TULIPS AND REGRETS

By SadGirlButEnjoy

895 670 402

Tentang Nika, gadis cantik yang berbeda, yakni ia istimewa dengan keterbatasan Tuna rungu wicara. Dunia yang... More

PROLOG
1. Tulip yang Layu
2. I'm curious about it
3. Dia Memanggilku 'Ruhi'
5. MEKAR
6. Tell Me

4. Abiprahaya

107 89 41
By SadGirlButEnjoy

"Jika bukan karena Tuhan-ku, maka hidup ini mungkin akan penuh dengan rasa mengeluhku. Tapi aku yakin, Tuhan membawaku sejauh ini bukan untuk menderita selamanya. Hidup memang harus dijalani dan bersama Tuhan-ku aku melangkah dengan tertatih sembari tersenyum. Bukankah benar bahwa hidup ini ujian?"

_Adipati Varsha Abiprahaya_

~Happy Reading~

"Bunda."

Suara lirih itu hampir tidak terdengar seiring jatuhnya air hujan. Pilu, selalu saja seperti itu luka duka selalu dibarengi dengan hujan.

"Bunda, Abi datang. Maaf bunda, Abi tidak sekuat yang bunda harapkan."

Pria dengan wajah yang masih terdapat bekas luka yang membiru, ia bersimpuh di depan batu nisan. Ia menunduk menahan sebuah cairan yang mambendung di pelupuk matanya. Tapi pertahannya runtuh, ia tidak mampu membendungnya. Air mata itu mengalir seiring air hujan yang kian membasahi wajahnya.

Suara tangisnya hampir tak terdengar, suara itu larut sahut menyahut dengan suara rintikan hujan.

Dingin, sepi dan lara menyatu menjadi sebuah cerita pilu dalam hujan deras di hari minggu ini.

"Bunda, kemana lagi Abi harus melangkah? Kemana lagi harus pergi agar rasa sakit ini usai? Bunda, darah ini tak kunjung berhenti menetes sejak kepergian bunda."

Adipati Varsha Abiprahaya, ia menyebut dirinya 'Abi' nama khusus dan nama istimewa dari sang ibunda untuk dirinya. Ia mendongak, menangadahkan wajahnya ke langit sambil menahan sesenggukan. Air hujan luruh semakin mengenai mukanya, rasanya sakit ketika tetesan demi tetesan air hujan mengenai wajahnya, namun sakit itu tidaklah sebanding dengan apa yang ada dipundaknya.

"BUNDAAA." Teriaknya, ia kembali menunduk menghadap ke bumi, berlutut sambil menahan tubuhnya yang hampir tumbang.

"Bunda, tolong katakan pada Tuhan, aku ingin berbaring dan tidur yang lama di dekat bunda. Tolong bunda, genggam tanganku dan elus lagi kepalaku."

Varsha Abiprahaya, pria yang orang kenal berwibawa, selalu tampak positif dan ceria. Sebenarnya ia begitu cengeng dan lemah ketika sudah di hadapan bundanya.

oOo

Plak

"Kamu mau memberontak sekarang? Ayah sudah bilang, hari minggu kamu harus ke perusahaan ayah. Kamu harus belajar bisnis sejak dini. Tapi kamu malah keluyuran."

Pria yang baru saja mendapatkan tamparan dan semprotan dari sang ayah tersebut, hanya mampu terdiam dan menatap tajam kearah sang ayah.

"Kamu jadi makin keras kepala sekarang." Tangan itu kembali terangkat untung melayangkan tamparan kepada sang putra, namun di tahan oleh seorang wanita paruh baya.

"Mas, sudahlah mending mas mandi abis itu kita makan malam, mas capek kan pulang kerja?"

"Ibu kenapa sok peduli sama gue? Ibu cari muka? Ibu masih aja mau berpura-pura?" Varsha mengernyit memutar bola mata malas. Rasanya ia begitu malas dirumah yang amat penuh drama. Kapan drama ini akan tamat?

"Jaga mulutmu Varsha, mana sopan santunmu? dia ibumu." Peringat Admathara, sang kepala keluarga yang kerap di sapa 'Tuan Tara' oleh para karyawannya.

"Tidak, Selamanya gak akan ada yang bisa menggantikan posisi bunda. Bunda Zira adalah satu-satunya ibu untuk gue." Sela Varsha dengan emosi dan wajah yang mulai memerah.

Varsha segera minggat dari rumah tersebut ia jalan keluar dengan emosi yang akan meledak.

"ADIPATI VARSHA ABIPRAHAYA" Varsha terus berjalan keluar rumah tanpa memperdulikan teriakan sang ayah. Ia lantas merampas helem yang baru saja ia simpan saat pulang tadi, bahkan helm itu masih basah terkena air hujan saat diperjalanan tadi.

"ARRGGHHH, DASAR ANAK SIALAN. KURANG AJAR." Admathara lantas menghempaskan sebuah gucci yang ada di ruang tamu, yang kebetulan sangat dekat dengannya. Suara gucci pecah itu lantas mengundang perhatian dari seorang pria muda yang ada dilantai dua rumah tersebut.

Pria tersebut hanya bersedekap dada menyaksikan perdebatan tadi. Ia lantas menyernyit dan berjalan memasuki kamar.

oOo

Disisi lain, disebuh rumah yang sederhana dengan penuh kehangatan terjadi perdebatan antara sang bunda dan anak sulung. Bukan perdebatan yang melibatkan emosi, melainkan perdebatan yang manja. Siapa lagi kalau bukan sikap manja dan menye-menye dari Sagara.

"Ihh...Bunda, Gara mager keluar. Diluar dingin abis hujan bunda, nanti kalau aku pilek gimana?"

"Terus kamu gak khawatir kalau adik kamu yang pilek?" Tanya

Sagara menggeleng, begitu santai raut wajahnya baikan menjawab pertanyaan sang bunda, sampai-sampai Bunda Nisa ingin menjewer rasanya.

"Sagara, bunda gak ngajarin gitu yah. Dimana rasa empatimu? Adik kamu keluar malam-malam gini, hujan-hujan gini demi kamu loh. Dia bela-belain keluar jalan kaki sendiri hanya karena stok susu ultramilk kamu habis. Dia tidak peduli dengan dirinya. Dia keluar bermodalkan payung tanpa pakai jaket, padahal diluar dingin banget. Biar apa katanya? Biar kamu gak merengek lagi sama bunda, biar kamu semangat buat konten."

Muka ditekuk dan bibir memonyong, Sagara hanya tertunduk mendengarkan perkataan sang bunda.

"Bunda belajar setiap hari, anak-anak bunda usia segini lagi menghadapi masalah apa? Lingkungan diluar seperti apa? Bagaimana menghadapi anak remaja yang mulai memberontak? Bagaimana mengenali dunia anak remaja yang sekarang lebih dekat dengan teknologi? Dan bagaimana melakukan pendekatan kepada anak usia kalian dan bunda belajar, apa yang harus bunda lakukan sekiranya anak bunda tetap merasakan kasih sayang tanpa harus merasakan tekanan.!"

"Bunda juga belajar setiap hari bahasa isyarat yang seperti apa Nika pelajari selama ia ditempat nenek, bunda tiap hari bertanya apa yang Nika lakukan dan pelajari selama ia berada di asrama, bunda lakuin itu semua agar anak-anak bunda tidak merasakan seperti apa yang bunda rasakan."

Sagara tetap menunduk dan mengangguk-anggukan kepala saja, pasalanya jika bunda sudah mengeluarkan kata yang amat panjang seperti ini, artinya bunda dalam mode serius bisa jadi akan lebih panjang lagi dari ini.

"Jadi-"

"Jadi, sekarang Gara keluar dulu yah bunda, mencari tuan putri. Ibunda ratu duduk aja dirumah bersantai, menonton sembari menunggu kedatangan tuan putri tersayang. Pangeran segera kembali untuk membawa tuan putri pulang."

Belum sempat bunda Nisa menyelesaikan perkataannya, sudah langsung dipotong oleh Sagara yang entah dari kapan raut wajahnya berubah derastis, ia menampilkan senyum lebarnya dan menuntun bunda duduk di sofa depan televisi.

"Kalau begitu Pangeran pamit dulu yah bunda. Assalamualaikum." Pamit Sagara, ia mencium punggu tangan sang bunda terlebih dahulu kemudian bergegas mengambil jaket.

"Waalaikumussalam. Hati-hati yah nak." Teriak bunda kala Sagara telah berlalu menuju ambang pintu utama rumah.

Sagara hanya keluar menggunakan jaket, tidak menggunakan payung sama sekali padahal rintik hujan masih ada. Tapi ia rasa rintikan seperti itu tidak membuatnya bayah kuyup. Ia juga hanya berjalan kaki, karena memang minimarket tidak terlalu jauh dari rumahnya. Ia berlari kecil mencari Nika di area yang tak jauh dari minimarket. Kemana anak itu? Membeli cemilan dan susu kotak saja harus selama itu? Bukan apa, pasalnya Nika keluar sudah terhitung setengah jam.

Sagara celingak-celinguk mencari di area jalan yang sering dilalui oleh pejalan kaki, tapi nihil, ia mencari di minimarketpun orangnya tidak ada. Ia mulai khawatir sekarang. Pantas saja bunda bisa ceramah sepanjang itu.

"Mana sih itu anak? Gak mungkin nyasar kan? Orang dia udah 2 bulan disini masa nyasar sih. Kan dah sering keluar ke mini market. Dasar, merepotkan saja." Sagara sudah mulai bermonolog sendiri. Ia kessal sekarang.

"Sial, gue khawatir." Sagara mulai mondar-mandir harus kemana ia mencari? Mulut mulai komat-kamit dan kepala yang celingak-celinguk.

Sekitar 3 menit ia mondar mandir di depan mini market, akhirnya ia menghela nafas lega saat dari kejauhan ia melihat Nika yang akan menyebrangi jalan. Dari mana anak itu sampai menyebrangi jalan? Sagara lantas berlari kecil dan melambaikan tangan agar Nika mampu melihatnya.

Nika menyipitkan matanya, saat ia tahu bahwa orang yang melambai tersebut adalah abangnya, ia kemudian tersenyum dan balik melambai ke arah Sagara menyisyaratkan bahwa ia mengenalinya.

Sagara kemudian menyisyaratkan kepada Nika agar melihat kiri dan kanan terlabih dahulu sebelum menyebrang.

Merasa jalanan sudah sepi dan pengendara sudah tidak berlalu-lalang, Nika lantas menyebrangi jalan dengan senyum merekah, payung ditangan kanan dan sebuah kresek ditangan kiri.

Sagara berdiri dan menunggu Nika diseberang sana. Namun saat Nika sudah berjalan di tengah, ia menoleh ke kanan dan ia melihat ada motor yang melaju dengan kecepatan tinggi. Dan motor itu semakin mendekat, motor itu mengklakson berulang kali saat sang pengendara menyadari ada seseorang menyebrang di depan.

Sagara lantas melambai cepat dan berulang-ulang menyisyaratkan kepada Nika bahwa ada motor yang melaju kearahnya. Namun apalah daya, ia sama sekali tidak menyadari dan telinga yang tidak mampu mendengar isyarat suara klakson.

"NIKA AWAS." Teriak Sagara dan segera mengangkat kaki untuk berlari.

Brraak

Baru selangkah kaki itu melangkah. Telat, Sagara tidak mampu mencegahnya. Ia menutup mata dan terperanjat. Ia terhenyak kala mendengar suara mengerikan itu.

Ia kemudian membuka mata perlahan, objek pertama yang ia lihat adalah payung dan kresek yang sudah tergeletak dan berhambur dijalan tersebut.

"RUHANIKA."

~TO BE CONTINUED~

Hallo.
Gantung yah?
Jangan lupa vote and comment.
Typo? Tandain yah biar bisa direvisi
Makasih semuanya sehat dan bahagia selalu yah.
Sayang kalian.

Makassar, 5 Desember 2023

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 115K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
2.7M 272K 63
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
479K 52.6K 23
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
3.4M 278K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...