatuh dan terjun dari jembatan yang sangat tinggi itu.

"AAAAGGHHH!!" teriakannya menggema hingga menghilang menandakan gadis itu sudah mencapai tanah.

Tidak ada yang tahu apakah ia sudah mati atau masih hidup, Camilla bergegas pergi dari jembatan sebelum ada yang melihat.

=====°•~•°

"Kau lihat Lovegood??"

"Terakhir aku lihat dia pergi mengantar temannya ke stasiun." balas murid Ravenclaw tahun ke 3 itu.

Malfoy pun kembali mencari-cari keberadaan Amora. Bukan apa, Tom yang menyuruhnya untuk memanggilkan Amora. Jujur saja, sebenarnya dia pun malas.

Sudah hampir sejam lebih dia mencari keberadaan Amora, dan dia akhirnya menyerah. Dia pun kembali keasrama Slytherin, terlihat Tom tengah duduk dikursi didepan perapian sambil membaca buku sendirian.

"My lord, Lady tidak ditemukan dimana pun."

Tom melirik saat melihat Camilla baru keluar dari kamar asrama perempuan, pemuda itu memanggilnya.

"Lestrange." yang dipanggil pun menoleh, merasa dipanggil ia pun berjalan mendekat.

"Duduk." suruh Tom tiba-tiba.

"Apa?"

"Duduk." gadis itu pun menuruti saja.

Tom menatapnya intens membuatnya sedikit gugup dan malu.

"Jam berapa kau kembali ke asrama?" tanya Tom dingin, matanya menggelap penuh amarah.

"Jam sepuluh.." lirih Camilla takut-takut.

Tom secara tiba-tiba berdiri dan menyuruh Malfoy untuk memanggil anggota Knight Of Walpurgis, lalu berjalan cepat keluar asrama.

Camilla semakin gugup melihat Tom yang terburu-buru seperti itu. Perasaan takut mulai memenuhinya, ia takutnya Tom mengetahui tentang ia yang membunuh Amora. Sadar hidupnya terancam, ia bergegas keluar dan pergi entah kemana.

Disisi lain, Tom dan anggotannya sampai dibawah jembatan lorong kastil. Pemuda itu menggeram marah dan menyuruh seluruh anggota untuk mencari keberadaan Amora.

"Temukan keberadaan, Lady! Dia berada disekitar sini!!" serunya marah.

Anggota Walpurgis yang melihat kemarahan Tom, langsung buru-buru berpencar mencari keberadaan Amora disekitar bawah jembatan.

Tidak tinggal diam, Tom pun ikut mencari dengan mantra-mantra yang tekah ia pelajari dari buku yang diberikan oleh Professor Slughorn.

"Revelio!"

"Sourceses vallery!!"

"Fluemalle!!"

Namun tetap saja mereka tidak dapat menemukan keberadaan Amora sampai saat dimana Avery ingin mencari ketempat lain, ia yang berjalan disekeliling tumpukan salju yang tinggi tiba-tiba ia tergelincir sesuatu. Dia yang penasaran segera mendekati benda yang membuatnya tergelincir itu.

"Revelio!!"

Salju yang menutupi benda itu seketika tersingkirkan, dan hal yang terjadi selanjutnya benar-benar membuatnya terkejut.

"My lord!! Lady ditemukan. My lord!!" teriaknya saat melihat tubuh Amora yang setengah membeku dengan wajah yang berdarah.

Tom yang mendengar teriakan Avery langsung mendekati pemuda itu. Ekspresi marah dan takut terlihat diwajahnya saat melihat kondisi Amora yang mengenaskan.

Dengan segera ia merapalkan mantra Nonverbal untuk menghangatkan tubuh gadisnya yang hampir membeku itu. Setelahnya, ia langsung mendekatinya dan menggendongnya, membawanya ke Hospital wings.

Sesampainya mereka di Hospital wings, Madam Pomfrey menyambut dengan raut wajah panik.

"Astaga, Amora!! apa yang terjadi padanya?!!" serunya mengecek keadaan gadis itu.

"Dia kedinginan, Madam."

"Baringkan disalah satu ranjang. Cepat, cepat!!" Tom mengangguk dan langsung membaringkan Amora.

Wajahnya terlihat datar, namun hatinya sangat resah melihat wajah pucat gadisnya. Dia masih terus berbisik merapalkan mantra penghangat sembari tangannya menggenggam erat tangan Amora.

Semua anggota Walpurgis yang ada disana terperangah melihat betapa peduli dan sayangnya Tom pada gadis yang mereka selalu panggil gadis aneh itu. Mereka berpikir, apa keistimewaan yang dimiliki gadis itu sampai-sampai tuan mereka begitu sayang padanya.

"Kembali keasrama, panggil Camilla Lestrange dan tunggu ditempat pertemuan, aku akan datang beberapa jam lagi." ujar Tom dingin, semua orang yang berada disana dapat merasakan kemarahan dalam suaranya. Seketika mereka bergidik memikirkan apa yang dilakukan gadis cantik Slytherin itu sampai Tom semarah ini.

"Baik, my Lord." Malfoy yang membalas dengan hormat dan langsung pamit keluar dari Hospital wings menjalankan perintahnya.

Setelah mereka keluar, Tom menarik kursi dan duduk disebelah gadisnya dengan tangan yang masih menggenggam erat tangannya. Sampai akhirnya madam Pomfrey datang dengan membawa ramuan dan piama ditangannya.

Tom membantu Madam Pomfrey untuk meminumkan ramuannya pada Amora.

"Nak, bisakah kau pergi keranjang sebelah sana sebentar? aku akan mengganti pakaiannya." ucap Madam Pomfrey lembut dan diangguki patah-patah oleh Tom.

Setelah Tom menjauh, Madam Pomfrey langsung menarik tirai dan menutupi ranjang Amora hingga membuatnya dan Madam menghilang dari pandangan Tom. Setelah kurang lebih 15 menit, tirai terbuka dan Tom kembali mendekat.

"Jantungnya melemah, sepertinya hampir 3 jam dia berada diudara dingin, sel-sel darahnya hampir membeku. Sebenarnya apa yang terjadi dengannya??" tanya Madam Pomfrey, wajahnya terlihat sendu dan sangat khawatir.

"Aku tidak tahu, Madam. Aku hanya menemukannya dengan keadaan seperti tadi ditumpukan salju." bohong, ia tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Amora. Namun dia memilih diam agar sekolah tidak perlu ikut campur.

"Sulit melihat kondisinya yang seperti ini.." lirih Madam.

"Apa maksudmu, Madam??" tanya Tom sedikit panik.

"Aku akan memanggil kepala sekolah terlebih dahulu, sebentar ya nak." Madam Pomfrey bergegas keluar dari Hospital wings. Tom memandang Amora dengan risau, ia makin erat menggenggam tangannya.

"Jalang sialan." desisnya penuh kemarahan, matanya menggelap membuat energi sihir disekitarnya.

Tidak lama Madam Pomfrey kembali dengan Professor Dippet dan Professor Dumbledore bersamanya membuat Tom mendecak pelan.

"Ini anak yang ku bilang tadi, Professor." ucap Madam Pomfrey pada kedua Professor itu.

"Apa dia akan segera siuman??" tanya kepala sekolah. Madam Pomfrey menunduk sendu membuat Tom memandangnya penuh kebingungan.

"Dia.. kritis.. akan sangat lama untuk dia bisa pulih, ramuan tadi hanya untuk mengembalikan suhu tubuhnya agar kondisinya tidak semakin parah. Hanya keberuntungan yang akan membuatnya siuman beberapa hari kedepan, jika dia belum sadar juga kami harus memindahkannya ke St. Mungo untuk perawatan lebih lanjut" Madam Pomfrey menjelaskan dengan raut wajah sedih dan bersalah.

"Bagaimana bisa separah itu??" ucap Tom sepenuhnya panik, kemarahannya membeludak.

"Tenang dulu, Tom." ucap Professor Dumbledore menenangkan membuat Tom semakin marah.

"Setelah ku periksa, tubuhnya bukan hanya hampir membeku dan dingin, tapi juga tubuhnya seperti baru menghantam sesuatu sebelum ia tidak sadarkan diri membuat organ dalam dan syarafnya melemah. Saat dibawa kemari tadi, dihidung dan mulutnya terdapat darah yang telah mengering." jelas Madam lagi.

Professor Dippet dan Professor Dumbledore saling melempar pandangan.

"Apa tidak ada ramuan untuk membuatnya siuman, Pomfrey??" tanya Professor Dippet.

Sayangnya Madam Pomfrey menggeleng lemah dan menatap sendu gadis yang terbujur lemah diranjang.

Tom yang sudah tidak dapat menahan amarahnya lagi, langsung pergi dari Hospital wings dengan langkah terburu-buru.

"Kenapa dengan, Tom??" Dippet bertanya pada Dumbledore.

"Sepertinya gadis ini pacarnya."

"Apa yang harus kita lakukan Professor? jika dia tidak segera dibawa ke St. Mungo, kondisinya akan semakin memburuk."

"Tenang Madam, setahuku ada seorang peramu hebat disekolah ini." ketiga orang dewasa itu saling berpandangan, lalu dua diantaranya menepuk pelan dahinya dan tertawa pelan.

Disisi lain, Tom yang berjalan cepat dari lorong ke lorong dengan kemarahan dalam dirinya membuat suana sekitar yang dilewatinya meredup suram, murid-murid yang dilewatinya hanya bergidik ngeri melihatnya.

Dia lalu berhenti disalah satu koridor lantai 3 dan menatap dinding batu yang terpampang luas dihadapannya, lalu sebuah pintu muncul, dengan cepat ia membukanya dan masuk kedalam.

Didalam terlihat semua anggota Knight of Walpurgis menatapnya takut menyadari kemarahan tuannya.

"Amora Lovegood, telah diserang."

=====°•~•°

"Lorenzo, bisakah kau mintakan obat pada Madam Pomfrey??" Carlotte menepuk bahu kakak sepupunya meminta tolong.

"Huh? tidak mau, minta saja sendiri."

"Ayolah, bagaimana aku pergi kesana kakiku sakit." ujar Carlotte manja.

"Itu salahmu sendiri, lagian kakimu tidak begitu parah kau hanya terpeleset sedikit tadi."

"Ayolah, Loren. Nanti akan ku tanyakan lagi info tentangnya."

"Seriously? baiklah, akan ku bawakan obatnya. Kau tunggu disini, okay??" Carlotte hanya mengangguk malas.

Dengan langkah cepat Loren berjalan ke Hospital wings untuk meminta obat pada Madam Pomfrey.

Begitu sampai, dia pun masuk, menghampiri Madam Pomfrey dan meminta obat padanya. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, ia pun berterima kasih dan sebelum pergi, dia menyempatkan untuk melihat-lihat sekeliling Hospital wings.

Namun pemandangan berikutnya membuatnya sedikit terkejut, saat ia  melihat disalah satu ranjang Hospital wings terdapat seseorang yang sangat ia kenali.

Dengan langkah pelan dan mata yang terus memastikan, ia mendekati seseorang itu.

"Amora?? ada apa dengannya?" ucapnya terkejut dan sedikit berteriak.

"Jangan berteriak, Mr. Selwyn. Iya, dia datang sudah tidak sadarkan diri digendong oleh Mr. Riddle siang tadi dengan keadaan yang cukup mengenaskan." jelas Madam Pomfrey.

"Apa yang terjadi dengannya, Madam?" tanya Loren, ia sedikit kesal mendengar nama Riddle disebutkan.

"Kami tidak tahu apa yang terjadi dengannya, Mr. Riddle hanya menemukannya sudah terbaring lemah ditumpukan salju hampir membeku." ucap Madam Pomfrey, lalu pergi keluar.

"Aku yakin dia tahu apa yang sebenarnya terjadi, Riddle yang licik." gumamnya geram.

"Apa yang sedang ia rencanakan?"

"Aku tidak bisa tinggal diam."

Loren bergerak lebih dekat dengan Amora, lalu ia menggenggam erat tangan gadis itu dan berbisik.

"I'm sorry.. I love you.."

"Wah.. wah.. kau sudah menjalankan misimu, Selwyn??"

=====°•~•°

Penelope dan adiknya memilih untuk tidak pulang libur natal tahun ini, kedua orang tua mereka sibuk bekerja jadi untuk apa mereka pulang  kalau tetap tidak bisa bersama-sama merayakan natal.

Namun tampaknya adiknya yang merindukan kedua orang tua mereka, malah terkena demam tinggi menyebabkan adiknya harus menginap di Hospital wings.

Saat ini Penelope tengah mengambilkan cake untuk adiknya yang berada di Hospital wings, dari pagi ia belum menjenguk adiknya karena ia pun juga merasa sedikit  tidak enak badan.

Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, ia berjalan kembali ke Hospital wings.

Disalah satu koridor, ia mendapati Carlotte yang tengah mengomel sendiri sambil terduduk dilantai koridor.

"Carlotte?? apa yang kau lakukan? kenapa duduk dilantai?" Penelope menghampiri Carlotte.

"Tidak bisakah kau lihat? kakiku sakit, bodoh!" sentaknya pada Penelope membuat gadis itu merengut.

"Aku hanya bertanya, kenapa kau marah?"

"Tidak perlu, tidakkah kau lihat aku kesakitan. Lebih baik kau pergi ke Hospital wings suruh Lorenzo cepat, dia sedang mengambilkan obat namun tidak juga kembali dari tadi." Carlotte langsung melangkah pergi meninggalkan Carlotte yang masih juga mengomel.

Selalu begini, ia selalu diperlakukan seperti itu oleh Carlotte dan teman-temannya, tepatnya selama mereka merekrutnya kedalam perkumpulan gadis itu. Kalau boleh jujur ia tidak mau berada diperkumpulan Carlotte, gadis itu hanya membutuhkan asisten tambahan. Dia merindukan teman-temannya yang dulu, andai saja egonya tidak mendominasi pasti dia masih berkumpul dengan orang-orang baik dan setia itu.

Sesampainya ia di Hospital wings, ia menaikkan satu alisnya melihat pemandangan didepannya.

Terlihat Amora yang terbaring lemah disalah satu ranjang Hospital wings dengan Lorenzo Selwyn disampingnya, menggenggam erat tangannya.

Terlihat romantis, andai saja Amora tidak bersama Tom dan bersama Lorenzo, pasti ia dan gadis itu masih berteman.

"Wah..wah.. kau sudah menjalankan misimu, Selwyn??" ucapnya membuat pemuda itu menoleh cepat kearahnya.

"Misi? apa maksudmu?"

=====°•~•°

Helloww i'm back!!
sebenarnya updatenya mau pas tahun baru tapi ada aja halangannya jadinya baru publish sekarang deh hehew maapin yee
Hayoo gimana makin penasaran ngk sama jalan ceritanya, mau spoiler ngk??

hehe gausah ding, gk seru spoiler-spoileran mending tunggu aja biar surprisee wkwkw

Publish :
26 January 2024

Continue Reading

You'll Also Like

9.4K 1K 8
Siang itu, Haruno Sakura, ninja medis paling berbakat di Konoha setelah Hokage ke-5 menemukan sebuah celah lubang hitam saat mencari tanaman obat-oba...
681 56 13
Terjemahan AO3 | TOMIONE - ON GOING - Summary : Riddle mendekat, aroma cedar dan peppermintnya mengelilinginya, napasnya terdengar di telinganya saat...
939K 40.9K 97
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
27.1K 2.9K 44
"hei! Jaket mu!" "Simpanlah, kau terlihat bagus memakainya. Aku senang melihatmu memakainya." Harry Potter and the goblet of fire. Warning : Memuat k...