My Daddy My Husband

Da LalapanFlashback

1.3M 40.9K 3.4K

Bagaimana jadinya jika seorang gadis menikah dengan ayahnya? Tidak, bukan ayah kandung tetapi ayah angkat. Be... Altro

AG » 1
AG » 2
AG » 3
AG » 4
AG » 5
AG » 6
AG » 7
AG » 9
AG » 10
AG » 11
AG » 12
AG » 13
AG » 14
AG » 15
AG » 16
AG » 17
AG » 18
AG » 19
AG » 20
AG » 21 ‼️
AG » 22
AG » 23
AG » 24
AG » 25 ‼️
AG » 26
AG » 27
AG » 28
AG » 29
AG » 30
AG » 31
AG » 32
AG » 33
AG » 34
AG » 35
AG » 36
AG » 37
AG » 38

AG » 8

38.4K 1.1K 28
Da LalapanFlashback

Hii Reyalaa!!!😍💫🌷

Jangan lupe vote yaaw!!

Komen sebanyak-banyaknya!!

100 vote or 50 komen aja dehh buat nextt part!!!

Happy Reading!!!🌷💫😍

Yang namanya kehidupan, kadang merasakan bahagia dan kadang juga merasakan kesedihan. Hidup itu tidak terus-menerus tentang kebahagiaan tetapi juga tentang kesedihan.

Benar yang dikatakan orang-orang, jika hidup itu simpel hanya perlu mengikuti alur yang diberikan oleh Tuhan tetapi, hidup itu tidak mudah dibalik mengikuti alur, ada banyak rintangan yang harus dilalui. Kadang bisa melaluinya dengan mudah kadang juga sangat sulit untuk dilalui.

Hidup itu perlu perjuangan untuk hasil yang memuaskan.

Sama seperti hidup Arsaka yang tidak terus-menerus tentang kebahagiaan. Hidupnya juga tentang kesedihan, dimana kesedihan itu ia dapatkan ketika melihat salah satu orang yang berharga dalam hidupnya sudah tiada lagi didunia ini.

Hal yang selalu membuatnya tenggelam dalam kesedihan, dan sangat sulit untuk dilupakan jika tidak bersama anak angkatnya.

Giya, hanya gadis itu yang bisa menghilangkan rasa rindunya dengan seseorang yang sangat ia rindukan keberadaannya.

Kehilangan seorang ayah, Arsaka tidak pernah menyangka jika sesuatu yang ia takuti sejak kecil terjadi pada dirinya. Kehilangan ayah kandungnya sejak umur 18 tahun membuat dirinya seperti sekarang.

Arsaka tidak sebahagia itu, Arsaka hanya menutupinya saja. Kehidupannya tidak selalu bahagia, tetapi dibalik itu semua ada Arsaka yang selalu rindu dengan ayah kandungnya, rindu dengan kasih sayang dan juga canda tawa ketika bersama ayahnya itu.

Inilah salah satu alasan kenapa Arsaka mau menjadikan Giya sebagai anak angkatnya. Ia tidak mau Giya merasakan kehilangan kasih sayang seorang ayah seperti dirinya, walaupun cowok itu tau jika rasa sayang seorang ayah jelas berbeda.

Terlalu tenggelam dengan lamunannya hingga tidak sadar jika ada seseorang yang datang mengagetkan dirinya.

"Woiiyy!!"

Arsaka menoleh kearah seseorang itu, yang ternyata adalah Alsega yang tiba-tiba datang kerumahnya. Mengagetkan Arsaka dengan tiba-tiba dan juga masuk kedalam mansion Arsaka tanpa permisi.

"Ngapain lo kesini?" tanya Arsaka dengan datar.

"Penting browhh tentang Alcatraz!" jawab Alsega kemudian duduk dihadapan Arsaka.

"Kenapa mereka?" tanya Arsaka menaikkan sebelah alisnya.

"Bentar, bentar, tenggorokan gue haus nih kayaknya perlu minuman biar nggak dehidrasi," Alsega mengkode sang tuan rumah.

"Bacot gue ngerti!" sahut Arsaka.

Cowok itu beranjak menuju dapur, sedangkan Alsega tertawa puas melihatnya, kapan lagi ia dapat memperbudak Arsaka jika bukan sekarang? Karena Alsega sedang berada dimansion Arsaka.

Tidak membutuhkan waktu lama, si tuan rumah datang membawa dua kaleng soda dengan beberapa cemilan diatas nampan. Arsaka meletakkan nampan yang ia bawa diatas meja.

Alsega menatap binar isi nampan itu, ia mengambil minuman tersebut lalu membukanya dan meminumnya.

"Alcatraz kenapa?" tanya Arsaka masih kepo dengan perkataan Alsega.

"Ketuanya, Leonatan ngajak lo balapan!" Alsega memberitahu tujuannya datang kesini.

"Kapan?" tanya Arsaka begitu tenang.

"Malem ini, gue tadi dapet sms dari orang nggak dikenal terus bilang kalau ketua Alcatraz mau ngajak lo balapan, gue tebak dia sih anggota Alcatraz," jelas Alsega.

"Dapet apa gue?" tanya Arsaka lagi.

"Dia bakalan ngasih apa yang lo mau!" jawab Alsega sambil mengunyah snack yang dibawa tadi oleh Arsaka.

Arsaka menarik sudut bibirnya, membentuk senyuman yang tampak menyeramkan dimata Alsega. "Right?"

"Right!" jawab Alsega hingga matanya tertuju pada satu arah.

Dari arah tangga, dua gadis cantik sedang menuruni tangga sambil tertawa. Melihat itu Alsega menjadi kagum melihatnya, cowok itu terpesona melihat dua gadis itu.

Arsaka yang mengetahui itu, menggeplak kepala temannya itu. "Kebiasaan lo!"

"Anjing sakit woi!" pekik Alsega sambil mengusap-usap kepalanya yang terasa nyut-nyutan akibat ulah Arsaka.

"Yang disamping Giya itu siapa, Ar?" tanya Alsega berbisik mendekatkan dirinya kearah Arsaka.

"Sahabatnya Giya." jawab Arsaka memutar bola matanya malas.

"Cantik euyy, gue ajak kenalan ahh!" celetuk Alsega dengan semangat.

"Dadd!" panggil Giya yang kini sudah sampai dilantai bawah bersama Una disampingnya.

Gadis cantik yang sangat jujur dan tak tau malu itu, kini sedang berkunjung ke mansion Arsaka. Atas dasar suruhan Giya yang katanya ingin belajar melukis dengan Una, karena gadis itu pintar melukis. Walaupun gadis itu barbar setidaknya dia memiliki bakat terpendam.

"Giya mau anterin Una ke depan gerbang, katanya dia mau pulang!" ujar Giya

"Silahkan, Una pulangnya sama siapa?" tanya Arsaka menaikkan sebelah alisnya.

"Nanti dijemput sama abang, kak." jawab Una tersenyum ramah.

Giya membulatkan matanya saat mendengar panggilan Una kepada ayah angkatnya, apa tadi 'kak'? Ini seriusan? Tapi nggak heran juga karena Una adalah tipe orang yang barbar.

Giya menyeret tangan Una agar mengikutinya keluar, sedangkan gadis itu sedang kesemsem dengan cowok yang bersama Arsaka, yang tak lain adalah Alsega.

"Katanya mau kenalan," ejek Arsaka menggelengkan kepalanya.

"Nggak berani gue." sahut Alsega menyengir.

"Ck, samperin gih!" suruh Arsaka.

Alsega mengerjapkan matanya, tangannya terangkat menunjuk kearah pintu keluar. "Samperin?"

Arsaka mendorong bahu temannya itu. "Cepet bego! Siapa tau dia nggak dijemput,"

"Semangat friendly!" seru Arsaka saat melihat Alsega berlari berniat menghampiri Una.

*****

"Gila Na! Kesambet apa lo manggil daddy gue pake kak?" tanya Giya tak habis pikir.

"Nggak kesambet apa-apa kok." jawab Una menggeleng pelan.

"Tapi dia daddy gue Na, harusnya lo panggil om bukan kak!" Mereka berjalan beriringan menuju gerbang mansion Giya.

"Ngeliat muka daddy lo yang tampan paripurna buat gue nggak tega manggil om tau!" Una membayangkan betapa tampannya wajah Arsaka.

"Lebih pantes dipanggil kak!" sambung gadis itu.

Giya memutar bola matanya malas, memang jika soal cowok ganteng Una itu ibaratkan Yamaha, semakin di depan!

"Anw, yang tadi itu siapa Giy? Ganteng juga ya sebelas duabelas sama kak Arsaka!" celetuk Una begitu mengingat cowok tampan yang berada disamping Arsaka tadi.

"Namanya kak Alse, temen sekelas daddy waktu SMA!" sahut Giya.

"Nahh lo aja manggil dia dengan sebutan kak, masa gue manggil daddy lo dengan sebutan om? Kan, sekolahnya barengan!" ujar Una protes.

Giya menyengir mendengarnya, membuat Una menoyor kepala temannya itu dengan kesal.

Hingga, mereka sampai digerbang yang kini dijaga oleh pak Bobi selaku scurity yang bekerja disana. Namanya hampir sama dengan supir dirumah Giya yang tak lain adalah pak Obi, mereka itu kembar dan kebetulan juga mereka bekerja ditempat yang sama.

Pak Bobi membukakan gerbang yang menjulang tinggi itu dengan menggesernya kesamping hingga jalanan diluar sana terlihat jelas. Mereka berdua keluar, tetapi kakak kandung Una belum datang menjemput Una.

"Kok abang nggak jemput gue ya?" gumam Una bertanya-tanya.

Giya menoleh ke kanan dan ke kiri, tidak ada motor yang biasanya digunakan oleh kakak kandung Una untuk menjemput gadis itu.

"Apa gue suruh daddy aja yang anter lo?" tawar Giya.

Suara klakson mobil dari belakang membuat mereka terkejut, kedua gadis itu menoleh kearah sumber suara. Terdapat sebuah mobil sport berwarna hitam yang melaju kearah mereka, kemudian berhenti tepat disamping mereka berdua berada hingga sang pemilik menurunkan kaca mobilnya.

"Lagi ngapain Giy?" tanya Alsega berbasa-basi.

Cowok itu Alsega yang berniat berkenalan dengan Una, yang kini malah merasa takut untuk berbicara dengan gadis itu.

"Ini lagi nungguin abangnya Una kak Alse! Tapi belum dateng," jawab Giya.

Terlintas sebuah ide dibenak Giya, gadis itu tersenyum sambil menatap kearah Una dan juga Alsega bergantian.

"Emm Kak Alse bisa tolong anterin temen Giya nggak?" tanya Giya meminta bantuan dengan tatapan memelas.

Tentu saja Una terkejut mendengar itu, sial temannya ini memang benar-benar tidak bisa ditebak kelakuannya. Apalagi Alsega cowok itu sedikit terkejut, tetapi ada rasa senang juga ia jadi berkenalan dengan gadis manis yang berada disamping Giya.

"Boleh, ayo naik!" Alsega menatap Una yang kini malah menunduk malu.

Giya menahan tawanya melihat Una yang tiba-tiba seperti ini. Gadis itu membuka pintu mobil Alsega, ia menarik tangan Una agar masuk kedalam mobil tersebut.

Una menatap Giya dengan wajah kesalnya, tatapan permusuhan Una layangkan kepada temannya itu. Kemudian membuka mulutnya sambil memberi peringatan kepada Giya tanpa suara.

"Hati-hati ya kalian berdua, kak Alse jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya!" peringat Giya tersenyum manis.

"Siap Giy, gue pamit!" Alsega melajukan mobilnya meninggalkan mansion Arsaka

Giya terkikik geli mengingat wajah lucu sahabatnya itu. Dirinya puas melihat Una yang malu-malu ketika ia mengerjai gadis itu.

Gadis itu kemudian berbalik, berjalan masuk kedalam mansion mewah itu. Giya menyapa pak Bobi yang sedang asik meminum kopinya.

"Halo Pak Bobi!" sapa Giya dengan riang.

Hampir Pak Bobi tersedak karena dikejutkan oleh Giya, sedangkan gadis itu malah tertawa lucu melihat Pak Bobi.

"Aduh neng Giya bikin bapak terkejut aja!" ucap Pak Bobi mengelus dadanya.

"Maaf pak, Giya nggak sengaja dikit!" sahut Giya menyengir.

Pak Bobi menatap Giya datar begitu mendengar ucapan anak angkat dari majikannya itu. "Harus isi dikitnya neng?"

Giya mengangguk sambil menyengir. "Udah ya pak Giya mau masuk dulu papaii!"

Giya berlari kecil, membuat Pak Bobi menggelengkan kepalanya heran. Gadis itu seperti anak kecil, tetapi umurnya sudah remaja.

*****

Arsaka menoleh begitu mendengar pintu dibuka, terdapat Giya yang cekikikan berjalan kearahnya. Cowok itu menjadi heran sendiri melihat itu.

"Kenapa sih? Ada yang lucu?" tanya Giya menatap Giya heran.

Giya duduk dihadapan Arsaka yang duduk disofa. "Tadi Giya nyuruh kak Alse buat anterin Una, mukanya Una lucu karena Giya jahilin, terus tadi Giya nyapa pak Bobi yang lagi minum kopi, dia terkejut hampir tersedak gara-gara Giya yang dateng tiba-tiba!"

Arsaka terkekeh mendengar cerita gadis kecilnya itu, ia beranjak duduk disamping Giya.

"Jahil banget ya!" ledek Arsaka menjawil hidung mancung Giya gemas.

"Gapapa sekali-sekali!" celetuk Giya menampilkan deretan gigi putihnya.

Cowok itu menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Nanti malem daddy ada urusan, Giya nggak papa sendirian dirumah?"

Giya mendengar itu sedikit terkejut, gadis itu kemudian menggeleng. "Nggak papa, Giya bisa jaga diri kok!"

"Tapi daddy nggak yakin," sahut Arsaka khawatir meninggalkan gadis itu sendirian dimansion.

"Atau gini aja, nanti Giya suruh Una dateng kesini buat nginep disini!" usul Arsaka menatap anak angkatnya itu.

"Kenapa nggak dari tadi aja dadd? Kan, sekalian Una nggak usah pulang tadi," ujar Giya.

Arsaka tersenyum miring mendengar itu, ia mendekat kearah Giya merangkul pinggang gadis itu. "Nanti daddy nggak bisa main dong sama Giya kalo Una nggak pulang!"

Giya terkejut mendengar itu, sial sepertinya ia salah bicara tadi. Dirinya menjadi gugup saat merasakan tangan kekar Arsaka yang mengusap lembut pinggangnya. Apalagi melihat tatapan Arsaka yang menatapnya seolah-olah ingin memakan dirinya.

Arsaka terkekeh gemas merasakan tubuh Giya menegang karenanya, cowok itu menarik dagu Giya agar menghadap kearahnya.

Cowok itu mendekatkan wajahnya ke wajah Giya, Arsaka mencium bibir mungil anak angkatnya itu kemudian menggigitnya gemas. Menyesapnya sebentar, lalu terakhir mengecupnya sebelum kembali menjauhkan wajahnya dengan senyuman manis diwajahnya.

"Nggak mau lama-lama nanti kebablasan!" celetuk Arsaka sebelum memeluk Giya dari samping.

"Ihh apa sih?" Giya berbicara dengan gugup.

"Udah, gausah tegang gitu! Bukan pertama kalinya juga, malah udah berkali-kali!" Arsaka tertawa geli melihat wajah Giya.

Giya menoleh begitu mendengar perkataan Arsaka, sial cowok itu bisa-bisanya mengingatkan dirinya tentang semua yang pernah mereka lakukan.

"Udah, udah! Sini peluk jangan diinget!" Arsaka mendekap erat tubuh mungil Giya.

"Kan Daddy yang ngingetin!" celetuk Giya dengan kesal.

"Maaf sayang maaf!" sahut Arsaka berniat menggodanya.

"Geli!" pekik Giya membuat Arsaka tertawa.

"Lucu banget sihh!!"

—tbc—

Hi gengss!!

Lala udah up yauu!!

Spam komen sama vote!!

Agak awkskgskjsh sama part ini Arsaka bikin Lala baper parahh😭

Mau liat Arsaka balap gasiee?? Tunggu di part selanjutnya yauu!!

Gila nggak bisa ngebayangin kalo Arsaka balap sama ketua geng motor huhuuu.

Gasabarrr!!! Spam coba yang ga sabar nunggu Arsaka balap!

See youu gess and papaii!!!

Continua a leggere

Ti piacerà anche

1.6M 112K 39
Sudah terbit di 𝐓𝐞𝐨𝐫𝐢 𝐊𝐚𝐭𝐚 𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐬𝐡𝐢𝐧𝐠 𝗦𝗲𝗯𝗮𝗴𝗶𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗯 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗱𝗶𝗵𝗮𝗽𝘂𝘀. 𝗛𝗮𝗿𝗮𝗽 𝗺𝗮𝗸𝗹𝘂𝗺! ***** Florence...
6.7K 429 11
Cerita full di Karyakarsa By Fit Tree Fitri Michael Hardianto, pria keturunan Tionghoa dan menjadi orang terkaya di Indonesia terlahir sempurna denga...
28K 1.7K 24
Judul awal : My Teacher - "Bapak mau gak jadi pacar saya?" "...." "Yaelah, Pak, jawab napa," Seorang Audrey biangkerok sekolah jatuh cinta pada guru...
22.6K 2.1K 42
Gadis cantik bernama Min Lyra (23tahun) mengalami kecelakaan dan membuatnya mengalami amnesi dan menjadi istri CEO tampan. Dengan meninggalkan kekasi...