My Neighbor is Acting Weird

By elvabari

16.9K 2.7K 368

"What if you have a neighbor who acts really out of your mind?" Dia adalah tetangga baruku. Awal kucoba menya... More

[ I ] His Name is Cheri
[ II ] Take Care of Cheri
[ III ] Another Cheri
[ IV ] Cheri Say Sorry
[ V ] The Host Personality
[ VI ] Blake
[ VII ] Cheri's return
[ VIII ] Cheri's painful past
[ IX ] The unspoken truth
[ X ] The cause of all tragedies
[ XI ] The key is Seung Cheri
[ XII ] Daegu Kid
[ XIII ] Abandoned Cheri
[ XIV ] His Own Rules
[ XV ] They are alters
[ XVI ] A sudden reunion
[ XVII ] Cheri's Neverland
[ XVIII ] Unworthy
[ XIX ] Darkest Cloud
[ XXI ] A pure love for Cheri

[ XX ] Dusty Room

879 118 37
By elvabari

⚠️⚠️⚠️

This episode contains a lot of violence, torture , shooting, and full of angst :')

Please make sure you are strong enough before reading this 🫶

. . .

"Mereka ada karena derita. Mereka datang di tengah kekejaman yang menimbulkan trauma. Dan mereka hidup sebagai naungan."

. . .

[•My Neighbor is Acting Weird•]

    

Aku tidak pernah mengira akan bertemu dengan momen paling buruk yang bahkan tidak sekalipun terpikirkan oleh bayanganku sebelumnya.

Berada di bawah tekanan orang-orang yang terus menodongkan senjata api besar itu kepadaku, membuatku tidak lagi berdaya terlebih untuk melindungi Cheri yang sudah mereka renggut dari tanganku dan dibawa pergi dari pandanganku yang sudah berkali-kali mengabur.

"Lepaskan anak itu! Jangan sakiti dia! Dia hanya anak kecil tidak bersalah!!"

"Diam!!"

Aku memekik kesakitan kala hantaman keras menyapa wajahku. Mereka memukulku dengan senjata api besar itu. Kepalaku seketika pening dan bisa kurasakan asin merembas di bibirku.

Kemanusiaan sudah tiada di sini.

Bagaimana mereka menggeretku tanpa pedulikan kakiku terseret-seret, bagaimana mereka juga menjorokku dengan kasar sehingga aku jatuh tersungkur, dan bagaimana mereka memakiku sebelum membanting pintu di belakang sana, meruntuhkan hampir seluruh nyaliku untuk melawan.

Sepetak ruang kosong yang begitu sempit dan nyaris gelap seketika membuatku sesak. Lampu yang menyala terlalu redup di langit-langit sekitar tiga meter dari kakiku berpijak, lebih dari cukup membuatku bergetar gamang sehingga aku lekas menggedor pintu menggunakan seluruh tenagaku.

"Buka pintunya! Keluarkan aku dari sini!!" mengguncangnya dengan brutal yang justru menyulut emosiku hingga ke ubun-ubun. "BUKA PINTUNYA, SIALAN!!"

Aku kalut bukan kepalang. Pikiranku tak lagi melepaskan Cheri yang entah dibawa ke mana oleh orang-orang itu. Bagaimana keadaan Cheri? Apa yang akan mereka lakukan terhadap Cheri?

Bagaimana jika mereka menyakiti Cheri?

"Nuna ... huhuhu ... Nuna...."

Suara tangisan itu kembali terdengar membuatku menoleh. Menyadarkanku bahwa dinding di sebelah kananku berupa kaca yang menampakkan ruangan di sebelah petakan ini sehingga aku langsung mendekat. Menggedor keras di sela napas memburuku seraya memanggil-manggil anak itu.

"Cheri! Cheri! Aku di sini!!"

Aku tercekat melihatnya diseret oleh dua orang bertubuh besar itu lalu memaksanya duduk di sebuah kursi tepat di tengah ruangan. Anak itu sempat memberontak, namun bentakan keras salah satu dari mereka berhasil membuatnya menciut ketakutan dan hanya bisa tergugu membiarkan kedua tangan dan kakinya diikat oleh logam kuat yang menempel pada kursi itu.

Itu bukanlah kursi biasa....

Apalagi mereka memasangkan semacam elektroda di beberapa titik tubuh Cheri, termasuk kedua pelipisnya, aku menggeleng ketakutan membayang- kan apa yang hendak mereka perbuat pada anak itu.

"Tidak ... lepaskan dia! Jangan sakiti Cheri!! LEPASKAN DIA!!"

Pukulan demi pukulan yang kulakukan pada kaca ini semakin menakutiku. Benda ini berlapis teramat tebal dan sepertinya mereka tidak mendengar setiap kerusuhanku.

Menamparku pada realita bahwa aku dikurung di dalam ruangan kedap suara, juga kedap penglihatan sebab Cheri pun tak dapat melihatku.

Seseorang bersnelli putih datang mendekat. Membuat Cheri semakin gencar menangis, mengingatkanku akan betapa ketakutannya dia pada wujud seorang dokter terlebih ia membawa suntikan dengan jarum panjang dan besar itu.

"Ti-tidak mau ... tidak mau—"

Betapa Cheri sudah meronta-ronta di sela gelengan kencangnya kala dokter itu menyingsingkan lengan pakaiannya untuk kemudian menancapkan jarum besar itu di tangan kirinya.

"Jangan! Jangan lakukan itu padanya!!"

Aku kembali memukul kaca ini, berharap dokter sialan itu berhenti menyuntikkan cairan aneh yang membuat Cheri meringis kesakitan dan kembali menangis tergugu. Tanpa sedikitpun tahu bahwa aku di sini semakin ketakutan melihatnya mulai menggeliat tidak nyaman seakan itu adalah reaksi dari apa yang baru saja didapatnya dari suntikan tadi.

Amarahku menggelegak kala mendapati sosok itu datang dari belakang sana. Layaknya iblis muncul dari kegelapan, bahkan dia sempatkan melihat kemari seakan tahu bahwa ada aku yang semakin naik pitam menyaksikannya menepuk pundak Cheri dengan ringannya.

"Senang bisa melihatmu kembali, adikku. Aku sudah menunggu kepulanganmu cukup lama."

Choi Seungjo berdiri di sampingnya, bersikap layaknya seorang kakak tanpa peduli bagaimana Cheri sudah gemetaran dan wajahnya semakin memucat. Pria itu—bajingan itu mendesis seraya mengusap-usap kepala Cheri, berlaga prihatin.

"Sudah pernah Kakak katakan, jika kau berbuat nakal, maka kau akan disuntik. Tapi lihat sudah berapa banyak kenakalan yang kau perbuat?"

"Ch-Cheri ... meminta—am–pun...."

"Siapa itu Cheri?"

Suaranya bagai menggema di sana, di kala Cheri tidak mampu melawan, pria itu meraih dagunya untuk dicengkeramnya kuat.

"Tidak ada Cheri di sini. Kau adalah Choi Seungcheol, dan hanya Choi Seungcheol yang hidup di sini. Berapa kali aku katakan itu padamu?"

Anak itu bahkan harus menahan isakannya kala menjawab penuh terbata-bata, "Seu-Seung–cheol..., meminta ... ampun ... m-maaf...."

"Pintar. Adik pintar."

Aku tak dapat menahan geramku menyaksikan bagaimana Choi Seungjo memberi doktrin pada Cheri dengan tidak mengakui keberadaannya. Menjadi alasan terkuatku untuk semakin berserapah untuk pria yang kini tengah tersenyum menikmati penyiksaan ini.

"Bukankah Kakak pernah berkata padamu untuk tidak berbuat nakal? Lihat sudah berapa banyak kenakalan yang kau perbuat sampai Kakak harus kerepotan hanya untuk mencarimu?"

Cheri menggeleng-gelengkan kepala dengan lemah, lalu merintih di sela tangisnya berkat tepukan di kepalanya berubah menjadi jenggutan menguat.

"Kenapa kau tidak pernah mau mendengarkan Kakak? Tidak hanya membangkang pada Ayah, kau juga mencoba membangkang padaku. Tidak heran kalau kau juga berani membangkang pada Ibu, bahkan berani membunuh Ibu dengan wajahmu yang berpura-pura polos ini!"

Cheri semakin terisak kencang atas suara meninggi Choi Seungjo. Semakin cepat menggelengkan kepala dan terbata-bata berkata yang terlalu menyayatku di sini.

"Ch-Cheri ... tidak—"

"Jawab dengan benar, Choi Seungcheol!"

"Seu-Seungcheol ... a-ampun..., tidak membunuh—I-Ibu...."

Aku tidak kuasa melihatnya. Pandanganku mengabur akan pedih membumbung. Aku sungguh membenci situasi ini. Aku tidak dapat melakukan apapun selain menyaksikan anak itu disiksa oleh bajingan itu.

"Seharusnya kau merasa bersalah. Karenamu, ibuku harus menderita! Karenamu, ibuku pergi dan tidak pernah kembali! Karenamu, ibuku mati!!"

"Bu-bukan Cheri ... huhuhu ... itu—bu-bukan Cheri...."

"JAWAB AKU DENGAN BENAR! KAU ADALAH CHOI SEUNGCHEOL!"

Tangisku meleleh beserta tinjuan pada kaca yang terus bergeming ini. Menghalauku dari rasa ingin menerjang keparat itu dan aku hanya mampu berteriak yang berakhir menggema di ruangan ini.

Choi Seungjo mengembuskan napas cepat sebelum menitah salah satu orang yang sudah berdiri di balik meja kontrol. Mengutak-atik sesuatu dan aku seketika menggeleng-geleng ketakutan.

"Tidak! Jangan lakukan!"

Namun tentu seruanku tidak menghentikan mereka. Membuat anak itu berteriak kesakitan bersama sekujur tubuhnya berguncang hebat yang sangat aku tahu bahwa mereka tengah menyetrumnya.

"HENTIKAN!! JANGAN LAKUKAN ITU PADANYA!!"

Aku berteriak kesetanan, memukul bahkan meninju kaca ini bersama sekujur tubuhku seakan ikut terguncang menyaksikan Cheri terkejat-kejat tanpa perlawanan. Membuat tubuhnya melemas seketika, begitu juga dengan tangisnya yang sempat mengencang lalu melemah menyisakan sesengguk yang membuatku histeris.

Aku harus menyelamatkan Cheri.

Aku harus membawa Cheri keluar dari ruangan itu.

Aku harus membawa Cheri menjauh dari mimpi buruk ini!!

"KELUARKAN AKU!! BUKA PINTUNYA!!! KELUARKAN AKU DARI SINI, KEPARAT!!!"

Aku kehilangan arah. Menjerit penuh murka yang hanya dapat kulampiaskan melalui tinjuan maupun tendangan pada pintu yang tak sedikitpun berkutik layaknya tembok berdiri kokoh mengurungku seorang diri di sini.

Lalu aku hanya bisa menangisi ketidakberdayaanku. Merosot jatuh sebagaimana batinku hancur akan kenyataan buruk ini. Bahwa aku tidak dapat menyelamatkan Cheri, pun menyentuhnya sekalipun dengan ujung kuku di saat aku sendiri terpuruk di atas dinginnya lantai berdebu ini.

"Nuna...."

Panggilan itu membangunkanku, menggerakkanku kembali pada kaca berlapis itu dan walau aku tahu ini percuma, aku menggedornya lagi. Tanpa kupedulikan panasnya telapak tanganku sebagaimana dengan mataku terus mengaliri lelehan menyakitkan terlebih melihat anak itu masih bisa memanggilku.

"Cheri...," panggilku penuh gemetar, penuh terguncang, "Cheri, Nuna di sini ... Nuna melihatmu...."

"Nuna ... sakit...."

Tangisku meledak lagi. Melihatnya tidak lagi bertenaga di kursi itu sembari memanggilku, membuatku mengutuk diri ini yang tak mampu melakukan apapun di saat seharusnya aku berlari melindunginya.

Aku begitu hancur menyaksikan ketidakmanusiawian ini. Tetapi aku semakin merasa buruk lantaran tidak berdaya menyaksikan anak itu kembali disentuh oleh si keparat Choi Seungjo itu dengan tangan kejinya.

"Mencari Nuna, hm?" Pria itu bahkan menengok kemari, seakan mampu melihatku hingga menunjukkan seringai yang membuatku mendidih berang. "Nunamu tidak akan pernah bisa menyelamatkanmu."

Aku bersumpah akan membunuhnya.

"Nunamu tidak akan pernah datang kemari. Dia bahkan tidak peduli dengan keberadaanmu lagi."

Bersumpah untuk menjebloskannya ke dalam neraka terdalam dan memastikannya membusuk di sana.

"Nunamu bahkan meninggalkanmu di sini. Jadi seharusnya kau sadar bahwa kau selalu sendirian di sini."

"CHOI SEUNGJO KEPARAT! BAJINGAN SIALAN! AKU SUNGGUH AKAN MEMBUNUHMU!!"

Aku kembali histeris. Kalap bukan main atas pria itu sekali lagi merenggut dagu Cheri dengan kasar, mendapati air mata berlinangan membasahi wajah anak itu yang sudah pucat pasi dan berpeluh, menohokku luar biasa telak sehingga sekali lagi aku tergugu di depan kaca yang semakin berembun ini.

"Jadi mengapa kau tidak pergi saja dari sini? Kau hanyalah alter tidak berguna dan tidak diinginkan. Tidak ada yang peduli dengan keberadaanmu. Tidak Ayah, tidak juga Ibu, akupun tidak ingin kau berada di sini."

Kaki-kakiku bergetar hebat seperti nyaris kehabisan tenaga. Berkat Cheri yang kembali melinangkan penderitaannya, membuatku menggeleng-geleng ketakutan.

"Nuna...."

Aku menginginkanmu.

"Nuna...."

"Aku menginginkanmu, Cheri. Jangan dengarkan dia. Aku di sini menginginkanmu. Aku mohon jangan dengarkan...."

Tangan-tanganku mengepal hingga sakit dirasakan kulit telapakku. Tetapi itu tidak sebanding dengan sayatan derita di hatiku melihat anak itu terus menyebut namaku.

"Nu—na...."

Dan aku hanya mampu menahan napas melihatnya menutup mata, lalu tidak lagi bergerak.

"Tidak...."

Jantungku berlari kalang kabut. Membuatku tersengal dalam gamang luar biasa sehingga kepalaku serasa berputar kencang.

"Cheri, jangan tutup matamu! Cheri, tetaplah bangun!"

Aku ketakutan setengah mati. Melihatnya tidak lagi bergerak dan aku mulai membayangkan hal terburuk dari segala yang terburuk yang mungkin terjadi padanya.

"Cheri! Demi Tuhan, ayo bangun!!"

Dan erangannya kembali terdengar. Sebagaimana dengan matanya kembali membuka, bersama deru napasnya yang kembali tersengal-sengal sebelum mendongak dalam gerak perlahan.

Di mana saat itu juga aku tahu, bahwa dia bukan lagi Seung Cheri....

"You. Are. The real. Fucking monster."

Mata yang masih basah akan sisa tangisan Cheri itu berubah menggelap dan bengis, sebagaimana dengan suaranya yang memberat berang, menunjukkan amarah berkobar menyertai seringai hina.

Alpha Blake....

"Oh, astaga, aku sedang menunggu kehadiran adikku, bukan alter monster sepertimu," cemooh Choi Seungjo disertai tawa kecil. "Tapi omong-omong, kenapa kau baru muncul? Kupikir kau sudah lari ketakutan sejak si alter kecil itu mendapat pelajaran dariku."

"At least I'm not that fuckin' coward who can only torturing a child with this fuckin' chair."

Choi Seungjo terkekeh seakan ucapan penuh menghina dari Alpha Blake hanyalah lelucon.

"Kalau begitu kenapa kau tidak mengambil alih dengan segera dan biarkan dirimu yang menguasai tubuh ini, Alpha? Ah, bukankah kau pernah berpikir untuk menyingkirkan mereka semua agar kau menjadi satu-satunya pemilik dari tubuh ini?"

Alpha Blake di tengah napas tersengalnya, mendengkus seraya terkekeh penuh remeh. "If I could, I might be the person you are most wary of because you know very damn well how I know no mercy." Dia menyeringai penuh mengerikan, "I wouldn't have to think many times about killing all of you."

[Jika bisa, aku mungkin menjadi orang yang paling kau waspadai karena kau sangat tahu bagaimana aku tidak mengenal ampun ... Aku tidak perlu berpikir sekian kali untuk membunuh kalian semua.]

Choi Seungjo terbahak di mana Alpha Blake ikut tertawa di sela napas tersengalnya. Sekalipun berada di bawah tekanan dan tak mampu bergerak, pria itu masih mampu menunjukkan aura kebengisan yang menembus sampai aku meremang.

Dia sudah sepenuhnya menggantikan Cheri. Mengganti posisi kesakitan Cheri sehingga dia yang harus tersiksa sekarang.

"Kau berkata seakan mampu melakukannya jika memang keinginanmu terwujud."

"Because I never take back my own words. Never like you who cried like a fuckin' dumbass even didn't want to believe that you were the one who killed your own mother."

Apa...?

"Let me remind you again, Choi Seungjo. Who was holding a gun when he should have killed me but shot his mother's heart instead?"

Tidak mungkin....

"You manipulated your shit memory because you didn't want to admit the fact that your hands are the ones covered in your mother's blood."

"SHUT YOUR FUCKING MOUTH!!"

Aku terkesiap dalam pekikan tertahan kala Choi Seungjo meninju Alpha Blake tepat di wajah. Ketika pria itu mulai dirundung geram, Alpha Blake justru terkekeh seakan pukulan yang menyebabkan bibirnya berdarah itu hal sepele.

"Seharusnya aku membunuhmu saat itu. Kau juga berniat membunuh ibuku di saat dia melakukan hal benar yaitu melenyapkanmu! KAULAH PEMBUNUH YANG SEBENARNYA!"

Menjadi giliran Alpha Blake yang terbahak-bahak di kursinya. Mulutnya termegap akan tawa kerasnya seakan dia baru saja mendengar hal teramat lucu.

"What could I do? She was scared because I could fight against her. I just did the right thing. To protect this body, protecting us, from any dangers without exception." Dia kembali menyeringai penuh kepuasan. "And you helped me."

[Apa yang bisa kulakukan? Dia ketakutan karena aku bisa melawannya. Aku hanya melakukan hal benar. Melindungi tubuh ini, melindungi kami, dari setiap bahaya tanpa terkecuali ... Dan kau membantuku.]

Choi Seungjo memburu dalam napasnya. Tidak pernah kukira bahwa emosinya akan terpancing semudah itu melalui kata-kata mengejutkan dari Alpha Blake sehingga dia tampak belingsatan.

Dia mendorong orang di balik meja kontrol itu lalu tampak menekan-nekan tombol di sana. Menyebabkan teriakan Alpha Blake melengking dalam guncangan tubuhnya yang kembali disengat. Membuatku kembali memekik namun sekali lagi, aku hanya mampu mengepalkan tangan pada kaca tebal ini.

"Kau yang sudah membunuh ibuku, Alpha Blake! Kaulah pembunuhnya dan kaulah yang seharusnya mati!!"

Alpha Blake bagai kehabisan napas. Tubuhnya semakin lemas setelah kejutan listrik yang bahkan langsung menyalur ke kepala sehingga ia terkulai dalam. Aku tidak dapat membayangkan betapa luar biasa sakit yang didera pada tubuh itu berkat kegilaan Choi Seungjo.

Betapa menderitanya Cheri kala harus disiksa oleh kekejaman keluarganya. Baik malam ini maupun dulu....

Choi Seungjo kembali mendekat untuk menjenggut kuat kepala Alpha Blake. "Sudah cukup bermainmainnya, Alpha. Pergi dari sini dan berikan Choi Seungcheol padaku."

Lagi, Alpha Blake masih sanggup menyeringai bagai meremehkan pria itu. "Too bad. He doesn't want to see you."

"Berhenti berlaga menjadi pahlawan karena aku bisa membunuhmu kapan saja! Jadi panggil dia untuk datang kepadaku!!"

"Then kill me just like you did to your mother. Bet you lose everything afterwards."

Choi Seungjo benar-benar kehabisan kesabaran. Dia layangkan tinjunya lagi sampai-sampai aku mampu melihat cipratan darah mencuat dari mulut Alpha Blake. Aku bahkan dapat mendengar napas Choi Seungjo yang begitu berat berderu teramat cepat atas amarah yang sudah berkobar tinggi.

Aku tidak sanggup melihat kekerasan ini....

"Kau bukanlah tandinganku, Alpha! Kau hanyalah alter sialan yang seharusnya tidak pernah ada di tubuh ini!! Kalian seharusnya tidak pernah ada!!!"

Aku tidak sanggup mendengar kata-kata menyakit- kan itu.

"Then you guys should have treated this boy well from the start."

Aku tidak sanggup mendengar desisan Alpha Blake yang diiringi kebencian mendalam.

"You guys should never once put your fuckin' hands nor your bloody shits on him so that we never exist, you fucking monsters!!"

[Kalau begitu seharusnya kalian perlakukan anak ini dengan baik sejak awal ... Seharusnya kalian tidak pernah sekalipun layangkan tangan sialan maupun keburukan kalian padanya sehingga kami tidak pernah ada, monster sialan!!]

Aku kembali melelehkan air mata, membekap mulutku yang terisak kencang atas ucapan keras Alpha Blake. Hatiku remuk untuk kesekian kalinya menyaksikan penderitaan menyakitkan ini sehingga aku kembali luruh dan memukul dadaku berkali-kali.

Mereka ada karena derita. Mereka datang di tengah kekejaman yang menimbulkan trauma. Dan mereka hidup sebagai naungan.

Mereka muncul untuk Choi Seungcheol kecil yang hidup seorang diri. Untuk Seung Cheri yang akhirnya memutuskan menyerah dalam bertahan. Untuk melindungi satu-satunya tubuh yang layak tetap hidup.

Mereka ... layak untuk hidup....

Debuman keras itu mengejutkanku hingga aku lekas berdiri lagi. Menyadarkanku bahwa baru saja merupakan suara ledakan yang menghancurkan pintu ruangan itu, menyusul serbuan kelompok berseragam juga bersenjata api lengkap yang lekas menembaki mereka yang berjaga di dalam.

Menyisakan Choi Seungjo yang terperanjat hingga merangsek mundur, sepertinya tidak mengira akan adanya komplotan baru muncul mengepungnya.

Dan aku tak dapat menyembunyikan desah kelegaan melihat Mingyu berada di antara mereka. Ikut mengacungkan pistol bahkan melangkah maju lebih jauh menuju Choi Seungjo.

"Perjalananmu berakhir sampai di sini, Choi Seungjo. Kau sudah tertangkap basah."

Bajingan itu bahkan tidak perlu repot-repot mengangkat kedua tangannya. Sebaliknya, dia masih berani menunjukkan senyum penuh arogansi seraya memandangi komplotan polisi yang bersiap menembakinya dengan remeh.

"Aku sudah menduganya bahwa kau masih hidup, Kim Mingyu. Sungguh menakjubkan." Dia bertepuk tangan dengan kerasnya. "Aku terlalu meremehkanmu. Seharusnya aku tahu bahwa membunuhmu tidaklah mudah."

"Berkat kegigihanmu dalam mengejarku, aku tidak perlu repot-repot mencari cara untuk membuktikan segala tipu muslihatmu." Mingyu kemudian mengacungkan sesuatu di tangan lain. "Aku tidak mengira bahwa hanya dengan satu benda kecil ini sudah cukup membuatmu kelimpungan. Sampai-sampai kau berani melacak orang-orang di sekitarku. Ayolah, Choi Seungjo, kau juga tahu bahwa aku bukan orang kaya yang bergelimang harta sepertimu."

"Karena itulah kau mencuri hartaku," desisnya mulai marah. "Berani sekali orang rendahan sepertimu merusak istanaku, menerobos bahkan merampas segala isinya dan kau masih berpikir sudah melakukan hal benar?!"

"Aku memang melakukan hal benar. Sebab itu bukanlah istanamu, dan kau sudah terlalu lama merampasnya dari pemilik sesungguhnya."

Mingyu melempar diska lepas itu ke dekat kaki Choi Seungjo. Menyadarkanku bahwa itu merupakan diska lepas yang seharusnya berada di apartemenku. Entah bagaimana caranya Mingyu mampu mendapatkannya.

"Menurutmu semua yang ada di situ pantas untukmu, Choi Seungjo? Bagaimana jika kita bertaruh, apakah Tuan Choi Seunggeun setuju padaku atau tetap berpihak dan mempertahankanmu di sampingnya? Setelah mengetahui semua isi keburukanmu dan ayahmu di dalam sana."

"Kau—" Choi Seungjo merangsek maju. Tetapi hanya dua langkah sebelum dia mengerang dan terjatuh berkat satu tembakan di kakiknya. Berasal dari salah satu pengepung itu. "Kau bajingan keparat!!"

"Apapun yang membuatmu senang untuk mengutukku," lantas Mingyu menurunkan pistolnya. "Sebab bagaimanapun juga, aku yang rendahan ini masih tidak berhak untuk menghukummu, bukan?"

Barulah dia mengayunkan tangannya, memberi isyarat agar orang-orang itu menyergap Choi Seungjo. Memborgol kedua tangannya lalu menyeretnya agar berdiri sehingga dia memberontak di sela erangan kerasnya.

"Aku akan membalasmu, Kim Mingyu! Aku akan pastikan kau benar-benar mati di tanganku!!"

Atensiku teralihkan oleh dobrakan pintu ini hingga menjeblak terbuka. Choi Hansol sertamerta menurunkan pistolnya sebelum menghampiriku yang nyaris terjatuh lemas atas kelegaan luar biasa yang kembali kurasakan.

"Kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?"

Aku menggeleng di tengah dia memapahku berdiri. "A-aku tidak apa-apa—" lalu aku kembali melihat pada kaca, di mana Mingyu sudah menghampiri Alpha Blake sehingga begitu saja aku melepas diri demi berlari ke sana.

Menerobos orang-orang berseragam itu di sela seruan Choi Hansol yang meminta mereka untuk tidak menodongkan senjata padaku. Membiarkanku masuk dan menyaksikan secara langsung keadaan pria itu yang ternyata lebih mengenaskan dari yang kulihat sebelumnya.

"Alpha!"

Seruanku meluncur begitu saja. Entah di mana Mingyu ketika pria itu akhirnya terbebas dari jeratan kursi tersebut, meluruh jatuh dan nyaris tersungkur jika aku tidak menangkapnya, menopang tubuhnya sekuat yang kubisa lantaran dirasa betapa lemasnya dia saat ini.

Merasakan napasnya bagai kehabisan udara, di sela tangan-tangannya terlalu lemah membalasku sehingga bisa kubayangkan betapa dia telah kehilangan seluruh tenaganya berkat penyiksaan ini.

"I can't help him."

Suaranya nyaris seperti bisikan. Bertepatan dengan Mingyu yang kembali datang, dia kembali bersuara di bahuku.

"I can't save—that kid."

"A-apa maksudmu...?"

Suaraku kembali bergetar. Pun ketika Mingyu mencoba mengambil alih Alpha dari topanganku, aku justru menahannya agar tetap mendengar suaranya yang semakin menghilang.

"We lost him."

Tidak mungkin—

"He's gone."

Aku sungguh tidak mau percaya ini....

       

       

      

[•My Neighbor is Acting Weird•]

        

Hehehe :")

Halo..., lama tidak bersua. Adakah yang masih menantikan kelanjutan cerita ini di sini?

Maaf ya udah buat kamu menunggu lama. Semakin ke sini, aku semakin merasa berat untuk melanjutkan karena tiap kata, tiap kalimat yang diketik selalu bikin aku nangis jadi ada ketakutan tersendiri buat melanjutkannya. ㅠㅜ

Tapi..., aku semakin kepikiran dan aku juga takut kalau ga kunjung dilanjut, aku jadi kehilangan impresi ke Cheri dan alter lainnya. Jadi aku beranikan diri untuk melanjutkan cerita ini dan aku bakal berusaha selesaikan ceritanya dengan segenap kemampuan aku.

Tunggu sebentar lagi, ya? Mungkin satu (atau kalau ada keajaiban, jadi dua) episode lagi, kita akan bertemu ujung kisah Cheri dan para alter-nya 🥹

Terima kasih untuk teman-teman yang masih bersedia menanti!

Elvabari❣️

December 3, 2023

Continue Reading

You'll Also Like

644K 31.1K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
54.6K 5K 31
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
928K 56.2K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
942K 77.2K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...