MI AMOR: WANITA YANG DIKHIANA...

By youandwords

1.4K 181 19

Namanya Amor. Delapan tahun menjalani kehidupan pernikahan, tapi belum memiliki momongan. Dia terus terusik i... More

1-SEBUAH SARAN
3-MASIH NOMOR YANG SAMA
4-MATA HAZEL
5-SINDIRAN
6-STAYCATION
7-PIKIRAN BURUK
8-DIBUNTUTI
9-DIMINTA MENDUA?
10-SAKIT HATI
11-PURA-PURA TIDAK TAHU
12-SUMBER MASALAH
13-SABTU INI MILIKNYA
14-SEBUAH PERAN
15-KECURIGAAN

2-NOMOR TIDAK DIKENAL

103 17 3
By youandwords

Begitu sampai rumah, Amor segera masuk kamar. Dia melepas heels yang mulai terasa menyakitkan dan melemparnya begitu saja. Kemudian dia bertolak pinggang, menunggu kedatangan sang suami.

"Mor...." Evas masuk kamar setelah mendengar suara benda yang dilempar kencang. Dia menatap istrinya yang siap mengamuk. Lantas dia tersenyum, berharap bisa meredakan emosinya. "Sini...."

"Jelasin sekarang!" pinta Amor tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Evas melepas jasnya lalu meletakkan di meja. Setelah itu berdiri tepat di depan Amor. "Mama emang ngasih saran, tapi aku rasa itu ide gila."

"Kamu anggap itu serius?"

"Enggak!" Evas menggeleng tegas. "Aku udah punya istri cantik. Masa masih kurang?" Dia lalu memperhatikan Amor dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sebagai suami, dia cukup banyak mendapati pujian orang tentang Amor. Evas tentu mengakui jika Amor sangat cantik. Aura wanita itu juga lebih kuat.

"Kamu nggak akan duain aku, kan?" Amor menurunkan tangannya. Emosi yang sempat menguasai perlahan mereda. Ditambah, dia mulai luluh dengan sorot mata teduh suaminya.

"Enggak!"

"Yakin?"

Evas menggeleng. "Enggak, Sayang." Dia menarik wanita itu ke dalam pelukan lalu mengecup puncak kepalanya.

Air mata Amor seketika menetes. Dia sebenarnya enggan menangis setelah emosi. Tetapi, jika berhadapan dengan suaminya, dia tidak bisa menahan diri lagi. Segala emosinya seketika tercurahkan. "Awas kalau kamu gitu."

"Tenang," bisik Evas lalu mengurai pelukan. "Udah, jangan ngambek lagi." Dia menepuk pipi Amor lalu tersenyum.

"Hmm...." Amor mundur selangkah lalu duduk di pinggir ranjang. "Kenapa, sih, mama sekarang sering nyakitin aku?"

"Mama nggak maksud nyakitin kamu."

"Tapi, terus bahas anak, Sayang!" keluh Amor. "Lama-lama aku stres kalau itu terus yang dibahas."

"Sabar!" Evas menuju nakas lalu mengeluarkan ponsel. Dia meletakkan benda itu kemudian melepas kemeja yang membuatnya kegerahan. "Siapa yang mandi dulu?"

"Duluan aja," jawab Amor.

"Oke!" Evas lalu berjalan menuju kamar mandi.

Amor menghela napas berat. Di pikirannya masih terngiang ucapan mama mertuanya. Kemudian, terbayang pembicaraan barusan. Dia pikir pembicaraan ini akan menggebu-gebu, tetapi tidak. Evas dengan gaya khasnya mengutarakan dengan singkat.

Drtttt....

Perhatian Amor teralih. Dia menoleh ke nakas, melihat ponsel suaminya yang menyala. Lantas dia mendekat dan melihat nomor baru yang menghubungi. "Sayang, ada telepon!" teriaknya seraya mengambil ponsel itu.

Tidak ada tanggapan.

"Sayang!" Amor berjalan ke kamar mandi lalu mengetuk pintunya.

Pintu itu segera dibuka dan kepala Evas menyembul keluar. "Apa?"

"Nih!"

Evas menatap ponsel dan melihat sebuah nomor yang menghubungi. Seketika dia mengambil benda itu dan menutup pintu kamar mandi. Tindakan itu membuat Amor mengernyit, biasanya dia yang diminta mengangkat panggilan sementara suaminya menjawab dari dalam.

"Telepon dari siapa?" tanya Amor.

"Bukan dari siapa-siapa."

"Oh...." Amor berusaha percaya. "Ya udah, kalau gitu mana HP-nya?"

"Biarin!"

Brussshh.... Kemudian terdengar suara shower yang cukup kencang.

Amor mengangkat bahu, enggan terlalu memikirkan. Dia beranjak dan mengambil sepatu yang sebelumnya dia lempar. "Bukan cewek, kan, yang telepon?" gumamnya kemudian. Sontak Amor kembali ke kamar mandi dan menempelkan telinga di daun pintu.

Brushh.... Sayangnya, di dalam masih terdengar suara shower.

"Nggak mungkin, kan, Evas sengaja kencengin shower?" gumam Amor. Sontak dia membuka pintu, tetapi benda itu dikunci dari dalam. "Sayang! Kamu ngapain?"

"Apa?"

"Buka nggak?" Amor berteriak kencang.

Ceklek.... Pintu itu akhirnya dibuka.

Amor menatap Evas yang mengenakan kimono handuk. Dia lalu menatap tangan lelaki itu yang tidak membawa ponsel. Lantas dia menyelinap masuk dan mendapati ponsel tergeletak di wastafel. Amor menunduk, merasa kecurigaannya berlebihan.

***

Seminggu berlalu setelah makan malam penuh menyakitkan itu. Amor belum mendapat jawaban pasti tentang rencana mama mertuanya yang meminta Evas menikah. Sejak malam itu Evas terus menghindar dengan tidur lebih dulu. Amor sebenarnya tidak sesabar itu menunggu, tetapi dia ingin tahu seberapa lama suaminya menyimpan rahasia.

"Belum tidur?"

Lamunan Amor terputus mendengar suara berat itu. Dia menoleh ke pintu, melihat suaminya baru kembali bekerja dan menanggalkan jasnya. Amor seketika turun dari ranjang lalu membantu sang suami melepas dasi. "Belum."

Evas menatap Amor yang tidak lagi ekspresif. Dia ingat, itu terjadi karena makan malam minggu lalu. "Sudah makan?"

Amor mengangguk singkat. Dia melempar dasinya ke ranjang lalu melepas kancing kemeja suaminya. "Kamu udah makan?"

"Udah, tadi ada meeting."

"Oh...." Amor berhasil melepas kemeja itu lalu berbalik. Dia mengambil dasi dan membawanya menuju kamar mandi.

Evas sontak mengikuti. "Kamu masih marah?"

"Emang aku kelihatan marah?"

"Iya!" Evas menghadang langkah Amor. Dia menatap bawah mata Amor yang berkantung. Istrinya itu selalu menjaga penampilan, jadi gampang mengetahui Amor tengah banyak pikiran atau tidak. Sekarang, Amor terlihat banyak pikiran.

Amor mengangkat wajah. "Kamu jelas tahu sumber kemarahanku."

"Aku sengaja nggak ngasih tahu kamu karena ini," aku Evas. "Aku udah yakin kamu bakal marah."

"Gitu, ya?" Amor pura-pura tersenyum. "Tapi, udah sejauh mana?"

"Apanya?"

"Mama ngasih sarannya," jawab Amor. "Aku kenal mama. Tiap ngasih saran pasti udah bertindak duluan."

Evas bergerak miring lalu masuk kamar mandi. "Belum sampai sejauh itu."

Amor menahan tawa. Sepertinya Evas menyembunyikan sesuatu darinya lagi. "Anggap aku percaya," gumamnya tapi masih mampu didengar Evas.

"Beneran, Sayang." Evas kembali lalu mengecup pipi istrinya. "Udah mandi?"

"Udah!" Amor segera menyingkir, tahu Evas hendak merayunya.

Beberapa menit kemudian, dua orang itu sudah berada di ranjang. Seperti sebelumnya, Evas langsung berusaha terlelap. Padahal, sejak awal pernikahan mereka sepakat untuk melakukan pillowtalk setiap malam. Hal itu sudah menjadi tanda jika Evas tengah menyembunyikan sesuatu.

Drtttt....

Amor mengernyit mendengar getar ponsel. Dia mencoba bangkit dan melihat ponsel suaminya yang tergeletak di nakas. Sebelumnya dia sangat enggan mengecek ponsel suaminya. Tetapi kali ini, dia seperti mendapat dorongan lain.

"Huh...." Amor menghela napas panjang lalu tangannya menggapai benda itu. Dia menekan tombol power dan melihat notifikasi pesan masuk.

08133xxxxxxx: Kenapa tadi nggak nemuin aku sayang?

Amor sontak melotot membaca pesan itu. Dia menoleh ke belakang, melihat suaminya yang terlelap. Lantas dia mencoba membuka ponsel yang dikunci pin. "Coba ulang tahunnya," gumamnya sambil memencet sederet angka.

"Ck!" Amor berdecak karena tidak berhasil. Dia mencoba mengetikkan tanggal pernikahannya, tetapi gagal. "Apaan, coba?" Dia menekan tanggal ulang tahunnya, tetapi tetap tidak berhasil.

Drtt....

08133xxxxxxx: Kamu lagi sama istrimu?

"Wah! Ini nggak bener!" Amor mulai kehabisan kesabaran. Dia menghadap sang suami lalu mengguncang pundaknya. "Evas, bangun!"

Tidur Evas seketika terganggu. Dia membuka mata dan melihat Amor yang menahan amarah. "Apa?" tanyanya sambil mengubah posisi menjadi terlentang.

"Siapa ini?" Amor seketika memposisikan ponsel ke hadapan pemiliknya.

Evas menatap ponsel di atas wajahnya. Hingga dia sadar itu miliknya. "Apa-apaan?" Dia segera merebut lantas terduduk.

"Dari selingkuhanmu?" tuduh Amor.

Evas tidak menjawab. Dia melihat pesan masuk dari nomor baru. Lantas dia menunjukkan ke Amor. "Aku nggak tahu ini nomor siapa!"

Mata Amor memicing mendapati itu chatroom baru. Tetapi, bisa saja Evas selalu menghapus pesan itu. Amor menggeleng tak percaya. "Kamu bohong, kan? Ini selingkuhan kamu, kan?" tuduhnya. "Aku inget, ini nomor yang sama kayak seminggu lalu. Kamu selingkuh, kan, Evas?" lanjutnya dengan air mata berlinang.

Continue Reading

You'll Also Like

501K 3.8K 23
GUYSSS VOTE DONGG 😭😭😭 cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, ora...
295K 29.4K 44
"Ma, aku ngga mau ya punya assisten baru" "Plis lah Maa" "Aku tu CEO punya aissten dengan pakaian sexy itu biasa" "Lianda Sanjaya!!!" "Ikutin kata ma...
231K 692 14
cerita pendek dewasa seorang gadis yang punya father issues
367K 8.9K 61
bagaimana kalau hidup kamu yang awal nya bahagia dengan pekerjaan itu, malahan menjadi petaka untuk kamu sendiri. Pernikahan paksa akibat sebuah jeba...