Agnes menatap setiap butiran air hujan yang jatuh dari balik jendela kantornya. Gerimis daritadi siang belum berhenti juga. Ini sudah waktunya bagi Agnes untuk pulang sebenarnya, tapi ia memilih untuk tetap tinggal dulu di kantor.
"Woy, Nes, pulang yukk!" suara Michelle tiba-tiba
"Lo duluan aja deh, gue masih ada kerjaan bentar"
"Mau gue temenin nggak?"
"Nggak usah, tinggal dikit doang kok. Lo bawa mobil sendiri?"
"Iya, Rico lagi repot soalnya harus ngurus..." Michelle menghentikan ucapannya
"Ngurus apaan?"
"Ngurus acara tunangan Julio sama Silla ntar malem" jawaban Michelle membuat jari-jari Agnes yang asyik mengetik tiba-tiba terhenti, namun akhirnya ia kembali lagi pada pekerjaannya
"Oh.."
"Lo nggak papa kan, Nes?" tanya Michelle penuh selidik, ia melihat ada yang berubah dari air muka Agnes
"Nggak papa lah, kenapa emang?" Agnes sebisa mungkin terlihat santai menanggapi pertanyaan Michelle
"Ya kirain aja lo bakal nangis"
"Buat apa nangis, Chell? Untuk saat ini udah nggak ada gunanya lagi kan tangisan gue?"
"Nah, gitu dong, sahabat gue nggak boleh cengeng lagi!"
"Iya, lo tenang aja, gih sana kalo mau pulang duluan, gue kan bawa mobil sendiri"
"Gue tinggal ya, lo ntar ati-ati dijalan, kalo butuh apa-apa kabarin gue, oke?"
"Iya, bawel ah!" Michelle meninggalkan Agnes yang kemudian memikirkan lagi tentang kabar pertunangan Julio yang didengarnya tadi. Apakah ini akhirnya? Akhir ceritanya dengan Julio yang selama ini mati-matian ia perjuangkan? Agnes menatap ke arah luar jendela kembali, gerimis masih setia menemaninya..
*****
Agnes memutuskan untuk pulang karna sore sudah beranjak menjadi malam. Dalam cuaca dingin dan masih ditemani dengan syahdunya butiran air hujan, Agnes melajukan mobilnya..ditemani oleh sebuah tembang lawas dari Geisha-Cinta dan Benci..
Sungguh aku tak bisa sampai kapanpun tak bisa...
Membenci dirimu sesungguhnya aku tak mampu...
Sulit untuk ku bisa sangat sulit ku tak bisa...
Memisahkan sgala cinta dan benci yang kurasa...
Lagu yang menggambarkan perasaan Agnes saat ini. Separuh hatinya masih terasa kaku dan ngilu jika mengingat semua kepahitan yang ia terima setelah Julio melupakannya, tapi separuh hatinya lagi tak bisa berhenti memutar semua kenangan indah mereka saat masih bersama. Entah sampai kapan akan terus seperti ini.. Agnes terjebak dalam dua perasaan yang hanya berjarak setipis kulit ari manusia..
Sudah setengah jam perjalanan, Agnes tiba di sebuah jalanan yang cukup sepi. Jalan alternatif agar lebih cepat sampai ke rumahnya. Agnes setiap hari melewati jalanan itu karna tidak mau terjebak macet jika melewati jalanan kota. Agnes tiba-tiba merasakan ada yang aneh pada mobilnya. Mesin mobilnya tersendat, dan akhirnya mogok secara mendadak. Agnes turun dari mobilnya, membuka kap mobil..ada asap mengepul dari dalam mobilnya, dan ia tidak tahu apa penyebabnya. Agnes bingung tidak tahu harus melakukan apa. Keadaan sekitar sepi, tidak ada satupun mobil atau motor yang lewat untuk dimintai bantuan. Agnes segera mengambil hpnya, namun ternyata lowbat, diraihnya powerbank yang ternyata juga mati. Lengkap sudah penderitaan Agnes karna gerimis yang tadinya sudah reda kini turun kembali. Ia mengambil payung dari dalam bagasi mobilnya, sambil berharap ada orang yang bisa membantunya. Hampir lima belas menit Agnes menunggu dibawah payungnya, tapi tak ada seorang pun yang lewat. Nasib malang sedang menimpa Agnes malam itu. Ia benar-benar merasa takut sekarang!
Julio melajukan mobilnya cukup kencang. Ia hampir terlambat untuk menghadiri acara pertunangannya dengan Silla. Ada urusan yang menyangkut bisnis restoran keluarganya yang tidak bisa ia tinggalkan. Julio terfokus pada perjalanannya yang diburu waktu, sampai akhirnya ia melihat ada seorang perempuan berdiri di pinggir jalan dengan sebuah payung dan didekat mobil dengan kap terbuka. Melihat lampu mobil Julio perempuan itu melambaikan tangannya seperti meminta agar mobil berhenti. Dalam sorot lampunya, Julio dapat melihat jelas siapa perempuan itu. Tanpa basi-basi ia segera menepikan mobilnya dan turun.
"Agnes?" ucap Julio mendapati Agnes lah yang menghentikan mobilnya. Sama kagetnya dengan Julio, Agnes juga tidak menyangka bahwa mobil Julio lah yang tadi di-stop-nya.
"Kamu..." Agnes mengamati penampilan Julio dengan seksama. Malam itu Julio terlihat gagah dibalut setelan jas berwarna hitam. Pantas saja, pasti Julio sedang dalam perjalanan menuju acaranya dengan Silla.
"Mobil lo kenapa?"
"Mogok tiba-tiba, nggak tau kenapa"
"Biar gue liat" jawab Julio kemudian melihat mesin mobil Agnes. Setelah beberapa saat memeriksa ia kembali pada Agnes. "Harus dibawa ke bengkel mobilnya, bentar gue ada kenalan temen yang punya bengkel, gue ambil hp dulu di mobil"
Julio bergegas kembali ke mobilnya untuk mengambil hp dan menghubungi temannya untuk minta bantuan. Julio terlihat mengamati keadaan sekitar untuk menjelaskan letak keberadaannya sekarang. Setelah menutup teleponnya, Julio kembali menghampiri Agnes.
"Gue udah telepon temen gue, sekitar dua puluh menit lagi dia sampai buat derek mobil lo"
"Makasih" jawab Agnes singkat. Ia melihat jas Julio mulai basah terkena gerimis. "Kamu pergi aja, biar aku tunggu temen kamu disini sendiri, Silla pasti udah nunggu kamu"
"Gue akan temenin lo dulu disini"
"Nggak perlu, aku nggak mau kamu terlambat menghadiri acara penting kamu" ada sebuah tatapan aneh Agnes yang ditangkap Julio, ia ingin Julio pergi namun seakan tatap matanya meminta Julio untuk tetap tinggal disitu dan menemaninya.
"Gue nggak mungkin ninggalin lo disini sendirian!"
"Dua puluh menit waktu yang cukup lama, dan akan kamu habiskan sia-sia disini? Dengan waktu selama itu kamu bisa sampai di acara kamu"
"Cukup, Nes! Gue pergi sekarang dan kalo ada sesuatu terjadi sama lo, itu akan jadi penyesalan buat gue!" jawab Julio. Agnes terhenyak mendengarnya. Seperhatian itukah Julio? Tapi Agnes buru-buru menepisnya. Julio kemudian melepas jasnya dan memakaikannya pada Agnes, ia melihat Agnes kedinginan karna hanya berbalut kemeja. "Lo pake jas gue!"
"Enggak, Yo, nanti jas kamu kotor" Agnes melepas jas Julio dari tubuhnya namun Julio kembali memakaikannya pada Agnes
"Nggak usah cerewet! Tinggal pake aja" jawab Julio. Agnes mau tak mau menuruti apa kata Julio. Dilihatnya kini Julio melipat kedua tangannya. Agnes baru sadar, ia memakai payung, dan segera menaungi Julio dengan payungnya.
"Nanti kamu sakit" ucap Agnes pelan.
"Makasih"
Agnes dan Julio kini berada bersama dalam satu payung. Jarak mereka sangat dekat. Bahkan mungkin Agnes bisa merasakan detak jantung Julio. Mereka diam. Masing-masing memilih sibuk dengan pikiran mereka. Hingga dua puluh menit berlalu, dan teman Julio datang membawa anak buahnya dengan sebuah mobil derek.
"Ini mobilnya?" tanya teman Julio. Julio mengangguk. Hingga kemudian mobil Agnes siap untuk diderek dan dibawa ke bengkel
"Thanks, bro! Kalo udah beres lo kabarin gue aja" ucap Julio. Mobil Agnes pun dibawa pergi oleh teman Julio tersebut. Kini, tinggallah Agnes berdua saja dengan Julio.
"Bisa pinjem hpnya? Aku mau pesen taxi, hp aku lowbat soalnya" ucap Agnes
"Nggak usah naik taxi, lo pulang sama gue aja"
"Apa? Nggak mungkin, Yo! Kamu pasti udah terlambat banget" jawab Agnes. Ia melepaskan jas Julio dan mengembalikannya. Julio melihat jam tangannya. Ia memang sudah terlambat, tapi ia juga tidak bisa membiarkan Agnes pulang sendiri dengan naik taxi. Julio bingung! Tidak tahu apa yang harus dilakukannya..sampai akhirnya..Julio tiba-tiba menggandeng tangan Agnes dan berjalan ke mobilnya
"Gue anter lo pulang, baru gue pergi ke acara gue. Gue akan telepon Silla nanti" Agnes melepaskan tangan Julio
"Aku bisa pulang sendiri! Aku bukan anak kecil lagi, kamu nggak usah khawatir sama aku"
"Udah deh nggak usah bawel! Ayo pulang!" Julio kembali mendapatkan tangan Agnes. Ia mengajak Agnes untuk masuk ke mobilnya. Agnes yang tidak punya pilihan akhirnya menurut saja.
Sepanjang perjalanan lagi-lagi mereka memilih untuk diam. Julio terlihat bingung dan sesekali melihat jam di mobilnya. Agnes tahu pasti Julio terpaku pada acaranya dengan Silla. Tapi Agnes bisa apa, toh Julio juga bersikeras untuk mengantarnya pulang. Agnes merasakan badannya lelah, tanpa tersadar rasa kantuk datang dan dia pun tertidur..
Julio yang daritadi sibuk menyetir menoleh mendapati Agnes yang tertidur pulas menghadap ke arahnya. Julio mengamati dengan seksama wajah Agnes. Dadanya berdebar seperti merasakan sesuatu. Julio merasa pernah mengalami hal ini sebelumnya, melihat Agnes tertidur disaat dirinya sedang menyetir, tapi Julio lupa entah kapan kejadian itu terjadi. Julio memperlambat laju mobilnya. Satu tangannya memegang setir, dan yang satu lagi menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Agnes. Tanpa sadar, ia mengusap lembut kepala Agnes dan turun ke wajahnya... Julio merasakan kelembutan terpancar dari wajah Agnes, teduh dan membuat nyaman jika diperhatikan dengan jelas.
Julio kembali pada jalanan didepannya..dan tepat saat itu juga ada sorot lampu dari arah berlawanan yang membuat pandangan Julio silau. Julio kehilangan kendalinya.
Sampai akhirnyaaaa......