GRESHAN

By ShnIndr12

824K 23.7K 2K

WARNING⚠⚠ AREA FUTA DAN SHANI DOM YANG NGGAK SUKA SKIP 21+ HANYA FIKSI JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE MOHON KERJ... More

HUKUMAN
Kantor I
Dimobil
Dapur
Ruang Osis
Morning Sex
Shani
Sister?
Sister? II
Threesome?
Polos?
Bar
Gracia
Sepupu
Sekretaris?
Mine
HUKUMAN II
Hanya Kamu
Kembali
Akhirnya
Step Sister
Step Sister II
Milikku
Backstreet I
Kantor II
Kantor III
Murid Baru
Backstreet II
Polos? II
Private Doctor
Gracia II
Murid Baru II
Gracia III
Gracia IV
Keponakan Nakal
Keponakan Nakal II
Keponakan Nakal III
Aku Yang Salah
Nanya doang sih
Nanya sekali lagi
Calon Kakak Ipar
Info
Birthday Party
Malam tak terduga
Psychopath In Love
Psychopath In Love II
Psychopath In Love III
Di sebelah nggak ngerespon🗿
Info
Perjodohan
Perjodohan III
Pemberitahuan
Christmas
Guru Olahraga
Crazy!!
⚠️⚠️
Sugar Mommy
Sugar Mommy II
Step Mother
Info
Step Mother -2
Es krim

Perjodohan II

11.3K 480 29
By ShnIndr12

Happy Reading
Banyak Typo


Tinggal menunggu 1 bulan lagi, Shani akan segera lulus dari sekolah nya dan tinggal 1 bulan lagi ia akan segera pergi keluar negeri. Tak ada yang mengetahui dimana Shani akan berkuliah nanti, hal itu di karenakan Shani yang merahasiakannya. Shani tak mau ada orang yang mengetahuinya termasuk orang tuanya.

Hubungan Shani dan Gracia pun semakin menjauh, Shani tak lagi berusaha untuk mendapatkan perhatian dari Gracia. Sudah ia katakan, ia sudah kalah dan ia sudah merelakan Gracia bersama orang lain.

Jika hubungan Shani dan Gracia semakin menjauh, lain halnya dengan hubungan Shani dan Anin, mereka semakin dekat. Shani bahkan kerap kali mengantar Anin pulang atau menjemput Anin untuk pergi bersama ke sekolah, semua itu di lakukan oleh Shani karena permintaan Anin sendiri. Bukan tanpa alasan Anin meminta hal itu, ia ingin membuat kenangan bersama Shani sebelum Shani meninggalkan nya.

"Terimakasih Shan." Ucap Anin kala Shani membukakan pintu mobil untuknya, Shani tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Saat ini mereka sedang berada di parkiran sekolah dan Shani akan mengantarkan Anin pulang kerumahnya.

"Kita singgah di minimarket dulu nanti ya Nin." Ucap Shani setelah dirinya masuk kedalam mobilnya, duduk di depan kemudi.

"Terserah kamu mah Shan, yang nyetir dan punya mobil kan kamu." Balas Anin menjawab perkataan Shani dengan sedikit candaan.

"Walaupun begitu aku kan harus mendengarkan pendapat kamu Nin, takutnya kamu ada urusan lain dan harus cepat-cepat pulang." Shani melirik Anin sebentar lalu kembali memfokuskan pandangannya ke depan.

"Nggak kok Shan, aku nggak ada urusan saat ini." Shani menggangguk mengerti akan perkataan Anin. Setelahnya hening menghiasi keduanya, tak ada yang buka suara. Tipikal Shani emang pendiam, jadi jangan heran jika Shani hanya diam ketika bersama orang lain.

"Oh iya Shan, kamu beneran nih nggak mau ngasih tau kemana kamu kuliah nanti." Sudah berapa kali Anin menanyakan hal itu pada Shani, namun Shani tak pernah memberitahukan nya.

"Maaf ya Nin, aku nggak bisa, aku nggak mau ada orang yang mengetahuinya. Orang tuaku pun tak aku beritahu." Lagi, Shani tak memberitahukan kemana ia akan kuliah nanti. Mendengar jawaban dari Shani, Anin hanya bisa menghela nafasnya.

"Mau ikut masuk atau kamu nunggu disini aja? Aku nggak lama kok." Shani bertanya setelah ia memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang ada di minimarket tempat mereka singgah.

"Aku ikut deh Shan." Shani menggangguk lalu membuka pintu mobilnya, Anin pun melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Shani. Setelahnya Anin menggandeng tangan Shani dan mereka mulai melangkahkan kakinya kedalam minimarket itu. Sebenarnya Shani tidak lah nyaman berada dalam kondisi saat ini, namun ia tak mau membuat Anin merasa sedih jika ia melepaskan pelukan Anin pada lengannya.

"Kamu mau beli apa Shan." Tanya Anin saat keduanya sudah berada di minimarket itu.

"Kamu aja dulu, barang yang aku beli ada di meja kasir." Anin menggaguk mengerti dan membawa Shani untuk membeli beberapa cemilan.

Di saat tengah asik memilih cemilan bersama Anin, Shani mengedarkan pandangannya kesekitar dan pandangannya tertuju pada seorang gadis yang tengah kewalahan mengambil sebuah barang, Shani pun memutuskan untuk membantu gadis itu. Shani pergi begitu saja tanpa memberitahukan kepada Anin.

"Makasih." Gadis itu beralih menatap Shani.

"Eh, Shan, tunggu." Shani berlalu begitu saja tak menghiraukan panggilan dari gadis itu yang tak lain adalah Gracia.

"Udah Nin? Kalau udah ayo kita segera pulang, barang yang ingin ku beli nanti saja di tempat lain." Shani mengambil barang belanjaannya yang berada di tangan Anin lalu membawanya ke meja kasir.

"Ini mbak, bisa tolong di hitung dengan cepat." Sepertinya Shani tak mau bertemu dengan Gracia. Maka dari itu ia menyuruh kasir itu untuk cepat-cepat menghitung barang belanjaannya, lebih tepatnya barang belanjaan Anin. Sang kasir tak banyak bertanya, ia langsung menghitung barang belanjaan Shani dengan cepat.

"Totalnya 85.000 kak." Shani pun mengeluarkan uang seratus kepada sang kasir.

"Kembaliannya ambil saja mbak, saya buru-buru, makasih." Setelahnya Shani menarik tangan Anin keluar dari minimarket itu, meninggalkan Gracia yang menatap kepergian Shani sendu.

"Huff, Gre, Gre, nggak mungkin Shani baik sama lo lagi setelah apa yang lo lakuin." Batin Gracia.

.
.
.

Hari ini adalah hari dimana kelas 3 SMA Nusa Bangsa lulus dari sekolah mereka dan hari ini pula hari terakhir Shani berada di negeri ini. Besok ia akan meninggalkan negeri ini, ia akan pergi tanpa ada yang mengetahui kemana dirinya pergi.

"Shan,... ini seriusan kamu akan pergi." Anin menatap Shani sendu, saat ini keduanya tengah berada di rooftop sekolah mereka, duduk di salah satu kursi yang ada di sana.

"Iya Nin, besok aku harus pergi." Shani membalas perkataan Anin tanpa menoleh, pandangannya tetap lurus kedepan.

"Kalau aku ngantar kamu kebandaraan boleh nggak?"

"Tidak perlu Nin, malam ini aku akan berangkat."

"Hufff, kalau begitu bolehkan aku memeluk mu untuk yang terakhir kalinya." Shani menoleh dan menggangguk mengiyakan permintaan Anin. Anin pun memeluk tubuh Shani denga erat, air mata sudah mengalir di pipinya.

"Shan,..aku suka dan cinta sama kamu." Shani tau itu, Shani tau jika Anin menyukainya, tapi Shani tak dapat membalas rasa Anin dikarenakan hatinya masih dipenuhi oleh Gracia.

"Udah ya, jangan nangis lagi." Shani melepaskan pelukannya dan menghapus air mata yang membasahi pipi Anin. Anin menggenggam tangan Shani yang berada di pipinya lalu menatap mata Shani dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Maaf Shan, aku nggak bermaksud." Anin mengalihkan pandangannya setelah mengatakan hal itu, ia malu, Shani menolak ciuman yang hendak ia berikan.

"Tidak pa-pa Nin, seharusnya aku yang minta maaf. Aku nggak bisa membalas perasaan yang kamu punya padaku."

"Iya Shan, aku ngerti kok." Balas Anin, Shani pun memeluk tubuh Anin terlebih dulu, membiarkan Anin menangis di pelukannya. Sedari tadi Gracia memperhatikan interaksi Anin dan Shani, ia juga ingin dekat dengan Shani.

.
.
.

Malam pun tiba, Shani sudah selesai mem packing barang bawaannya, ia juga sudah berganti pakaian. Hanya tinggal satu lagi yang harus dilakukan Shani sebelum dirinya meninggalkan apartemen miliknya dan juga Gracia. Dengan koper yang di seret, Shani keluar dari kamarnya dan menemui Gracia yang tengah duduk di sofa ruang tamu apartemen mereka. Gracia duduk melamun sehingga ia tak menyadari kehadiran Shani yang sudah berada di sampingnya.

"Ehemmm." Shani berdehem guna menarik perhatian Gracia dan hal itu pun berhasil, Gracia menoleh dan terkejut melihat Shani yang sudah rapi dengan pakaiannya.

"Ini, surat perceraian kita. Tandatangan ni lah, agar kita resmi bercerai." Shani menyerahkan surat perceraian mereka kepada Gracia, Gracia mengambilnya dan menatap nanar surat itu.

"Kamu serius ingin bercerai denganku dan meninggalkanku sendiri disini." Shani heran akan perkataan dan cara bicara Gracia.

"Ya, aku serius. Bukankah ini juga kemauan kamu? Orang asing sepertiku tak pantas bersanding denganmu." Perkataan yang terlontar dari mulut Shani mampu membuat hati Gracia sakit, ia tahu ia banyak salah kepada Shani, tapi ia tak mau bercerai dengan Shani.

Gracia menyayangi Shani, sungguh. Selama sebulan terakhir ini Shani dan Gracia tak pernah bertegur sapa. Shani yang selalu menghindar jika Gracia ingin berbicara dengannya, Shani yang selalu pulang jika Gracia sudah terlelap dan pergi kesekolah saat Gracia masih terlelap juga. Hal itu membuat rasa penyesalan hadir di hati Gracia, ia rindu dengan Shani, Shani yang selalu berusaha menarik perhatiannya, namun tak pernah ia hiraukan sama sekali.

"Ayo Ge, tandatangani lah, pesawatku sebentar lagi akan terbang." Shani juga sebenarnya tak mau bercerai dengan Gracia, ia juga tak mau meninggalkan Gracia, tapi Shani bukanlah tempat bahagianya Gracia.

"Kalau aku minta buat kamu jangan pergi, apakah kamu menurutinya?"

"Maksud kamu?"

"Jangan pergi Shan, tetaplah disini bersamaku. Aku tau, aku banyak salah, tapi kumohon tetap lah disini."

"Alasan aku tetap disini apa?"

"A-aku nggak mau kamu pergi Shan, aku nggak mau bercerai denganmu, a-aku mencintai mu Shan, sungguh." Shani tak percaya akan apa yang telah di katakan oleh Gracia, ia menggelengkan kepalanya.

"Tidak Ge, aku harus pergi dan kita harus bercerai."

"Cepatlah Ge, tandatangani suratnya, aku hampir terlambat ini."

"NGGAK! AKU NGGAK MAU!" Ucap Gracia dengan suara yang meninggi, lalu merobek kertas perceraian mereka hingga tak dapat di bentuk lagi, melemparkan robekan itu tepat di wajah Shani, lalu dengan gerakan yang cepat ia mendorong tubuh Shani ke atas sofa. Gracia menindih tubuh Shani dan menatap mata Shani dengan tatapan penuh amarah miliknya.

"Turun Ge, apa yang kamu lakukan. Aku harus pergi Ge."

"DIAM!" Bentak Gracia yang membuat Shani seketika menutup rapat mulutnya.

"Aku akan membuat kamu tidak bisa meninggalkan ku." Setelahnya Gracia mencium paksa bibir Shani, melumatnya dengan rakus. Kedua tangannya membuka satu persatu kancing baju yang dikenakan Shani. Shani yang tak dapat mengimbangi keagresifan Gracia memilih pasrah akan apa yang dilakukan Gracia padanya.

"Ahhhh Gehhh."

Desahan keluar dari mulut Shani kala Gracia menghisap kuat lehernya, Shani menegakkan sedikit badannya agar Gracia mudah membuka bajunya. Kini Shani sudah half naked, tangan Gracia terulur menyentuh perut Shani, perut yang memiliki bentuk kotak-kotak.

"Ternyata kamu tidaklah secupu Shan." Ucap Gracia kala ia melihat perut Shani.

"Gehh shhh."

Gracia menjilat perut Shani dan memberikan gigitan kecil di sana. Kedua tangan Gracia mulai meraba paha Shani, lalu naik memegang pergelangan celana Shani, membuka gesper yang di pakai Shani, selama melakukan kegiatannya, Gracia menatap Shani dengan bibir yang ia gigit guna menggoda Shani.

"Shan?" Gracia memanggil Shani dengan tanda tanya, setelah dirinya berhasil membuka celana yang di pakai Shani, ia terkejut sekaligus bingung melihat Shani memiliki batang.

Shani menggangguk, "aku sudah lama memilikinya Ge, maka dari itu orang tua kamu menyetujui perjodohan itu, karena aku dapat memberikan mereka cucu."

"Ahhh Gehhh ouhhh."

Gracia memasukkan penis Shani kedalam mulutnya membuat Shani mendesah, hangat, itulah yang dirasakan Shani kala penisnya berada di dalam mulut Gracia. Gracia mulai mengulum penis Shani, menaiki-turunkan kepalanya membuat Shani kembali mendesah.

"Shhh Gehhh ouhhh ahhhh."

"Glok, glok, glok."

Suara penis Shani yang bercampur dengan air ludah Gracia, Shani memejamkan matanya menikmati kuluman Gracia pada penisnya.

"Gehhhhh ahhhhhhhh."

Hanya dengan kuluman dan hisapan dari mulut Gracia, Shani mendapatkan pelepasannya, ia mengeluarkan cukup banyak sperma dan spermanya di telan habis oleh Gracia. Gracia tersenyum karena dirinya berhasil membuat Shani mencapai puncak kenikmatannya. Gracia melepaskan kulumannya pada penis Shani, lalu membuka semua pakaian yang ia kenakan hingga kini ia naked.

Shani menelan ludah melihat tubuh naked Gracia, indah. Satu kata yang terlontar dari mulut Shani kala melihat tubuh polos istrinya itu. Gracia meremas sendiri kedua payudaranya, ia berniat menggoda Shani.

"Shhhh Shannn ahhhh."

Gracia sengaja mendesah kan nama Shani, tak lupa juga ia mengigit bibirnya. Shani kembali di buat menelan ludah kasar. Wajah Gracia sangatlah menggoda dan membangkitkan gairahnya.

Setelah puas menggoda Shani, Gracia kembali menindih tubuh Shani. Ia memegang batang penis Shani mengarahkannya ke lubang vaginanya.

Dengan perlahan Gracia memasukkan penis Shani kedalam vaginanya, ia mengigit bibirnya guna menahan rasa sakit yang ia rasakan kala penis Shani merobek selaput dara nya.

"Lepas Ge, kamu kesakitan." Gracia menggeleng tak menuruti perkataan Shani, ia tau ini tak akan lama, ia membiarkannya sebentar sebelum dirinya mengerakkan pinggulnya.

"Gehhh emhhhh ahhhhh."

"Ouhhh shithh Shannnn ahhhhhh."

Keduanya mendesah kala Gracia menaiki-turunkan pinggulnya pada penis Shani. Gracia memegang dada Shani agar dirinya kala ia mempercepat gerakannya.

"Plok, plok, plok."

Suara pertemuan kulit keduanya terdengar di ruang tamu itu.

"Gehhh akuhh mauhh keluarhhh uhhh."

Mendengar itu, Gracia kembali mempercepat gerakannya hingga ia merasakan penis Shani yang semakin membesar di dalam vagina nya.

"Gehh shhh ahhhhhhhhhh."

Shani kembali mendapatkan pelepasannya, nafasnya memburu setelah pelepasan nya. Shani menatap Gracia yang juga menatapnya.

"Giliran aku Shan." Gracia turun dari atas Shani lalu menungging berpegangan pada sofa. Shani pun mengiyakan permintaan Gracia, ia berdiri dari tempat duduknya, mendekatkan penisnya pada lubang vagina Gracia, lalu secara perlahan ia memasukkan penisnya ke dalam vagina Gracia.

"Gerakin Shan." Ucap Gracia di karenakan Shani belum juga mengerakkan pinggulnya. Setelah mendengar perkataan Gracia, secara perlahan Shani mulai memaju-mundurkan penisnya di dalam vagina Gracia.

"Shittt ahhh Shannnn ouhhh ahhhh."

"Gehhh emhhhh ahhhhh."

Keduanya sama-sama mendesah keenakan.

"Lebih cepat Shannn ahhh aku mau keluar ahhh."

"Iya Gehhh aku jugahhh mau keluar ahhh."

Shani menambah kecepatannya, hingga ia merasakan sesuatu akan keluar lagi dari penisnya.

"Keluarin di dalam Shan."

"T-tapi Ge, nanti kamu hamil."

"Nggak masalah Shan, kan kamu ayahnya."

Shani tak tau harus berekspresi seperti apa, tapi yang jelas ia merasa senang.

"Aku keluar Ge ahhhhhhhhhhhhhh."

"Aku juga Shan ahhhhhhhhhhhhh."

Shani mengeluarkan spermanya di dalam vagina Gracia. Shani melepaskan penisnya dari vagina Gracia lalu terduduk dengan lemas di atas sofa, Gracia pun melakukan hal yang sama, namun ia duduk di pangkuan Shani.

"Gimana hmm, kamu tetap mau menceraikan dan meninggalkan aku setelah tadi kita melakukan itu dan kamu mengeluarkannya di dalam." Gracia menyatukan keningnya dengan Shani, menatap mata Shani dengan tulus.

Shani memeluk tubuh Gracia yang otomatis wajahnya bersentuhan dengan payudara besar milik Gracia. Shani menggelengkan kepalanya di sana.

"Enggak, aku nggak akan menceraikan dan meninggalkan kamu Ge." Shani mengangkat kepalanya dan membalas tatapan Gracia tak kalah lembut.

"Makasih, makasih atas semuanya dan maaf atas kesalahan yang selama ini aku lakukan padamu, aku tau aku sudah kelewatan dan seharusnya aku tak pantas untuk bersanding denganmu, kamu terlalu baik dan sempurna untuk aku yang jahat ini." Shani menangkup pipi Gracia mengelus pipi istri kesayangannya itu, menghapus air mata yang keluar dari mata Gracia.

"Tidak ada yang sempurna di dunia ini Ge, kesempurnaan hanya milik Tuhan semata."

"Aku juga udah memaafkan semuanya, kita mulai dari awal ya." Gracia menggangguk sebagai jawaban, ia bersyukur bertemu dengan Shani, sangat.

"Aku mencintaimu Gracia Callista, sangat mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu Shani Agatha."

End.

Nggak mau buat part sedih saya.

Continue Reading

You'll Also Like

327K 9.5K 64
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
1.7M 125K 57
Ini tentang Jevano William. anak dari seorang wanita karier cantik bernama Tiffany William yang bekerja sebagai sekretaris pribadi Jeffrey Alexander...
141K 4.2K 26
MENGANDUNG 18+❗⚠️❗⚠️❗ sorry kalo ada typo yaw🤗
8.1K 752 20
[COMPLETED]✓ Cerita seorang fake fans yang menjadi MAFIA dan idol nya ternyata juga seorang peretas. mereka bertemu di Jepang saat konser sang idol d...