Boyfriend With Benefits

By xerniy

193K 2.3K 82

[21+] Asmara Senjani hanya ingin lulus kuliah tepat waktu lalu bekerja demi menghidupi adik semata wayang dan... More

Chapter 1 : Belas Kasih
Chapter 2 : Kesepakatan
Chapter 3 : Derita Si Kuno
Chapter 4 : Kencan Pertama
Chapter 5 : First Kiss
Chapter 6 : Peduli Apa?
Chapter 7 : Penculik
Chapter 8 : Bohong
Chapter 9 : Lebih Jauh
Chapter 10 : Satu Kasur
Chapter 11 : Berlindung
Chapter 12 : Perhatian Kecil
Chapter 14 : Terjebak
Chapter 15 : I Will Protect You

Chapter 13 : Jatuh Hati?

6.6K 130 1
By xerniy

Jangan lupa vote dan komen yaaaa

Asmara menunduk malu sepanjang Arven menggendongnya menuju ruang tamu, sebab untuk sampai di sini mereka harus melewati beberapa ruangan yang terdapat pelayan.

Setibanya lelaki berparas tampan itu menurunkan tubuhnya pelan-pelan ke sofa empuk berbentuk bundar, Asmara menagih ucapan Arven barusan.

"Jadi kejutannya apa ya pak Mara keburu penasaran," Sambil menatap kagum sekeliling karena dia belum pernah melihat rumah semewah ini.

"Bentar dah gue ambilkan," Arven berjalan ke dekat jendela lalu kembali membawa sebuah kotak mini transparan. "Nih liat, gue coba pelihara hewan menjijikan macam punya lo."

"Kelomang?" Dan Asmara terheran mendapati isi kotak itu namun satu sudut bibirnya tertarik kecil. Arven duduk di sampingnya memangku kotak tersebut.

"Iya, gue pelihara kelomang."

"Ihhh, lucu banget Mara juga bawa Abdul, gabung sama punya Mara ya, Pak," pintanya.

"Boleh. Biar dia punya geng."

Asmara tampak sumringah terutama saat Arven membuka kotaknya, kelomang berukuran besar sedang memakan seiris kentang dan terhitung pria itu memelihara... lima ekor?!

Banyak sekali.

Mengangguk senang Asmara mengeluarkan Abdul dari toples mini yang dia bawa dalam tas.

Dimasukkannya kelomang berwarna merah muda miliknya ke dalam kotak mini bergabung bersama kelomang Arven, Abdul langsung keluar cangkang.

"Akhirnya Abdul punya banyak teman baru... Jadi nggak akan kesepian terus," kata Asmara ceria lalu menatap Arven. "Tapi katanya bapak jijik kenapa sekarang malah dipelihara? Banyak banget lagii."

"Suka-suka gue dong ngapa dah lo atur-atur." Dan lelaki itu hanya menggidik acuh.

Asmara tersenyum karena dia pikir Arven mungkin gengsi mengakui bahwa kelomang memang hewan yang lucu.

Entahlah andai Asmara tahu bahwa Arven sengaja memelihara kelomang agar bisa menahannya untuk mampir ke rumah.

Asmara meletakkan kelomang di karpet berbulu tebal nan halus sementara Arven pergi keluar kamar, tanpa lama pria itu kembali membawa sebuah nampan berisikan minuman. Asmara terkejut, rupanya Arven seffort itu menyuguhkan minuman untuknya tanpa meminta bantuan pelayan.

"Lo udah sarapan?" tanyanya meletakkan nampan di meja.

"Udah kok."

"Sarapan apa?"

"Ikan asin campur kecap."

Sontak mata Arven terpaku pada tubuhnya, pantas Asmara terlihat kurus makanannya saja kurang bergizi begitu.

Arven menghela napas, dia ikutan duduk di samping Asmara.

Asmara kaget menyadari jarak mereka tipis sekali, bahkan Arven dengan sengaja menangkup pipinya lalu mengecup bibirnya tanpa izin.

Mata Asmara melebar serta tubuhnya membeku. "Pak."

"Udah gue bilang tiap kita ketemu gue ngerasa kurang sebelum nyium bibir lo." Arven menjawab enteng.

Asmara menunduk tanpa bisa ditahan wajahnya memerah, "Artinya bapak udah melanggar kesepakatan kita. Pihak kedua nggak boleh nyentuh pihak pertama secara berlebihan."

"Lo ngerti kalimatnya? Pihak kedua, berarti lo yang nggak boleh nyentuh gue sedangkan gue... bebas nyentuh lo asal itu nggak nyakitin," sahut Arven menjelaskan. "Gue nyium lo tadi rasanya sakit nggak?"

"Enggak." Asmara menggeleng jujur. Dia pun menyesal kenapa baru mengerti arti poin perjanjian itu.

Berarti entah berapa lama ke depan, dia tidak mungkin melarang Arven menciumnya kan? Astaga!

Dia pun heran belakangan ini tingkah Arven melembut, sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat yaitu tidak segalak saat mereka pertama kali bertemu.

"Lo pengen makan yang lain?" tanya Arven bersandar punggung ke badan sofa.

"Makan apa? Mara udah kenyang kok. Tadi juga makan kue buatan aku."

"Ya makan apa kek minta sama gue, biar gue belikan banyak-banyak tinggal sebutin, burger? Pizza? Kentang goreng? Yang mana?"

"Eh?" Dia bingung kenapa Arven malah maksa. "Mara kenyang tau, Pak."

"Yaudah gue belikan pizza sama kentang goreng, lo belum pernah makan pizza, kan? Nggak usah malu-malu gue yakin lo pasti suka." Menjangkau ponselnya di atas sofa Arven tersenyum kemudian membuka aplikasi Gofood guna memesan.

"Nyokap gue juga nggak bakal marah cuman liat gue belikan lo makanan doang, lagian belinya pakai duit gue," lanjutnya meyakinkan membuat Asmara tersenyum haru.

"Pernah kok makan pizza. Tapi udah lama banget jadi Mara lupa rasanya gimana. Makasih yaa."

"Belum nyampe pesanannya pake makasih duluan." Ia heran dengan tingkah Asmara yang terlalu baik.

Coba katakan bagaimana Asmara tidak terus-terusan berterima kasih jika Arven sepeduli ini?

"Mara tuh bingung sebenarnya pak Arven kenapa nggak dari dulu begini."

"Emang dulu gue kenapa?" Kening Arven mengerut dalam.

"Galak."

Spontan saja tangannya langsung menarik gemas kepang Asmara.

"Aduhh," ringis gadis itu.

Gemas sekali sebab baru pertama kali dia mendengar seorang gadis mengatainya galak. Karena biasanya yang keluar dari mulut mereka adalah Arven tampan, menawan, berwibawa dan masih banyak lagi pujian lain.

Baiklah demi membuktikan seberapa lugu sang pacar kontrak Arven menanggalkan kaosnya menampilkan otot-ototnya di bagian lengan kanan yang terdapat tato.

Detik berikutnya Asmara terpaku mendapati Arven tiba-tiba bertelanjang dada menampilkan lengan kekar berotot serta perut yang kotak semacam roti sobek.

"Eumhh... Pak Arven..."

Arven masih menunggu bagaimana reaksi Asmara melihat tubuhnya, apakah gadis itu akan tersipu kemudian meminta izin untuk menyentuhnya semacam kucing kebelet kawin?

Ayoo... buat gue salah udah ngira lo polos banget bocah.

Asmara membuang napas, dia tidak sepolos yang Arven kira karena dia pernah melihat foto artis K-Pop milik Ulfa tanpa mengenakan baju.

"Ngapain bapak buka baju?"

"Mumpung kita cuma berduaan lo nggak pengen nyentuh gue?" Ck sial, reaksi Asmara kenapa malah di luar nalar?

"Buat? Bilang aja bapak suka pamer otot kan hayooo. Nggak ada gunanya atuh Mara nyentuh badan bapak. Ayo bajunya dipakai lagi." Bahkan dengan santai gadis itu mengambil kaosnya membantu dia memakai.

Arven merutuk dalam hati. Sial, ia merasa harga dirinya jatuh dicengin oleh gadis ini. "Lo bawel makanya gue galakin...coba jadi cewek normal dikit kek."

Apanya yang normal? Arven ini aneh-aneh saja.

Lalu kenapa pria itu terlihat kesal setelah diminta memakai kaosnya kembali? Sepertinya Arven sedang kepanasan.

"Yaudah AC-nya turunin aja supaya suhu kamarnya dingin." Asmara memberi saran.

"Ngapa jadi AC dah?"

"Pak Arven tadi kepanasan, kan?"

Ck. Gadis berkepang ini benar-benar membuatnya gemas.

"Iya, gue panas banget liat lo diem mulu pas gue buka baju."

"Emang Mara mesti ngapain?" tanyanya dan Arven tersenyum smirk.

"Sentuh gue."

Asmara tergelak, "Eh? Barusan pak Arven bilang nggak boleh sesuai isi perjanjian kita."

"Sekarang boleh."

Kerjapan lugunya seolah mengatakan bahwa Asmara kurang mengerti.

"Iya, sekarang lo boleh nyentuh gue itu perintahnya, lakuin."

Asmara masih terdiam ragu. Sebuah perintah berarti memang harus dia lakukan sekarang juga.

"Cepet Mara."

"Pak Arven mau—"

"Dimana aja terserah. Bebas, hari ini gue serahin tubuh gue buat lo." Pria itu memberi petunjuk.

Alhasil pilihan Asmara jatuh menyentuh dada Arven karena itu satu-satunya bagian tubuh yang terbuka setelah Arven memakai baju.

Membelainya lembut sela demi sela Arven memejam mata sebab sentuhan Asmara nyaris membuatnya terlena terutama saat sentuhan itu naik ke leher.

Demi Tuhan, Arven sangat mendamba benda kenyal di hadapannya maka ia pun menarik tangan Asmara hingga wajah mereka mendekat dan bibir mereka menempel.

Melumat pelan bibir gadis itu bahkan lidahnya mendesak masuk lebih jauh.

Asmara pasrah, dia membuka bibir menyambut pagutan Arven yang sangat lembut saat menjelajah mulutnya dan menikmati ciuman mereka.

Namun tiba-tiba..

"Ma-maaf, Tuan. Pesanannya sudah datang."

Asmara lekas mengurai bibir mereka tapi Arven tampak belum terima.

Sambil berusaha menormalkan napasnya mereka sama-sama menoleh terkejut saat pelayan pria berdiri di ambang pintu.

Arven segera berdiri menghampiri, sedangkan Asmara menunduk malu karena ini kedua kalinya mereka terciduk melakukan hal tidak senonoh.

"Lain kali ketuk dulu pintunya kalo belum siap gue pecat!" tegur Arven pada sang pelayan.

"Saya minta maaf Tuan." Pelayan itu menunduk ketakutan lalu pamit. "Saya permisi."

Menatap sengit pelayan itu tetapi untuknya seketika tatapan Arven berubah lembut. Setelah menutup pintu, dia kembali duduk meletakan banyak sekali makanan.

Yaitu pizza berukuran sedang serta kentang goreng, ada juga berbagai jus buah.

"Banyak bangett siapa yang bakal habisin semua, Pak?"

"Ya elo. Seandainya lo nggak habis bakal gue pecat dari kafe."

"Ish, gitu amat." Asmara manyun tak terima.

"Gue bercanda siput." Dan Arven terbahak melihat betapa piasnya wajah gadis ini.

Usai memasukkan kelomangnya yang sedari tadi teracuhkan ke dalam kotak barulah mereka memulai sesi makan. Asmara lebih dulu ingin mencoba kentang goreng dan eumhh rasanya benar-benar enak.

Arven jahil, dia menghabiskan separuh kentang di bibir Asmara sebelum gadis itu mengunyah semua.

Asmara tersenyum simpul, mencocol kentangnya ke saus tapi Arven jahil lagi menarik tangannya lalu memakan kentang itu.

"Peka dong," kata Arven.

Pria tampan ini pasti minta suapi.

Maka dengan senang hati Asmara cocol kentang baru ke saos lalu menyuapkannya ke mulut Arven.

"Aaa."

"Thanks."

Arven mengusap lembut rambut Asmara sambil mengunyah. "Enak nggak?"

"Enak. Jarang banget Mara makan-makanan mahal kayak begini... biasanya cuman telur, mie, sama ikan asin." Jawabnya diakhiri cengiran.

Namun Arven yang mendengar langsung merasa iba, dia mesti banyak bersyukur.

"Lo nggak suka sayur?"

"Suka, biasanya Mara bikin sayur bening sama tumis kangkung."

Arven mengangguk mengerti.

"Diapain?" tanyanya melihat Asmara malah membungkus ulang sisa kentang goreng tadi.

"Mau bungkus buat Nadin boleh ya, Pak? Banyak banget juga aku mana mungkin habis sendiri."

"Nggak! Kita beli yang baru aja pas gue anter lo pulang. Taruh balik," Arven mencegat. Bukan dia pelit hanya dia tidak ingin Asmara membawa sisa makanan dari rumahnya.

Cengiran Asmara melebar lalu dia menggaruk pipi canggung, membuka kembali bungkus kentangnya dan meletakkan isinya ke piring.

Namun Arven terenyuh menyadari Asmara selalu mengingat Nadin dimanapun  menggambarkan betapa Asmara adalah sosok kakak yang baik.

"Oh yaa, malam ini ada pesta di hotel dan tamu-tamunya adalah rekan bisnis bokap, lo harus ikut sebagai pacar gue."

"Siap, bos!" Asmara mengacungkan jempol mungilnya kemudian menyeruput jus leci.

"Good girl," Mengacak gemas rambut Asmara entah kenapa Arven merasa dia mulai sayang terhadap gadis ini.

Atau... dia sudah jatuh hati?

***

Bersambung....

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 289K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
1.2M 58.3K 67
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
241K 19.1K 33
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini ⚠️⛔ Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. 🔞⚠️. ...
826K 127K 45
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...