MI AMOR: WANITA YANG DIKHIANA...

By youandwords

1.4K 181 19

Namanya Amor. Delapan tahun menjalani kehidupan pernikahan, tapi belum memiliki momongan. Dia terus terusik i... More

1-SEBUAH SARAN
2-NOMOR TIDAK DIKENAL
3-MASIH NOMOR YANG SAMA
4-MATA HAZEL
5-SINDIRAN
6-STAYCATION
7-PIKIRAN BURUK
8-DIBUNTUTI
9-DIMINTA MENDUA?
10-SAKIT HATI
11-PURA-PURA TIDAK TAHU
12-SUMBER MASALAH
13-SABTU INI MILIKNYA
15-KECURIGAAN

14-SEBUAH PERAN

76 10 1
By youandwords

Sesuai janji Evas, Sabtu kali ini dia datang ke tempat Norin. Dia izin akan menemui koleganya ke Amor. Wanita itu tidak curiga sama sekali. Bahkan, menyiapkan pakaian untuknya. Evas nanti tinggal bilang, jika acaranya agak lama.

"Kamu izin gimana ke istrimu?" Norin keluar dapur dengan nampan di tangan. Dia menatap lelaki yang mengenakan setelan rapi lengkap dengan rambut yang disisir ke samping.

"Kamu nggak perlu tahu."

Norin meletakkan secangkir kopi di meja lalu duduk di sebelah Evas. "Aku nggak mau, ya, di tengah malem kamu pulang."

"Enggak. Tenang aja."

"Gitu, dong!" Norin menyandarkan kepala di pundak Evas. "Minum dulu kopinya."

"Nanti." Evas melingkarkan tangan ke pundak Norin.

"Amor sakit apa?"

"Kecapekan biasa. Sekarang udah sembuh."

Norin lega mendengar itu. "Pasti capek habis jalan-jalan di mal itu," keluhnya. "Kamu belanjain habis-habisan."

Evas mengangkat dagu Norin agar menghadapnya. "Kamu juga udah aku belanjain. Masih kurang?"

"Enggak, sih!" Norin mendekap Evas lebih erat.

Drtttt.... Tiba-tiba terdengar getar ponsel.

Norin dan Evas sama-sama menoleh ke meja. Benda persegi panjang itu bergetar dan memunculkan emoticon topeng. "Bentar, orang teater ini." Norin mengurai pelukan lalu mengangkat panggilan.

Evas mengambil secangkir kopi yang tersaji dan menyeruputnya pelan. Dia mengeryit merasakan kopi itu cukup manis. Setelah itu dia memperhatikan Norin yang tersenyum lebar kala mendengar suara di telepon.

"Oke! Gue ke sana!" ujar Norin lalu memutuskan sambungan. Dia mendekati Evas lalu menepuk pipinya pelan. "Bakal ada teater lagi."

"Oh, ya?"

Norin mengangguk. "Biasanya libur agak lama. Tapi, kali ini enggak." Seketika dia berdiri dan menarik tangan Evas. "Kamu harus nemenin."

"Nggak bisa aku tunggu di mobil?" Evas tentu khawatir ada yang mengenalinya kemudian melaporkan ke Amor.

"Anak-anak nggak tahu kamu udah beristri!" ujar Norin. "Kalau nggak mau, tunggu di mobil, deh! Gimana?"

Evas tampak menimbang-nimbang. Tetapi, ada sesuatu yang mengenai bibirnya. Dia menatap Norin yang menatap memohon. "Oke, aku tunggu mobil."

"Gitu, dong! Bentar aku siap-siap dulu!" Norin berjalan cepat ke kamar. Dia tidak sabar mendengar kabar perannya nanti.

***

Entah sudah berapa kali, Evas parkir di sisi belakang gedung teater. Padahal, area itu difungsikan untuk meletakkan bekas properti atau material baru keperluan teater. Tetapi, dia selalu memakirkan mobilnya di sana saat akan menjemput Norin.

Lima menit yang lalu Norin masuk ke gedung. Evas berharap Norin segera kembali. Bagaimanapun, dia tidak tenang. Meski Norin selalu meyakinkan jika tidak ada masalah.

Evas duduk bersandar lalu mengeluarkan ponsel. Dia melihat beberapa pesan masuk, salah satunya dari Amor. Tanpa pikir panjang, Evas menghubungi wanita itu.

"Gimana, Sayang? Udah selesai?" tanya Amor antusias.

"Belum, nih."

"Terus, kok bisa telepon?"

"Biar kamu nggak khawatir," jawab Evas tidak sepenuhnya berbohong. Memang jika seseorang memiliki rahasia dan ada kesalahan, pasti hidupnya tidak akan tenang.

"Haha...." Amor tertawa pelan. "Kalau khawatir harusnya aku tadi diajak. Bukannya pergi sendiri. Dasar."

Evas menggaruk kepala. "Iya, ya!"

"Mau aku samperin?"

"Di sini cowok semua, Sayang. Aku nggak rela mereka natap istriku."

"Oh, cowok semua, ya?" tanya Amor pelan. "Bagus, deh. Nggak ada cewek yang keganjenan ke kamu."

Hati Evas teriris mendengar kalimat terakhir Amor. "Kamu lagi ngapain?"

Tut... Tut....

Evas menjauhkan ponsel, merasa ada yang menghubunginya. "Sayang, udah ya! Ada yang mau ajak ngobrol!" Dia lalu mematikan sambungan. Evas lalu berganti menghubungi Norin. "Apa, Rin?"

"Kayaknya aku bakal lama. Kamu pergi dulu aja nggak apa-apa."

"Ya udah, aku balik ke apartemen, ya!"

"Ya, Sayang. Love you."

Evas mematikan sambungan dan masukkan ponsel ke saku. Tentu dia tidak bisa membalas kalimat itu, karena tidak memiliki perasaan spesial. "Huh." Dia melajukan kendaraanya keluar dari tempat parkir tersembunyi itu.

***

Rapat kali ini diadakan di lantai atas dekat dengan ruangan bos. Norin berserta pemain lain datang dengan semangat. Tentu, mereka tidak sabar berlatih lalu menunjukkan penampilannya ke penonton.

Di ruangan samping, seorang lelaki memperhatikan layar televisi melihat jalannya proses rapat. Rex memperhatikan satu persatu pemain teaternya, hingga staf yang bertugas. Dia sudah hafal dengan wajah-wajah itu. Tetapi, mereka tidak hafal dengan wajahnya.

"Pak Rex. Rapatnya mau dimulai sekarang?"

Perhatian Rex teralih. Dia menatap lelaki yang berdiri di ambang pintu lalu mengangguk. "Sampaikan apa yang saya perintahkan."

"Baik, Pak!" Avif membungkuk sopan kemudian berjalan menuju ruang sebelah. Ketika dia masuk, para pemain langsung berseru heboh.

Rex menatap Avif yang mulai memberi tahu rencana yang sudah disusun. Para pemain terlihat begitu gembira. Banyak yang mengira, jika Aviflah bos mereka. Padahal, Rexlah sebenarnya bosnya.

Dari awal, Rex tidak pernah mau mengurus teater yang dibangun kakeknya. Dia ingin mencoba bisnis sendiri. Tetapi, papanya yang sebelumnya mengurus, memberi perintah untuk melanjutkan. Rex melakukan semua ini dengan terpaksa. Tetapi, dia sudah terpikir untuk memilih seseorang untuk melanjutkan.

Rex menyingkir dari layar dan menuju meja kerjanya. Dia hendak duduk, tapi ada sesuatu di layar lain yang menarik perhatiannya. Seketika dia mendekati layar, melihat seorang wanita yang berusaha masuk lewat pintu belakang.

"Siapa?" gumam Rex sambil memperhatikan wanita yang mengenakan scraft menutupi sebagian wajahnya. "Nggak bisa dibiarin!" Rex berbalik, mengambil gagang telepon dan menekan angka dua.

"Halo."

"Di belakang ada penyusup, tuh. Kenapa dibiarin?"

"Oh, iya, Pak."

"Bawa dia ke lobi." Rex menekan gagang telepon kemudian berjalan keluar. Bagaimana mungkin ada penyusup dan tidak ada penjaga yang tahu?

Begitu sampai lobi, Rex melihat wanita itu berdiri diapit oleh dua penjaga. "Siapa, nih?" tanyanya sambil mendekat. Dia menarik scraft bunga-bunga itu, hingga terlihat wajah yang tidak begitu asing. "Anda?"

***

Beberapa jam sebelumnya.

Brum....

Mobil Evas melaju meninggalkan rumah. Amor yang sebelumnya berdiri di teras, seketika bergegas masuk. Dia mengambil tas yang sudah disapkan di kamar tamu kemudian segera keluar menuju garasi.

Amor masuk ke mobil yang sudah disiapkan sopirnya. Dia segera tancap gas, tidak ingin kehilangan jejak. "Gue harus nyari tahu," gumamnya sambil mengeratkan pegangan di kemudi. "Awas aja kalau ketahuan!"

Semalam ketika Evas meminta izin akan pergi, Amor sudah bertekad akan mengikuti. Begitu sampai rumah, dia meminta pesan ke sopirnya. Ketika pagi, Amor segera menyiapkan keperluannya dan meletakkan di kamar tamu. Amor kali ini tidak boleh gagal.

"Ah, itu mobilnya!" gumam Amor melihat mobil hitam Evas. Dia mengemudi agak jauh agar tidak curiga. Mobil yang dikendarai pemberian Evas, lelaki itu sudah pasti hafal dengan salah satu mobilnya.

Jantung Amor berdegup lebih cepat. Tangannya mulai berkeringat dan rasa khawatir itu seketika menguasai. Amor mencoba tenang, sambil menatap mobil Evas.

Tak lama kemudian, mobil lelaki itu melaju pelan. Amor tetap mengemudi sesuai kecepatan sebelumnya. Hingga dia melihat mobil Evas masuk ke salah satu apartemen kelas menengah. Amor melewati depan apartemen dan melihat mobil Evas masuk basement.

"Nggak mungkin banget kliennya di apartemen gitu!" jawab Amor sambil menekan sen. Dia menepikan mobil lalu menoleh ke belakang. "Lo nemuin siapa?" Amor menatap depan, lalu kembali melanjukan kendaraannya.

Amor memutar balik kendaraannya, lalu mendekati apartemen itu. Dia berhenti di seberang lalu membuka kaca jendela. Di pikirannya, mulai menebak-nebak siapa yang ditemui Evas. "Bener selingkuhannya?"

Continue Reading

You'll Also Like

6.9M 47K 59
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
401K 9.6K 61
bagaimana kalau hidup kamu yang awal nya bahagia dengan pekerjaan itu, malahan menjadi petaka untuk kamu sendiri. Pernikahan paksa akibat sebuah jeba...
4.2M 127K 87
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...
386K 43K 26
Yg gk sabar jangan baca. Slow up !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. ...