My Daddy My Husband

By LalapanFlashback

1.3M 40.8K 3.4K

Bagaimana jadinya jika seorang gadis menikah dengan ayahnya? Tidak, bukan ayah kandung tetapi ayah angkat. Be... More

AG » 1
AG » 2
AG » 3
AG » 4
AG » 6
AG » 7
AG » 8
AG » 9
AG » 10
AG » 11
AG » 12
AG » 13
AG » 14
AG » 15
AG » 16
AG » 17
AG » 18
AG » 19
AG » 20
AG » 21 ‼️
AG » 22
AG » 23
AG » 24
AG » 25 ‼️
AG » 26
AG » 27
AG » 28
AG » 29
AG » 30
AG » 31
AG » 32
AG » 33
AG » 34
AG » 35
AG » 36
AG » 37
AG » 38

AG » 5

53.7K 1.4K 4
By LalapanFlashback

Hii Reyalaa!🌷💫

Siapa nih yg udh ngga sabar baca kelanjutan mereka??

Spam komen buat next part yaww!! Disetiap paragraf!!

Kalo ada yg typo tandain! Lala nggak sempet koreksi hihi!!

Happy Reading!! :)

Akhir-akhir ini, Arsaka dan kedua temannya sering sekali kumpul bareng. Seperti sekarang mereka bertiga sedang berada dirumah Arsaka, ditemani dengan segelas kopi dan juga beberapa camilan diatas meja bundar yang berada diruang tamu.

"Dia kembali, Ar!"

Penuturan itu membuat Arsano dan juga Arsaka menoleh kearah Alsega yang berbicara barusan.

"Dia nggak selemah dulu, sekarang dia kuat bahkan anak buahnya banyak sekarang!" lanjut Alsega.

"Gue tau, kemarin orang suruhan gue nelpon dia juga bilang begitu." sahut Arsaka memberitahu.

"Kekalahan dua tahun lalu nggak bikin dia kapok," ujar Alsega.

Arsano meminum kopinya, cowok itu menatap Arsaka dan juga Alsega secara bergantian. "Apa yang akan terjadi kedepannya?"

Pertanyaan itu membuat Arsaka terdiam, otaknya berputar memikirkan ucapan Arsano. Bahaya, itulah yang terlintas dibenak cowok tampan itu.

"Tetep jaga-jaga aja, dia lebih bahaya daripada dulu apapun pasti bakalan dilakuin buat bikin kita hancur!" Arsaka meletakkan kopinya.

"Terutama lo, Ar! Terlebih lagi dia tau kalau lo punya Giya!" ujar Alsega.

Arsaka terdiam mendengar itu, benar yang dikatakan Alsega. Mulai saat ini cowok itu harus semakin ketat menjaga Giya, mengingat seseorang itu yang akan berbuat nekat demi kemauannya.

Alsega meminum kopinya, cowok itu berdecak kesal saat merasakan kopinya yang tidak lagi hangat seperti tadi, melainkan sudah dingin.

"Ck, kopi lo kenapa dingin sih anjing!" umpat Alsega dengan kesal.

Arsano malah tertawa mendengarnya, cowok itu menepuk bahu sahabatnya dari mereka SMA. "Kopinya nggak salah kalau dia dingin! Dia pernah hangat tapi lo diemin!"

"Right!" Arsaka refleks menoleh kearah Arsano mendengar kata-kata cowok itu.

"Ehh Ar!" panggil Alsega mengabaikan kopinya yang dingin itu, dan juga perkataan Arsano.

"Hm?" Arsaka berdehem singkat.

"Lo nggak ada niat mau nikah? Umur lo, 'kan udah 25 tuh!" ujar Alsega bertanya kepada sahabatnya itu.

"Apa bedanya sama lo, lo juga belum nikah. Kapan lo nikah?" tanya balik Arsaka membuat Alsega kesal.

"Belum punya gue mah!" jawab Alsega.

"Makanya jangan jadi orang friendly!" celetuk Arsano mengejek.

"Bacot lo, No! Daripada lo friendzone!" sahut Alsega tak mau kalah.

"Sialan!" maki Arsano karena dirinya disindir balik, dan sialnya malah kena mental sakitnya nusuk ampe keubun-ubun.

Arsaka terkekeh mendengar pertengkaran mereka, cowok itu menjawab pertanyaan Alsega tadi. "Nunggu dia lulus!"

Dipikir-pikir dirinya memang gila, gila karena menyukai gadis SMA, gila menyukai gadis yang umurnya jelas-jelas sangat terpaut begitu jauh dengannya, dan lebih gila lagi gadis yang ia sukai adalah anak angkatnya sendiri. Benar-benar definisi cogil.

"Aneh lo Ar! Suka sama anak angkat sendiri!" celetuk Arsano begitu mendengar jawaban Arsaka.

"Dia masih SMA bro! Inget jangan lo apain!" peringat Alsega terkekeh kecil.

"Sentuh dikit doang!" balas Arsaka terkekeh mengingat interaksi gila yang pernah cowok itu lakukan, dan sialnya Giya malah terbawa oleh permainannya. Dan berakhir menikmati sensasi itu, hingga menjadi candu.

"Gila!"

Arsano dan juga Alsega sama-sama memaki sahabatnya itu, kemudian menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Lo beneran suka sama Giya, Ar? Atau cuma lo buat mainan?" tanya Alsega nadanya tidak seperti tadi, kali ini lebih bersungguh-sungguh.

Arsaka menoleh kearah Alsega, cowok itu mengangguk tanpa ragu. "Lo kira gue mau ngelakuin hal gila, kalau bukan karena cinta?"

"Berarti lo pernah ajak dia--"

"Belum sepenuhnya, nunggu waktu yang tepat!" potong Arsaka seolah tau arah pembicaraan Arsano.

"Emang dia mau kalau lo ajak nikah?" tanya Alsega lagi, membuat Arsaka sedikit berpikir untuk menjawabnya.

"Udah hak paten, kalau dia nggak mau gue paksa!" jawab Arsaka tanpa ragu.

"Gila!"

"No problem!" Arsaka tersenyum miring.

*****

Tanpa orang tua, kebahagiaan itu tidak sepenuhnya nyata.

Pernah merasa kesepian, ditengah-tengah kasih sayang, dan juga kenyamanan yang seseorang berikan? Pernah merasa kehilangan disela-sela kebersamaan dengan seseorang?

Giya pernah merasakan itu semua, kehilangan kasih sayang, kehilangan rasa hangat yang pernah diberikan oleh orang tuanya.

Seperti sekarang Giya kembali merasakan kesepiannya itu. Kesepian tanpa hangatnya kasih sayang orang guanya, ditengah-tengah keramaian taman disini, ditengah-tengah banyaknya orang-orang yang sedang bercengkrama dengan orang tuanya.

Giya kembali mengingat masa-masa bahagia dirinya dengan kedua orangtuanya. Jika boleh diminta Giya ingin kembali ke masa itu, ke masa dimana dirinya hidup dengan penuh kebahagiaan ditemani kedua orangtuanya yang menyemangati setiap hari-harinya.

Kasih sayangnya, perhatiannya, kenyamanannya, dan kehangatannya, semua itu sangat Giya rindukan. Giya ingin sekali kembali ke masa itu, tetapi mengingat waktu yang tidak akan berbalik lagi Giya hanya bisa pasrah, ikhlas dengan keadaannya sekarang.

Jujur saja, ikhlas itu bohong yang ada hanya dipaksa dan kemudian terbiasa.

"Hidup tanpa daddy sama mommy kayak nggak ada gunanya banget!" gumam Giya menatap miris sekumpulan keluarga yang tampak amat sangat bahagia itu.

Giya disana tidak sendirian, melainkan bersama sahabatnya yang tak lain adalah Una. Sebenernya, yang mengajak dirinya kesini adalah Una, gadis itu ingin bersantai di taman, mencari ketenangan disana, tetapi tidak untuk Giya gadis itu malah mengingat sesuatu yang membuat dirinya tidak tenang, dan juga sedih.

Una menoleh kearah Giya, gadis itu jadi merasa bersalah karena dirinya yang mengajak Giya kesini. Dan sialnya pemandangan di taman membuat Giya menjadi mengingat masa lalunya.

"Giy!" panggil Una membuat gadis yang sedang menatap kearah depan itu menatapnya.

"Lo itu nggak sendirian, Giy! Lo masih punya daddy lo yang perhatian sama lo, yang bisa bikin lo nyaman dan juga bisa ngerasain rasa sayang yang besar banget. Melupakan emang susah Giy! Yang ada cuma ikhlas!" ujar Una pengertian.

"Tapi ikhlas itu bohong, Na! Yang ada cuma terpaksa," sahut Giya.

"Oke gue ralat, relakan! Relakan mereka pergi, cobalah untuk bisa hidup tanpa mereka walaupun itu susah. Tuhan tau, lo itu kuat Tuhan masih mau ngajarin lo gimana caranya mengikhlaskan, dan merelakan kepergian orang yang disayang, Tuhan ingin memperkenalkan lo dengan kerasnya dunia, dan bisa bertahan di saat cobaan yang Tuhan berikan. Tuhan mau lo hidup lebih lama, percayalah rencana Tuhan nggak ada yang tau, mungkin Tuhan lagi merancang sesuatu yang mengejutkan buat lo!"

"Tapi sampai sekarang Tuhan nggak ngasih kejutan itu, Na!" Giya menyahut dengan lirih.

"Nggak secepat itu, Giy! Masih banyak rintangan yang harus dilalui, jalanin dengan rasa syukur tanpa ada rasa terpaksa sedikitpun. Lo harus sabar menunggu kejutan itu, gue percaya Tuhan itu nggak pernah menyiksa ciptaannya, yang ada hanya memberikan mereka cobaan agar terbiasa dengan keadaan yang semakin lama semakin banyak sekali kejutan, dan juga rintangan,"

"Lo harus bersyukur dengan apa yang lo miliki sekarang, lo punya ayah angkat yang sayang banget sama lo, dia selalu bikin lo nyaman, dia juga sering buat lo bahagia, 'kan? Sampai-sampai lo cinta dan sayang sama dia? Bersyukur Giy, masih banyak orang-orang disana yang kurang beruntung, masih banyak orang-orang yang nggak dapet kasih sayang sama sekali, belajar dari sekarang Giy, ikhlaskan yang udah pergi, relakan yang udah nggak ada! Jalani dengan tulus tanpa ada rasa terpaksa!" jelas Una panjang lebar.

Giya mendengar semua itu, Giya merasa dirinya masih beruntung hidup didunia ini. Benar apa kata Una, masih banyak orang-orang yang kurang beruntung, seharusnya dirinya tidak seperti ini.

Giya harus bisa menjalani semuanya dengan tulus, dan bisa menemukan kebahagiaannya dimasa yang akan datang. Benar, rencana Tuhan kedepannya tidak ada yang tau.

*****

"Darimana hm?" tanya cowok berbadan kekar yang kini duduk disofa ruang tamu.

Menggunakan kemeja putih, dibaluti dengan jas berwarna hitam dan juga celana dengan warna senada, pakain yang cukup formal. Dengan dasi yang sudah longgar dan juga dua kancing baju bagian atas yang terbuka. Kakinya naik dan bertumpu diatas kaki sebelahnya.

Aura-aura CEO nya sangat menyengat, sampai-sampai membuat Giya gugup dan juga takut secara bersamaan. Melihat tatapan mata yang menyorot bak elang kearah dirinya.

"Sini!" perintah Arsaka, cowok itu menarik dasinya hingga terlepas kemudian melemparnya keatas sofa.

Giya menurut, gadis cantik itu berjalan kearah Arsaka dengan takut-takut. Hingga gadis itu berada didepan Arsaka.

"Ke-kenapa dadd?" tanya Giya gugup.

Bukannya menjawab cowok itu malah menarik tangan Giya hingga Giya terhuyung, dengan cepat Arsaka menarik pinggang gadis itu agar terduduk di pangkuannya.

"Jangan pernah ngerasa sendirian!" Arsaka melingkarkan tangannya di pinggang ramping gadis itu.

Giya terkejut mendengar penuturan Arsaka, apa maksudnya?

"Lagi kangen sama ortu, 'kan?" tebak Arsaka sambil mengusap lembut pipi gadis kecilnya itu.

Giya mengangguk lesu sebagai jawabannya, membuat Arsaka menghela nafasnya. Merasa kasian dengan anak angkatnya itu.

"Kalo kangen sama mereka bilang aja sama daddy. Giya boleh cerita sama daddy, nanti daddy dengerin," ujar Arsaka.

Melihat Giya yang menahan tangisannya membuat hati cowok itu sakit, posisi Giya saat ini benar-benar terpuruk.

"Nangis aja! Jangan ditahan terus kalau itu yang bisa bikin Giya tenang. Ada daddy disini yang bakalan nemenin Giya, ada daddy disini yang bakalan hapus air mata Giya." jelas Arsaka membuat tangisan Giya pecah begitu saja. Cowok itu mendekap erat tubuh mungil Giya.

"Besok ke makam orang tua kamu, nanti daddy anterin! Sekalian daddy mau ngajak kamu ketemu sama seseorang," ujar Arsaka membuat Giya penasaran.

"Siapa?" tanya Giya disela-sela tangisannya.

"Lagi nangis masih aja kepo!" ejek Arsaka berniat menghibur gadis itu.

Mendengar ejekan itu, membuat Giya kesal gadis itu memukul pelan bahu tegap Arsaka. Membuat cowok itu tertawa geli.

"Gausah ketawa!" ketus Giya.

"Serem banget!" Arsaka berlagak seperti orang yang sedang ketakutan.

Hal itu terlihat lucu dimata Giya, membuat gadis itu tertawa dan lupa akan kejadian sebelumnya. Sedangkan, Arsaka yang melihat itu tersenyum simpul, hatinya menghangat melihat perubahan wajah Giya yang tadinya sedih menjadi tersenyum dan bahkan tertawa.

Kebahagiaan itu ketika membahagiakan orang lain.

"Katanya mau belajar main gitar, mau daddy ajarin sekarang?" tawar Arsaka.

Giya yang mendengar itu, mengangguk dengan mata penuh binar. Tidak sabar ingin belajar bermain alat musik yang menghasilkan suara begitu merdu dan bahkan nada-nada yang membuatnya tenang.

"Mau banget, ayo sekarang!" seru gadis itu.

Arsaka mengangkat tubuh Giya, menggendong gadis itu ala bridal style membuat Gadis itu terkejut. Kemudian meminta untuk diturunkan.

"Ihh turunin dadd!" pinta gadis itu.

Merasa kasihan dengan jantungnya yang berdebar kencang, Giya lebih memilih untuk diturunkan daripada nanti Arsaka bisa mendengar debaran jantungnya yang menggila didalam sana.

"Nanti kalo udah sampai." sahut Arsaka sambil terus menaiki tangga, tanpa memperdulikan gerutuan Giya.

"Turunin dadd! Kaki Giya masih bisa jalan, nggak perlu digendong!" gerutu Giya gugup dan juga kesal secara bersamaan, kesal dengan jantungnya yang tidak bisa dikondisikan ketika bersama ayah angkatnya itu.

"Ck, bawel banget mulutnya ya?" ejek Arsaka tersenyum menggoda.

"Mau disun, kah hm?"

"Boleh." jawab Giya malah menantang.

Mendengar kata itu, Arsaka mengembangkan senyumannya. Cowok itu mempercepat langkahnya agar bisa sampai dikamar nya lebih cepat.

Giya yang berada didalam gendongannya, mengalungkan kedua tangannya dileher cowok itu. Kemudian, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Arsaka.

"Aaa jangan!" seru gadis itu merasa takut.

Sepertinya menantang Arsaka bukanlah hal yang baik untuknya. Karena Arsaka tidak pernah main-main, bisa saja cowok itu berbicara seperti sedang bercanda tetapi disaat Giya menantang cowok itu dengan candaan didalamnya bisa saja menjadi serius.

—tbc—

Hii Reyala!

Gimana part ini? Kasih review nya dungss di kolom komen!!

Tetep stay sama cerita si cogil Arsaka yau!😭

Vote part ini!!

Follow akun Lala, buat dapetin info kalo Lala udah up! Follow ig Lala juga ya! @inilalaaawp disana Lala kasih spoiler buat part² selanjutnya!!

See you next part and Pappaaiii🌷💫

Continue Reading

You'll Also Like

20.8K 1.1K 7
Pinky harus menerima takdirnya di perlakukan secara kasar oleh seorang cowok bad boy yang bernama Regan, karena sebuah kesalah pahaman yang di lakuka...
1.6M 112K 39
Sudah terbit di 𝐓𝐞𝐨𝐫𝐢 𝐊𝐚𝐭𝐚 𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐬𝐡𝐢𝐧𝐠 𝗦𝗲𝗯𝗮𝗴𝗶𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗯 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗱𝗶𝗵𝗮𝗽𝘂𝘀. 𝗛𝗮𝗿𝗮𝗽 𝗺𝗮𝗸𝗹𝘂𝗺! ***** Florence...
940K 87.5K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
639K 4.3K 6
This work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014) ======...